</bab 11>

34 19 0
                                    

Pagi itu, Naretta yang merasa 10 menit tidur dalam kedamaian terperanjat kaget ketika suara seseorang muncul persis disebelah telinganya.

Dengan suaranya yang terasa berat dan membuat bulu kuduk merinding tentunya, siapa yang tidak akan terkejut? Apalagi suasana di kelas pagi ini masih pukul 06.00 dan letaknya yang ada di paling pojok lorong benar benar menambah kesan horor.

"Pagi banget Ta?" Sapa Andika dengan suara berat khas miliknya.

Sembari memproses keadaan sekitar, Naretta memegangi jantungnya yang berdegup kencang karena terkejut. Apalagi kini posisinya Andika sedang berdiri disebelahnya sambil menyalakan senter dan menyorotkan lampu senter itu ke wajahnya sendiri. Persis seperti yang ada di film film horror bertema hantu yang hanya berkepala saja.

"Kak, kaget..." Ucap Naretta pelan

Andika terkekeh ketika berhasil mengerjai gadis itu "Lagian Lo sendiri kenapa Ta ga dinyalain lampunya?" Tanya lelaki itu heran, tangannya terangkat keatas meraba udara "Ini lagi, kenapa ga dinyalain juga AC nya?" Gerutu lelaki itu kemudian menyalakan lampu hingga kelas itu kembali terang. Ia melangkah menuju bangku depan lalu mengambil remote AC dan menyalakannya.

Bisakah Naretta jujur saat ini? Ia tidak bisa menyalakan AC, serius. Dan untuk kasus tidak menyalakan lampu karena ia terbiasa tidur dalam keadaan lampu mati. Menurutnya itu mempengaruhi dalam hal psikologis dengan memberikan efek ketenangan.

Sedetik kemudian kesiur udara dingin langsung menerpa tubuh keduanya, Andika menoleh menatap Naretta dengan tangannya yang masih memegang remote AC "Segini cukup Ta?" Tanyanya

Naretta mengangguk saja "Iya cukup"

"Tambahin lagi ahh biar main dingin. Bangun Ta udah pagi ini!" Ledeknya

Naretta hanya terkekeh kecil "Udah bangun kok"

"Terus tadi?"

"Ritual doang"

Andika tertawa kecil, tak menyangka Naretta bisa diajak bercanda "Parah Lo Ta, ritual ga ngajak ngajak"

"Datangnya agak pagian kak"

"Okey, noted!"

Naretta hanya terkekeh kecil "Ini jendelanya bukain juga?"

"Satu aja yang paling depan, soalnya lagi nyalain AC"

"Okeyy" balas Naretta kemudian langsung melakukan yang diinstruksikan

Satu persatu mahasiswa SI A berdatangan masuk ke kelas, memecah keheningan di dalam kelas tersebut yang tadinya hanya diisi oleh Naretta dan Andika saja tanpa ada satupun yang memulai pembicaraan. Satu persatu dari mereka bertos ria saling menyapa dan juga tidak lupa melakukan kebiasaan mereka dalam mengusap rambut satu sama lain.

Semuanya terasa normal dan biasa hingga satu tangan kekar yang berurat itu tampak mengacak rambutnya pelan. Sialnya, tidak hanya rambutnya yang dibuat berantakan tapi juga beserta dengan jantungnya yang ritme detaknya kencang dan berantakan.

Selanjutnya, tanpa dosa lelaki itu beranjak dan bertos ria dengan teman sekelasnya yang lain. Meninggalkan jejak jejak perasaan berdebar di hati seorang Naretta Glovaria, meninggalkan kesan semangat untuk menjalani aktivitas di pagi itu.

Alvindra lebih dari sekedar lelaki yang dikaguminya secara diam diam, lelaki itu sudah seperti penyemangat dan suplemen vitamin tubuhnya. Setiap satu sentuhan pagi dari lelaki itu diatas rambutnya, sudah setara dengan ia meminum vitamin metabolisme tubuh setiap harinya.

And i'm addicted kak, make me feel harder and harder again--Naretta Glovaria

Satu tangan kanan Alvindra bertos ria dengan Zafnan sementara satu tangannya lagi memegang pundak lelaki itu dan menepuknya, benar benar ciri khas bersapaan ala anak lelaki. Kelas yang semula senyap pun menjadi sedikit gaduh dengan sapaan masing masing mereka.

LOVE PROGRAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang