15. ......

170 19 4
                                    


“b-bisakah dejun yang memasak?”

“GUANHENG!”

***

TUK

“aduh!” ringis Guanheng

Satu Pukulan keras dari sendok sayur yang dilakukan Kun membuat Guanheng meringis kesakitan, bagaimana tidak ia meminta untuk Dejun yang memasak dan itu hal yang tidak akan bisa di lakukan oleh dejun

“yang ada ada saja! Dia punya keterbatasan kau menyuruhnya memasak gila!” marah Kun

Sementara Guanheng hanya diam mengelus kepalanya yang masih sakit, baru kali ini dia tunduk kepada Kun yang notabenenya adalah temannya.

Teman?

“y-ya maaf reflek”gugupnya

Kun hanya menghela nafas panjang dan melanjutkan memasak yang sempat tertunda.

Sementara guanheng manatap ke samping, melihat Dejun yang hanya diam saja tanpa berbicara apapun.

Tiba tiba pikirannya terlintas saat penolakan dari Dejun tentang perasaannya, sakit? Tentu saja Hati mana yang tidak sakit saat perasaanya di tolak begitu saja.

Tapi Guanheng tidak benci pada Dejun, justru itu menjadi pelajaran untuk tidak menyerah dan terus berusaha untuk membuat sang hati mulai menyukainya.

“jun”

Dejun yang merasa terpanggil ia menengok ke kanan dan kiri “iya?”

Melihat Dejun yang kebingungan, Guanheng langsung menghampiri Dejun dan duduk di pinggirnya.

“aku di sini” ujarnya dengan memegang tangan kanan dejun

/Modus ae lu heng🙏/

Dejun sedikit tersentak saat tangan mungilnya di genggam oleh tangan besar, ia tahu tangan itu adalah tangan Guanheng dengan merabanya. Sementara Guanheng hanya menatap mata kosong itu tanpa mengalihkannya.

“jun”

“hm?”

“jun”

“apa heng?”

Grep

Kepala Guanheng langsung bersandar di bahu Dejun, Dejun kaget dan mundur tapi di cegah oleh guanheng yang tangan besarnya melingkar di pinggang sehingga dejun tidak bisa kemana mana.

“jangan kemana mana saya ingin seperti ini beberapa saat”gumamnya.

Sementara dejun hanya diam saja, tanpa sadar tangannya meraba ke kepala Guanheng dan mengelusnya.

Guanheng merasa kepalanya di elus hanya bisa diam dan memejamkan matanya.

Keduanya saling diam memikirkan hal lain di dalam hatinya, tanpa berubah tempat duduknya saat ini.

“jun?” Tanya Guanheng memecahkan keheningan

Dejun menaikkan alisnya tanpa menjawab panggilan dari Guanheng.

“jika 'sosok' yang pernah membunuh mu itu adalah orang di sekitar mu..




..apa yang akan kamu lakukan?”



Dejun diam, tidak mungkin ada yang jahat di sekitarnya tapi perlu di percaya juga karna dirinya tidak bisa melihat dan pasti banyak orang yang menjadi kesempatan untuk melabui dirinya.

“y-ya tentu saja aku kecewa dan tidak akan pernah bertemu dengannya selamanya”

Guanheng yang mendengar jawaban itu kembali diam membisu, sudah tahu jawabannya dan Dejun akan membencinya.

Apakah saatnya Guanheng mengatakan yang sesungguhnya?

Ah tidak tidak bukan untuk saatnya dia mengungkapkannya, saat ini Guanheng akan fokus untuk mencari berbagai informasi tentang dia yang penuh dengan misteri itu.

Hanya satu yang belum ia ketahui tentang sosok dia ini

“oh ya kau pasti harus berjaga jaga”ucap guanheng canggung.

“aigo kalian ni ya di panggil gak jawab jawab” ucap kun pas saat mengangkat semangkuk sup ayam yang sudah matang.

“ayo kita makan supnya sudah jadi”lanjutnya dengan semangat

Guanheng berdiri dan membantu Dejun untuk berjalan menuju ke meja makan, sementara Dejun hanya diam dan mengikuti langkah yang Guanheng arahkan.

“wangi sekali”gumam Guanheng

“kajja kita makan lihat sudah larut kasian anak anak panti sendirian” ujar Kun sambil menyiapkan piring.

Guanheng pun mengambil sendok dan mencicipi kuah dari sup tersebut.

“sangat mirip dengan yang dibuatkan ibu dulu”batin Guanheng

“bagaimana rasanya?” tanya Kun

Guanheng tak mengubis perkataan Kun dan sibuk dengan lamuannya itu.

“Guanheng?”

“eh iya?” jawab Guanheng dengan gelagapan

“bagaimana rasanya?”

Guanheng tersenyum tipis “enak, sangat enak”














***

Setelah mengantarkan Kun dan Dejun kini Guanheng hanya diam di kamar besarnya, memikirkan kata kata yang Dejun ucap tadi.

Bagaimana jika saat Dejun sudah menaruh hatinya...dan terungkap bahwa dirinya itu adalah pembunuh bayaran yang saat itu akan membunuhnya?

Ah dia jadi menghayal terlalu tinggi bagaimanapun juga Dejun hanya menganggap dirinya sebagai kakak.

Dan untuk saat ini biarlah dirinya menjadi sosok yang menjadi jagoan mungkin? Sosok malaikat? Bahkan aksi bejat saat itu pun masih belum mengiklaim menjadi malaikat atau pun jagoan.

Setelah informasi yang dikumpulkan sudah cukup sudah saatnya dia mengungkapkannya dan melaporkannya ke pihak berwajib.

Dia hanya bisa sabar dan menunggu hasil yang mark kumpulkan nantinya.


























To be continued …

Kayaknya sad ending bagus nih 😏

Oh ya! Buat minggu depan kayaknya aku gak bisa buat up.. karna ujian ya allah MuAk😭

Jangan lupa vote
Awas we
Maksa ieu

The Hitman And Blinded (henxiao) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang