8

74 14 4
                                    


˚‧。⋆🌻⋆。‧˚

"Sumpah guys... Bang Hesa tadi senyumin gue didepan fotokopian Teja!"

"Guys... kalian harus tahu. Masa tadi Bang Hesa..."

Keira gemar sekali menceritakan momen kecil dengan gebetannya pada teman-temannya sewaktu berkuliah dulu. Masa-masa PDKT Keira adalah masa paling menghebohkan di sirkel pertemanan mereka. Ica, Gladys, dan Mirabel, teman-teman perempuannya itu tentu saja menanggapi cerita Keira dengan kehebohan yang sama. Di saat seperti itu, Seno seringkali menjauh atau hanya diam. Ia membiarkan teman-temannya yang lain menanggapi cerita Keira. Jika ia berada dalam situasi hanya berdua dengan Keira, barulah ia merespon ceritanya.

Kenapa? Karena jujur Seno sedikit bingung menanggapinya. Jika Keira terlihat begitu heboh, berarti ia juga harus memberikan energi yang sama sebagai pendengar yang turut berbahagia. Seno sendiri tidak terlalu bahagia. Untuk apa menceritakan momen-momen kecil yang tidak ada artinya? Bang Hesa menyapanya di depan gedung fakultas. So, what? Bang Hesa tersenyum padanya saat berpapasan. Oke, lalu? Seno benar-benar tidak mengerti apa unsur bahagia yang harus turut ia rasakan. Kecuali jika Keira mengabarkan bahwa ia baru saja menang giveaway tiket konser Taylor Swift. Atau jika Keira bercerita bahwa ia baru saja mendapat uang tunai sejumlah 1 milyar. Barulah ia turut berbahagia.

Seno menjadi saksi nyata peristiwa situationship Keira dengan beberapa gebetannya semasa kuliah. Meskipun yang berhasil menjadi pacarnya hanyalah Mahesa, tapi ia pernah dekat dengan beberapa orang seperti; Ezra anak Teknik Mesin, Novan, anak SAPPK ITB yang pernah mereka temui saat studi banding di kampus Ganesha Bandung, dan yang terakhir, Raka adik kelas mereka sejurusan, yang terpaksa harus kandas karena perbedaan agama. Setelah itu, menuju tahun terakhir perkuliahan barulah Seno bisa bernafas lega karena Keira memutuskan untuk fokus merancang tugas akhirnya. Tak ada lagi kehebohan yang menyebalkan seperti, 'Seno! Coba cek viewers story IG lu, si Novan udah liat belum?' atau 'Seno! Liatin dong, Bang Ezra udah ada belum di ruang parlema?'. Setidaknya saat itu tak ada lagi yang mengganggu Seno untuk sementara waktu.

Namun hadirnya Rivaldy belakangan ini membuat Seno lagi-lagi merasakan masa kelam itu. Siang itu selepas istirahat, Seno tengah menikmati bekal makan siangnya di pantry ketika Keira menghampirinya.

"Seno! Lo harus tau kemaren Rivaldy ngajak gue kemana!"

"Oke, kemana?" tanya Seno tidak excited.

"Dia ngajak gue ke Guellimo Artisan! Gila, dia beli supply material untuk proyek cafe-nya disana? Rivaldy tajir banget, Sen!" Keira segera duduk di barstool yang bersebelahan dengan Seno.

"Ya, terus..."

"Terus diem-diem gue ambil brosur, kenalan sama marketing-nya, minta sample... lumayan kan, Sen kalo mereka jadi vendor resmi perusahaan kita?" cerocos Keira dengan mata berbinar. "Lagian semua produk di showroom itu, lebih cocok dipake di interior hotel bintang lima dibanding cafe. Which is bagus kalo bisa kita propose buat upcoming proyek hotel Seminyak yang dibahas Pak Miro kemaren!"

"Oke, nice."

"Terus tau gak, pas pulang di mobil Rivaldy bilang gue agak beda, Sen. Dia bilang gue jauh lebih cantik sekarang. Oh my god... What was that for? Random abis!"

"..."

"Plus dia nganterin gue sampe rumah. You know what... dia ikut turun dan salim sama nyokap gue! Nyokap gue pangling karena udah lama gak ketemu."

Hey Stupid, I Love You! | Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang