Bagian 31

216 25 1
                                    

"Kakak harap kamu tidak pernah membenci mama setelah mendengar kisah ini. Kakak tahu kamu marah pada mama. Kakak telah banyak berkorban, Ayyi. Kakak merelakan kasih sayang mama untukmu. Sebelumnya, mama tidak tahu bahwa papamu sudah memiliki istri, itulah sebabnya mama mau menikah dengan papa. Saat mama mengetahui bahwa papa sudah memiliki istri, dia sangat depresi, dan aku menyaksikannya saat mama ingin bercerai dari papa."

"Kakak harap kamu menjaga mama, ya. Dan sampaikan pada mama terus bahwa kakak selalu mencintainya. Love you, adikku tersayang, Zayyan."

Zayyan, dengan hati yang terasa begitu berat, melanjutkan membaca catatan tersebut, mencerna setiap kata yang diungkapkan oleh Kakaknya. Di ujung catatan itu, Zayyan menemukan sebuah potongan kalimat yang terasa begitu pribadi dan intens.

"Love you untuk adikku tersayang, Zayyan."

Hatinya terasa seperti bergetar oleh kehangatan kata-kata terakhir itu. Zayyan merasakan kehadiran Kakaknya dalam benaknya, memeluknya dengan cinta dan pengorbanan yang begitu besar. Sebuah pesan cinta yang melebihi segala rahasia dan luka, membawa sentuhan kehangatan dan ketenangan di tengah kekacauan yang melanda keluarganya. 

Zayyan, dengan matanya yang penuh dengan air mata, meresapi kehangatan dan kekuatan dalam kata-kata itu, sambil membiarkan emosinya meluap dalam ungkapan yang sulit dipahami oleh kata-kata semata.

Dengan lembut, Zayyan menutup buku diary tersebut dan berkata dalam hatinya, " Kak, Aku akan melupakan semua rasa sakit yang pernah aku rasakan, ternyata kakak jauh lebih sakit." 

Dia duduk termenung, membiarkan kata-kata dan perasaan itu meresap dalam dirinya. Perjalanan hidup yang rumit dan penuh rahasia akhirnya terbuka di depan matanya. Zayyan merasa harus memahami dan menerima segala kenyataan itu.

Dalam diam, dia berdoa untuk Kakaknya yang telah pergi. Zayyan berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan menjaga dan mencintai mama sepenuh hati, seperti yang diinginkan oleh Kakaknya. Langkah-langkahnya yang selanjutnya menjadi bagian dari perjalanan menuju pemulihan dan penerimaan atas segala lika-liku hidup yang telah terungkap di dalam buku diary tersebut.

Beberapa bulan berlalu, Zayyan mulai menjalani kehidupan yang lebih normal. Ia kembali pergi sekolah dan berusaha menjadi sosok Zayyan yang mungkin akan membuat kakaknya bangga. Sakit di kepala yang pernah menghantuinya pun mulai mereda, memberikan kesempatan baginya untuk merasakan kehidupan tanpa beban yang berlebihan.

Pada saat yang sama, Zayyan juga berusaha untuk berdamai dengan masa lalunya. Ia mengerti bahwa hidup terus berlanjut, dan dia tidak dapat terus-menerus terbelenggu oleh beban emosional yang pernah dia alami. Langkah-langkah kecil menuju pemulihan dan penerimaan diri sendiri menjadi prioritasnya.

Papa dan mama, meskipun masih menyimpan kenangan dan rasa kehilangan, mulai menerima kepergian Kak Husein. Proses penyembuhan mereka membutuhkan waktu, namun perlahan mereka berdua mulai membuka hati mereka untuk menerima kenyataan. 

Mama, yang kadang masih menyalahkan dirinya sendiri karena merasa tidak terlalu perhatian pada Kak Husein, dan papa juga, mulai memahami bahwa setiap anggota keluarga memiliki peran dan keterbatasannya masing-masing.

Mama dan papa berdua merasakan perubahan dalam diri mereka. Kehadiran Zayyan yang semakin tegar dan menerima, memberikan mereka inspirasi untuk menjadi orang tua yang lebih baik. Papa, yang mungkin sebelumnya tidak terlalu terlibat, berubah menjadi sosok yang lebih baik, lebih sadar akan tanggung jawabnya sebagai ayah.

Keluarga Arkara (Zayyan & Hyunsik Xodiac) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang