10

87 14 0
                                    


˚‧。⋆🌻⋆。‧˚

3 tahun lalu...


"Itu maketnya siapa?" tanya sebuah suara lembut. Meskipun lembut, tetap terdengar nada kesal dari intonasinya.

Seno menoleh dan berhenti dari pekerjaannya sejenak. "Kok kamu tau ini bukan maket aku?"

"Ya aku tahu, lah. Kan tiap kamu habis asistensi, aku selalu liat kertas-kertas denah kamu." Gadis itu memanyunkan bibirnya. "Ini bentuknya sama sekali bukan bangunan kamu!"

"Iya, ini punya Keira."

Dara terdiam. Ia menopang wajahnya di atas meja.

"Giliran tugas-tugas Keira aja dibantuin. Tugasku enggak pernah." keluhnya.

Seno menggaruk kepalanya. "Ya maafin aku, Dar. Aku kan juga gak ngerti rumus-rumus dan materi kamu. Emang kamu mau kalau nanti nilainya jelek?"

"Ya tapi seenggaknya, daripada kamu ngerjain tugas cewek lain didepan aku?"

Seno menghentikan pekerjaannya sejenak. "Ya udah, sini paper mektan kamu aku bantu rapihin. Atau ppt kamu ada yang mau aku percantik?"

"Gak usah!"

Seno memaksakan sebuah senyum.

"Gakpapa ya, Dar? Aku sebagai temen angkatan harus bantuin temen-temen aku yang kesusahan, apalagi dia sesama progresif-"

"Yang aku gak suka dari fakultas teknik tuh, embel-embel kekeluargaan. Keluarga harus bantu, keluarga harus dukung... Apalah!" potong Dara. "Kita udah semester 5 lho. Tugas-tugas udah makin berat. Si Keira malah ikut ke Anyer itu. Yang direpotin kamu, pula."

Seno lagi-lagi memaksakan sebuah senyum. Sebenarnya Keira hanya terpaksa berangkat ke Anyer untuk mengisi kekosongan kepanitiaan. Hampir 70% anak perempuan di organisasinya tidak ada yang mau ikut karena Anyer terlalu jauh, melelahkan, sementara ujian tengah semester akan berlangsung minggu depannya.

"Maafin aku, Dara. Aku janji ini yang terakhir. Kasian Keira juga lagi terdesak."

"Keira aja terus!" Dara merapihkan buku-bukunya. "Pacaran aja sono sama, Keira."

Dara pun langsung pergi meninggalkan ruang workshop. Seno mengejarnya.

"Dar!" panggilnya.

Dara tidak memerdulikan Seno. Seno pun gagal mengejarnya karena Dara sudah buru-buru masuk ke dalam lift.

Huft.... Seno mengacak rambutnya frustrasi.

Situasi kian memburuk ketika dua minggu kemudian Dara memutuskan hubungannya dengan Seno. Begitu kabar itu tersebar, Keira, Gladys, Abel dan Ica pun mengambil peran yang baik untuk menjadi pelipur lara Seno. Mereka menghantuinya setiap hari di studio.

"Sen, lo abis nangis ya?" tanya Gladys pada Seno suatu pagi.

Seno yang baru saja duduk di meja studionya, mengernyitkan alisnya heran.

"Nangis apan?"

"Itu, mata lo bengkak dikit."

Seno menyentuh matanya sendiri.

"Kagak. Ngarang."

Keira memegang pundak Seno dan menatap wajahnya dengan seksama.

"Menurut firasat gue, lo semalem habis nangis-nangis dibawah shower, menggigil, dan bersembunyi dibalik selimut. Bener kan?"

Hey Stupid, I Love You! | Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang