13

1.6K 173 6
                                    

" Ayo berpisah "

Baik jeno maupun renjun sama sama berdiam diri setelah mendengar dan mengucapkan 2 kata itu.

Jeno mengusap wajahnya kasar, ia menatap renjun tak percaya " kita slalu membahas hal in-

"Kali ini benar benar berpisah"

Jeno berdiri dari duduknya, ia masi menatap renjun yang berucap dengan wajah yang tertunduk

Dengan cepat Jeno menunduk, ia angkat dagu renjun agar bertatapan dengan dirinya " bicaralah sembari menatapku " tutur jeno

Renjun menahan napas, ia gigit pipi dalamnya menahan isak tangis yang akan memecah  " jika tak bisa, maka kita tak akan pernah berpis-

"Ku bilang ayo berpisah, kita tak bisa bersama"

Renjun menatap tepat di mata jeno, dengan mata yang berkaca kaca namun suara yang lantang renjun ucapkan

"Tidak" hanya itu balas jeno dari ucapan renjun

Ia melangkah mendekati meja kerjanya dengan emosi yang akan memuncak

"Aku tak butuh persetujuanmu, kurasa apa yang ku ucapkan cukup jelas"

Suara pukulan meja membuat renjun terkejut bukan main

"Ku bilang tidak! Aku bersusah payah sampai disini demi dirimu, apa kau tak mengerti Huang Renjun?!!"

Renjun mendekati lemari pakainnya, mengeluarkan sebuah koper dan mulai menata baju bajunya
" Tidak, makanya aku meminta untuk berpisah"

Jeno mendekati renjun, ia genggaman tangan yang sibuk berkemas itu " Tidak, tunggu, dengarkan aku, renjun kenapa?! Kenapa aku yg pertama kali di singkirkan disini"

Renjun tak menjawab, ia hanya diam sembari tetap berusaha mengemasi barang barangnya  "renjun ku mohon, aku sudah berusaha ren, apakah aku begitu kur-

"Kenapa kau tak mengerti?!pulang lah jen, aku tak bisa membiarkan orang lain sengsara hanya demi kau ada disisiku " renjun menjatuhkan dirinya di lantai, ia mengusap wajahnya dengan kasar

Air matanya perlahan menetes.
Percayalah renjun sudah menahan semuanya, bahkan ia mencoba bertindak egois dan tak memperdulikan kata kata ayah jeno waktu itu, namun bak kaset rusak, ucapan ayah jeno terus berputar di kepalanya.

"Tidak ada yang sengsara sayang, aku jamin, aku usahakan semuanya, kau tak perlu khawatir "

Jeno merendahkan dirinya di samping renjun, membuat dirinya dan kekasihnya itu untuk sama sama tenang, bahkan ia memeluk renjun yang kini mulai menangis "ku bilang kita hanya pe-

"Bagaimana dengan ibumu?kau yakin dia akan baik baik saja?" Usapan tangan di kepala renjun terhenti, renjun menutup matanya menahan isakan  " Jenosungguh, selagi itu hanya karina atau perempuan lain aku akan tetap mendekapmu dalam pelukan ini, tapi bagaimana dengan ibumu?apa kau sanggup merelakannya demi aku?kalau memang iya, aku yang tak sanggup menerimamu jika harus mengorbankannya"

Renjun menangis, ia dekap lengan jeno dengan kuat, 5 tahunnya bersama jeno terasa begitu sekejap mata malam ini.

"Sayang" jeno menggigit bibirnya menahan tangis, jeno juga tak tau harus berbuat apa, mereka berdua sama sama di buat bingung oleh keadaan  " aku minta maaf"

Apalagi selain maaf yang bisa jeno ucapkan?
Renjun tak membalas, ia hanya terus menangis di dekapan sang kekasih

Jeno membawa renjun untuk duduk di kasur mereka, ia mengusap air mata yang tak kunjung berhenti dari mata kekasihnya " aku tak mengorbankan siapapun, aku pun akan membawa ibu bersamaku, bersama kita.
Tak perlu merasa seperti ini, aku akan menanganinya ya?" Tutur jeno

Renjun menatap jeno dengan mata yang berlinang "Bagaimana caranya?kita bahkan tak tau kondisi ibumu disana Bagaimana jen, jangan membuatku merasa bersalah"

Jeno mengangguk bertanda ia mengerti apa yang di ucapkan renjun, percayalah jeno hanya berlagak tenang, sejujurnya kepalanya berisik bukan kepalang

" tidur lah ya? Sudah larut, kita pikirkan lagi besok" pinta jeno kepada renjun, yang di balas gelengan kepala  " percayalah padaku, kita akan menyelesaikannya besok"

Akhirnya renjun menurut, dengan masi mendekap lengan jeno ia merebahkan diri di kasur dengan jeno di sampingnya

Jeno mengusap punggung renjun agar pria itu lebih tenang dan cepat untuk tidur  " jeno " Panggil renjun

Jeno menatap renjun dengan masi mengelus punggungnya " kau bersamaku kan?"

Jeno mengangguk, dan kini memeluk tubuh renjun lebih erat lalu mulai menutup mata untuk tidur bersama.

Where's your love?


where is your love?  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang