2

131 20 16
                                    


˚‧。⋆🌻⋆。‧˚

....‏ Bivida Tower, Setiabudi

"Duh.... belum dateng juga tuh setan." gerutu Keira saat mendapati meja Seno yang masih kosong.

Suasana kantor pagi itu terlihat sepi. Terang saja, hari ini adalah hari ketiga lebaran idul fitri. Tidak ada orang gila yang masuk kerja di hari perayaan besar agama ini kan? Oh, sayangnya, ada kabar buruk. Hari ini mereka dan segelintir karyawan studio PGA yang mempunyai deadline kerja atau agenda rapat harus tetap masuk dan menyelesaikan tugas mereka.

Seno sebenarnya juga baru datang jam dua dini hari setelah mengambil perjalanan malam dari stasiun Solo Balapan. Mungkin di kampung halamannya sana, neneknya juga sudah memaklumi. Setelah mendampingi mendiang suami dan menantunya yang menghabiskan seluruh hidupnya berkarya sebagai arsitek, kini giliran cucunya yang akan merasakan perjuangan meniti karir yang sama. Dan mungkin dalam hati nenek Seno juga sudah membatin, "Oh.. Mampus lah kau!" saat dulu Seno yang berumur 18 tahun mengabarkan bahwa ia lolos diterima masuk jurusan arsitektur di salah satu kampus terbaik negara.

Sementara Keira? Tidak banyak yang perlu dijelaskan. Ia berlebaran bersama keluarganya di Pondok Kelapa, Jakarta. Meskipun satu keluarga memandangnya aneh pagi ini, karena Keira mandi pagi sekali dan langsung berangkat ke kantor tanpa menghiraukan hidangan lebaran di atas meja.

Karena kesal Seno belum ada di mejanya, Keira melangkah menuju ruang resepsionis depan. Ia menghempaskan tubuhnya di sofa, dan membuka ponselnya.

P

P

P

Sen

Dua tiga ayam betutu, dimana lu hantu

Belum lama Keira meletakkan ponselnya di coffe table, WA balasan sudah datang.

Sabar bang lagi beli bubur

Setelah berapa lama Keira bersantai di ruangan itu, tiba-tiba suara derit pintu otomatis terbuka. Seno sudah datang dengan dua bungkus bubur.

"Nih, gue tau lo belum sarapan." Seno menyodorkan seplastik bubur pada Keira.

"Asyik.... Iya lagi, Sen. Makasih ya." Keira menerima bubur itu dengan sukacita. "Jiakh... lebaran hari ketiga makannya bubur ayam."

"Heuh... kebiasaan lo berangkat kerja gak pernah sarapan." Seno menyentil kening Keira.

Mereka pun beranjak ke pantry. Keduanya duduk bersebelahan di meja bar samping jendela, sambil ditemani pemandangan kota Jakarta yang terlihat sepi. Seno melirik bubur Keira. Pesanannya sudah benar kan? Keira tidak suka kacang dan cakwe di buburnya. Ia harap pesanannya tidak salah.

Oh, Keira makan dengan lahap. Seno tersenyum.

"Di lap dulu. Kayak bayi gede lo." Seno mengambil tisu, dan mendekatkannya ke bibir Keira.

"Iya... iya. Gue bisa sendiri." Keira merebut tisu tersebut dari tangan Seno.

Keira melahap buburnya sambil memainkan ponsel. Di tengah kegiatan makannya, ia tiba-tiba dikejutkan dengan sebuah notifikasi dari Ica, temannya saat berkuliah dulu.

Hey Stupid, I Love You! | Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang