12

73 11 0
                                    

˚‧。⋆🌻⋆。‧˚

"Renzo... disitu dulu."

"Iya, bu."

Seno menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal itu. Pada suatu weekend yang random, entah kenapa ia sudah berada di sebuah desa kecil di lereng Gunung Lawu. Jumat lalu sepulang kerja, tiba-tiba Seno dicegat oleh anggota keluarganya di depan pintu. Begitu koper dan barang-barang lainnya masuk ke dalam mobil, Wisesa langsung menancapkan gasnya.

Ternyata Seno diajak pergi ke villa keluarga mereka di daerah Tawangmangu, Jawa tengah. Tak ada pemberitahuan, tak ada aba-aba. Ini semua, tak lain adalah rencana Dewi Sukesi, Ibunda Seno.

"Bu, masih lama ini Seno semedi-nya?"

"Kamu pilih duduk sebentar disitu, hirup udara segar pegunungan, atau ibuk bawa ke RS Jiwa Soeharto Heerdjan?"

"Hah? Kenapa RS Jiwa bu?"

Sukesi menyilangkan tangannya didepan. "Ibu baca di berita, kecanduan rokok atau apapun itu termasuk salah satu gangguan jiwa, Renzo. Kamu gila Renzo."

"IBUK! Sembarangan." Seno merengek.

"Makannya, gak usah beli-beli rokok lagi. Bakar uang itu namanya."

Sukesi kembali masuk kedalam kamar, meninggalkan Seno seorang diri di paviliun. "Haduh, jan. Bapakmu saja gak ngerokok semasa hidupnya."

Seno mengacak rambutnya frustrasi. Setelah cukup lama berduduk sila, ia akhirnya terbaring di lantai kayu teras. Surat hasil medical check up Seno dari RS Mayapada akhirnya ketahuan juga oleh ibunya. Meskipun sedikit dongkol, tapi ia menyadari sisi baiknya juga. Ia jadi bisa berlibur sebentar, menikmati alam pegunungan yang sudah lama tak ia rasakan.

Ponsel Seno bergetar karena panggilan masuk. Seno serta-merta mengangkatnya.

"Sen..." suara Keira terdengar dari seberang panggilan telfon.

"Ho'oh..." jawab Seno.

"Gue lagi otw resepsi nikahan mbak sepupu gue... sendirian."

Seno terbangun dari baringnya. "Nyokap bokap lo? Reina? Kenapa lo gak bilang-bilang kemaren?"

"Buset... sabar bang." ucap Keira dari seberang. "Mereka udah disana dari subuh. Biasa, panitia keluarga."

"Oh... gila. Dadakan banget lo ngasih taunya. Kalo bisa mah, gue temenin."

"Anyway, lo beneran jadi diculik nyokap lo ke Gunung Lawu?"

".... Iya."

"HAHAHAHAHAHA! Aduh... anjing, lucu banget. Hahahahaha, Gunung Lawu!"

"Diem luh." kesal Seno.

Keira berusaha sekuat tenaga menghentikan tawanya. Salahkan humor recehnya, ia tidak bisa berhenti tertawa.

"Hahah.. ha... Tapi ya, Sen... Gue takut deh, soal nikahan sepupu gue yang ini." ucap Keira setelah tawanya mereda.

"Kenapa takut? Kapan lagi kan lo bisa bonding sama keluarga lo yang gaul-gaul itu."

"Nih, kan gue cucu perempuan kedua. Gue yang ditargetin nikah habis ini. Pasti nanti ditanyain mulu," terang Keira. "Gue aja sebenernya juga menanyakan hal yang sama... kira-kira kapan ya?"

"Gaya lo, kayak udah siap aja." cibir Seno.

"Ya... kalo ada yang ngelamar, mah."

"Yaudah, ayo sama gue. Tabungan gue alhamdulillah udah 15 ribu." canda Seno.

Hey Stupid, I Love You! | Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang