13

82 13 0
                                    



˚‧。⋆🌻⋆。‧˚

Rivaldy di lobby kantor mereka bukanlah pemandangan yang ingin Seno lihat setelah seharian sibuk memantau proyek di site. Ini adalah yang kedua kalinya, bintang iklan rokok berbulu itu duduk di sofa kantor mereka, sambil melipat kakinya rileks.

"Hai Seno! Udah balik juga akhirnya." Keira tiba-tiba keluar dari dalam, sambil membawa tas kerjanya.

Seno tak bisa berkata-kata. Sementara Keira terlihat mengajak Rivaldy berdiri untuk bersalaman dengan Seno.

"Rivaldy, kenalin ini Seno." ucap Keira. "Seno, ini Rivaldy."

Rivaldy tersenyum.

"Gue denger banyak soal lu." Rivaldy menjabat tangan Seno erat. "Makasih ya, udah nemenin Keira dari semester pertama kuliah."

Seno menaikkan alisnya heran. Apa sih orang ini? batinnya.

"Iya, salam kenal." Seno akhirnya menyunggingkan sebuah senyum lebar, yang palsu.

Mereka bercakap santai di ruang lobby. Untung Seno sudah mahir melatih basa-basi karir dan senyum palsunya. Ia sudah punya kontrol diri untuk tidak langsung menonjok Rivaldy di tempat. Perlu diingat, orang ini dulu adalah bajingan gila yang pernah membuat Keira nyaris depresi, juga putus hubungan dengan Shania, sahabat sekaligus selingkuhan dari pacarnya sendiri. Keira pernah mengenang memori ini pada suatu waktu ketika mereka masih berkuliah dulu. Seno tidak akan pernah lupa hal itu.

Rivaldy masih asyik berbicara. Fafifuwasweswos, batin Seno. Ia sama sekali tak mendengarkan ocehan Rivaldy dan flexing alias pamer halusnya. Yang ia fikirkan sedari tadi adalah, kenapa Rivaldy berbulu sekali? Bulu alis, tangan, semuanya lebat. Apakah ini adalah salah satu ciri orang yang kelebihan hormon testosterone? Ataukah kebetulan ia hanyalah makhluk mutasi setengah gorila yang bercukur?

Satu-satunya bulu yang bisa dibanggakan Seno hanyalah bulu mata lentiknya. Dan juga bulu... ah sepertinya pembahasan terkait bulu harus segera dihentikan. Tapi harus diakui, Rivaldy jauh, jauh, lebih manly darinya. Rivaldy adalah kebalikan 180 derajat dari Seno yang berkulit putih pucat, dengan mata coklat dan fitur wajah feminin-androgini.

"By the way, Jumat besok cafe gue grand-opening. Lo boleh dateng kalau mau," Rivaldy tersenyum.

Seno terbelalak.

"Jumat minggu ini?" tanya Seno memastikan.

"Yup. Bener,"

Ponsel Seno bergetar. Dilihatnya notifikasi airdrop yang masuk. Adalah foto undangan RVSP, yang dikirim Rivaldy barusan.

"Dateng ya, Sen!" pinta Keira ramah. "Ayo, Riv. Udah waktunya pulang."

Rivaldy menepuk pundak Seno sesaat sebelum ia keluar dari kantor bersama Keira.

Seno terdiam. Setelah beberapa lama termangu di tempat, ia serta merta membuka kunci layar ponselnya, lalu mengetikkan sesuatu.

Guys, rencana berubah|
Kita reschedule jadi H+1|

Frederica: Lho kenapa sen?

Keiranya gak bisa hari Jumat|

Pesan terkirim. Seno menghela nafasnya panjang.

"Lebih tepatnya, kayaknya Keira lupa kalo dia ulang tahun."

🌻🌻



3 Tahun Lalu...



Hey Stupid, I Love You! | Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang