06

1.9K 213 11
                                    

Jam menunjukan pukul 01.22 malam.

Renjun dengan lelah menekan beberapa angka di pintu rumah miliknya, ia masuk sembari menghela nafas karena seluruh ruangan tampak gelap yang bertanda bahwa Jeno belum pulang

Ia lepas jas hitamnya, berjalan mendekati wastafel dapur lalu membasuh muka.

Suara saklar lampu di hidupkan membuat jantung Renjun sedikit berdetak lebih kencang, bahkan ia langsung mengelap wajahnya untuk melihat sosok yang tengah berdiri menatap dirinya.

" kau sudah pulang " gumam Renjun disaat melihat sosok itu adalah Jeno.

Jeno yang terlihat tak peduli hanya mengangguk dan masuk kembali ke kamarnya.
Renjun menghela nafas, ia tau Jeno marah kepadanya
Tapi apa yang di marahkan?Renjun tidak melakukan hal yang Jeno takutkan, bahkan Renjun tak berbincang sedikitpun dengan pria itu selama acara.

Ia mengikuti Jeno sampai kekamar, Renjun pandang punggung pria yang sedari tadi mendiaminya

" kau marah?" Tanya Renjun memecah keheningan.

Mendengar pertanyaan dari Renjun, tentu saja Jeno berbalik menatap kekasih hatinya " Bagaimana menurutmu?jika aku melakukan hal yang sama, apa kau akan marah padaku?" Tanya Jeno balik, reaksinya datar seolah olah siap untuk berdebat pada malam hari ini.

Renjun terkekeh Mendengar pertanyaan Jeno, ia melangkah mendekati lemari pakaian dan mulai mencari baju tidurnya  "tentu tidak, kekasihku sedang bekerja, apa yang aku permasalahankan ten-

"KAU BERBOHONG KEPADAKU!" Jeno meninggikan nada suaranya, yang membuat Renjun terkejut bukan main, pakaian tidur yang tadi Renjun genggam bahkan terjatuh kelantai

"Kau berbohong kepadaku, kau bilang akan menghadiri acara teman temanmu tapi kau justru pergi ke perusahaanku?yang benar saja Huang Renjun sejak kapan kau berbohong kep-

"Lalu aku harus apa?!berkata jujur juga tidak bisa membuatku menghadiri pertemuan tersebut" potong Renjun dengan segera, ia berjalan mendekati Jeno dengan kesal

"Aku tidak mengganggu bukan?aku tidak mengatakan kepada calon menantu ayahmu itu bahwa aku pacarmukan?jadi apa masalahnya disini?kita bahkan tidak berinteraksi, apakah kau sebegitu tidak maunya hubungan kita di ketahui banyak orang Jen?" Ucap Renjun dengan penuh kekesalan, emosinya sudah ada di ujung kepala atau bahkan bisa di bilang sudah meledak menghantam Jeno yang ada di depannya

"Sampai kapan kau akan menyembunyikan ini?hubungan kita?sampai kapan?" Tanya  Renjun selanjutnya

Jeno yang tadinya sempat kesal kini melunak.
Benar, Renjun dan dirinya sudah lama menyembunyikan hal ini, jika di sembunyikan terus sampai kapan mereka akan menyembunyikannya?

" Jeno jawab aku!"

Jeno menggeleng pelan " bisa kah kita lebih ber-

"Lihat!kau bahkan tidak berniat untuk hal itu"

Jeno mencoba megapai tangan Renjun, tapi pria itu lebih dlu menghindarinya

Renjun fikir, Jeno tidak pernah memikirkan hubungan mereka.
Jeno hanya berjalan mengikuti arus tanpa mau melawan arus tersebut

Renjun tersenyum getir, dia tatap Jeno dengan mata yang berkaca kaca " kau mencintaiku Jeno?"

Jeno memeluk tubuh Renjun dengan erat, ia mencoba menenangkan Renjun yang mungkin sedang berperang dengan fikirannya sendiri " kau tau aku mencintaimu kan?amat sangat" tutur
Jeno sembari mengelus punggung Renjun

"Lalu dimana cintamu?tunjukan padaku, bilang kepada dunia bahwa kau mencintaiku " usapan di punggung Renjun terhenti dan Renjun dapat merasakan hal itu, ia memejamkan matanya yang berhasil membuat air matanya jatuh membasahi pipi.
Renjun lepas pelukan Jeno sembari tersenyum tipis

"Sayang dengar, jangan sekara-

Jeno berusaha menggapai tangan Renjun tapi Renjun menepisnya dengan cepat "kau tidak mencintaiku "

Renjun berjalan mendekati lemari, mengambil sebuah koper dan meletakkan baju baju miliknya dengan asal.

Jeno yang melihat hal itu mencoba menghentikann perbuatannya " jangan seperti ini, kita bisa bicarakan baik baik, sayang ku mohon jangan sekarang"

Renjun mendorong tubuh Jeno menjauh dari dirinya " kita sudah membicarakannya baik baik lebih dari sekali, tapi kau tak pernah merubah apapun, kau selalu saja diam tak perduli!hidup lah sendiri mulai sekarang, aku menyerah"

Renjun tarik kopernya keluar kamar, menghiraukan segala ucapan Jeno yang sibuk mengejarnya

"Renjun!" Lengan Renjun yang tadinya hendak menggapai ganggang pintu, kini di tarik kuat oleh seorang Lee Jeno " kembali, kita perlu bicara" Jeno mengambil alih koper yang ada di tangan Renjun, namun Renjun enggan berdamai, ia lelah dengan jeno yang tak kunjung berubah.

"Tidak, aku sudah cukup bicara denganmu" saut Renjun sembari merenggut kembali koper miliknya.
Jeno mengepalkan tangannya, ia kesal.

Kenapa Renjun tidak pernah bisa mendengar perkataannya, sekali saja hanya sekali
Renjun berbalik, membuka pintu dengan lebar

"Pergilah, tapi jangan harap kita bisa kembali"

Renjun mematung, tangannya menggenggam ganggang pintu dengan erat.
Bagaimana bisa Jeno mengatakan hal itu?

"Kau tau aku tak pernah main main dengan ucapanku kan Huang Renjun ?" Sambung Jeno dengan nada rendah.

Mata Renjun memanas, Renjun pikir dengan dirinya yg bertindak seperti ini Jeno bisa merenungi apa kesalahannya, ternyata tidak juga.
Akhirnya Renjun membulatkan tekat, ia menarik nafas, lalu kembali berbalik menatap kekasihnya "tentu, aku tak akan pernah kembali"

Setelah ucapan Renjun yang demikian, bantingan pintu lah yang menjadi penutup perdebatan pada malam hari ini.

Jeno masi membisu di depan pintu, ia tak tau harus bereaksi seperti apa, tapi sumpah demi apapun hatinya sakit melihat Renjun yang lebih memilih untuk pergi begitu saja.

where is your love?

where is your love?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

//

where is your love?  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang