3

100 17 28
                                    


˚。⋆🌻⋆。˚

Jakarta, 5 tahun lalu...

"Umm... Kei. Kita mau nanya sesuatu sama lo."

Keira menatap satu persatu gadis didepannya. Ada apa ini? Mereka anak-anak kelas C, tapi kenapa malah berkerumun di mejanya usai kelas besar? Bukankah seharusnya mereka bersiap untuk mengikuti kuliah Arsitektur Kota dan Permukiman 15 menit lagi?

"Iya, kenapa, Vin?"

Vinka dan teman-temannya saling bertatapan.

"Lo kan temen deketnya ya, Kei.." ia terlihat ragu.

"Kita mau mastiin aja sih, soalnya rumor ini lagi rame banget dibicarain sama anak-anak." lanjut Talitha.

Keira mengernyit. Rumor tentang apa? Dan teman dekatnya yang mana? Sekarang sudah hampir selesai masa kaderisasi, ia sudah punya banyak teman dekat.

"Rumor apa emangnya?"

Vinka mengulum bibirnya.




"Emang bener ya kalo si SENO ITU GAY??"




Hening. Keira terdiam cukup lama.

"Hah? Ngawur lo, ah. "

"Iih... Gue serius!"

Vinka akhirnya bercerita, tentang peristiwa kemarin sore di lantai 3. Hari itu, ada beberapa maba (mahasiswa baru) yang masih tertahan di kampus sampai malam, karena dipaksa mengikuti serangkaian kegiatan sosialisasi dengan senior. Mereka meninggalkan tas didepan ruang sekretariat, lalu setelah itu pergi untuk melaksanakan ibadah maghrib yang telat.

Sialnya, ada beberapa oknum senior yang sedang melakukan pelonco kepada para maba di tempat lain. Mereka mempermasalahkan isi buku saku kaderisasi. Mulai dari tanda tangan kurang, materi tidak lengkap, dan lain sebagainya. Akhirnya, demi menyelamatkan diri, beberapa anak mulai mencari buku saku kaderisasi milik teman-teman angkatan yang lain untuk disalin. Penemuan pun terungkap saat seorang anak iseng membuka tas ransel Seno yang tergeletak di kursi panjang.

"Terus pas tas si Seno dibuka... katanya ada pouch make upnya!" seru Vinka.

Keira menyilangkan tangannya di dada. Ia mengerutkan dahinya.

"Menurut gue wajar kok. Jaman sekarang cowok juga butuh perawatan..."

"Kei, dengerin. Ini bukan skincare... Ini make up, ada lipstik dan lain-lain." Talitha meyakinkan.

"Gue gak tahu. Bukan urusan gue mau dia ngampus bawa make up kek, gas tabung 3 kilo, kek." Keira beranjak dari kursinya, lalu menenteng tas. "Lagian kok bisa ya, buka-buka tas orang sembarangan? Gak sopan," Ucapnya sebelum pergi.

Ia pun berjalan, meninggalkan kerumunan gadis-gadis yang masih penasaran itu.

"Jadi itu bener, Kei??" tanya Vinka dari kejauhan.

Keira terdiam.

"Gue gak tahu. Tanya aja sendiri sama Seno-nya." serunya.

Gadis-gadis itu sibuk berkasak-kusuk. Vinka terlihat menggigit jemarinya cemas. Ah, sudah terlihat jelas gelagat-gelagat itu. Mereka pasti menyukai Seno. Tapi kenapa orang-orang harus menanyakan perihal ini padanya? Tahu apa dia soal orientasi seksual Seno? Keira bahkan baru saja berteman dengannya selama beberapa bulan belakangan. Lagipula, itu adalah ranah pribadi Seno. Bukan urusannya.

Hey Stupid, I Love You! | Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang