14

83 15 3
                                    


˚‧。⋆🌻⋆。‧˚

Dengan diadakannya acara pesta grand opening cafe baru Rivaldy hari ini, acara surprise ulang tahun Keira yang telah Seno dan teman-temannya rencanakan sudah resmi berpindah ke hari berikutnya. Untungnya, Keira menyetujuinya dan sama sekali tidak curiga. Alibi yang digunakan adalah; acara perayaan Riki yang baru saja diterima sebagai staff di kementrian PUPR!

Pagi ini Keira sudah mendapat kue ulang tahun pertamanya dari kantor. Setelah berfoto-foto sejenak dan menyantap kue bersama, mereka kembali ke meja masing-masing dan melakukan rutinitas bekerja seperti biasanya.

"Sen, nanti lo ikut kan?" tanya Keira dari mejanya.

Seno masih fokus dengan pekerjaannya. "Gak tau. Liat nanti,"

"Kalau mau, nyusul aja juga gapapa kok." ucap Keira. "Dateng aja, siapa tau lo dapet koneksi, or maybe jodoh?"

Seno mencibir.

"Gue nyari jodoh gak di party, Kei." Seno menyunggingkan sebelah bibirnya.

"Iyee... Siap pak ustad!" Keira segera memasang gestur hormat, meledek sahabatnya itu.

Waktu berlalu begitu cepat sampai tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 8.20 malam. Di kamarnya, Seno masih uring-uringan, termangu diatas ranjangnya sambil sesekali melirik satu stel kemeja dan celana yang tergantung didepan lemari.

Satu hal yang membuat Seno bimbang, akankah ia datang ke pesta grand opening cafe milik Rivaldy? Mereka tidak sedekat itu! Tapi di sisi lain, Seno juga cukup penasaran. Mungkin ada banyak teman-teman SMA Keira disana, dan ia bisa melihat sisi lain Keira yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Tapi kenapa juga ia harus penasaran dengan hal tersebut? Buru-buru Seno menggelengkan kepalanya. Ah, sepertinya lebih baik ia tidak usah datang saja.

"Renzo, makan dulu!" Dari bawah, Ibunda Seno sudah memanggil.

"Bentar, Bu..." jawab Seno.

Baru saja Seno keluar dari kamarnya, tiba-tiba ponsel Seno bergetar, tanda ada sebuah panggilan telfon yang masuk. Dari sebuah nomor tak dikenal.

"Halo?" ucapnya begitu panggilan terangkat.

"Mas Seno, Ini Reina. Mas lagi sama Mbak Kei?"

Seno melepas sebentar telfon tersebut dari telinganya untuk memastikan.

"Enggak, Reina. Aku lagi enggak sama Kei. Kenapa?

"Tadi mami nelfon Mbak Kei, nanyain kapan pulang. Soalnya di rumah kita udah siapin kue buat Mbak."  terang Reina. "Tapi pas telfonnya diangkat, Mbak nangis."

"Nangis?" Seno terbelalak.

"Iya, terus ditutup. Mas Seno tahu kira-kira Mbak Kei dimana?"

"Reina sama Mami Papa dimana sekarang?" tanya Seno. Ia mengatur panggilan menjadi mode loudspeaker, lalu mulai mengganti bajunya cepat.

"Di rumah, tapi mau keluar jemput Mbak."

Seno mengusap wajahnya frustrasi.

"Bilang Mami sama Papa, tenang ya. Mas Seno yang bantu carikan."

Seno buru-buru berjalan ke foyer, mengambil kunci mobil yang tergantung di pengait.

"Dah ya, Reina disana dulu. Nanti aku kabarin." begitu ucap Seno sesaat sebelum ia menutup telfonnya.

Setelah berpamitan, Seno langsung bertolak menuju tempat acara. Tinjunya mengepal semakin keras seiring bertambahnya angka di speedometer mobil.

Hey Stupid, I Love You! | Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang