Setelah malam itu, karina memilih untuk merahasikan pertemuannya dengan renjun dari jeno
Karina menatap jeno yang tengah memandang keluar jendela masi dengan infus di tangan kirinya
Ia berjalan mendekati pemuda yang sudah berstatuskan suami untuk dirinya itu. karina duduk di kursi yang sudah tersediakan dan menggenggam tangan kanan jeno
" kau datang" tutur jeno sembari melirik jam dinding yang menunjukan pukul 6 pagi.
Karina mengangguk " kau tak makan lagi?" Tanyanya kepada sang suami, jeno menatap nampan yang berisikan nasi lengkap dengan lauk pauk serta buah buahan yang semalam di berikan oleh perawat
Karina menghela nafas pelan, kepala dan hatinya terasa ingin meledak melihat ini semua "Apakah sesulit itu jen?apa benar benar tak ada diriku yang ada pada dirimu?" Genggaman tangan karina perlahan mulai terlepas, ia memilih untuk mengusap wajahnya gusar.
Tangan jeno terangkat membelai surai hitam milik karina sembari tersenyum " bukan kah kau istriku sekarang? Tak pe-
"Aku tak butuh gelar itu, sungguh.
Apa gunanya kata istri jika tak ada perannya untuk suami?"Karina menepis belain tangan jeno, ia berdiri dan berjalan mendekati jendela yang ada disampingnya " semuanya ku lakukan jen, percayalah.
Aku juga sesak terus terusan di hampit dengan kisah kalian berdua""Jika kau meminta untuk bersama renjun sekarang, aku pasti akan me-
"Karina"
Jeno menatap punggung sang istri dengan penuh putus asa.
Seharusnya ia tak ikut menyiksa wanita itu karena perasaannya yang sedang tersiksa"Pulanglah, kau tak perlu melakukan apapun lagi, aku minta maaf"
Tak ada yang harus di jelaskan, dan tak ada yg bisa terucap selain maaf dari jeno.
Akhirnya ia memilih untuk merebahkan diri dan berpura pura untuk tertidur, membiarkan karina yang mulai berjalan keluar sembari terisak pelan.
Mata jeno kembali terbuka, kilasan memorinya bersama renjun terus terusan berputar di pikirinya
Jeno menyeka air matanya, ia memutar badannya menatap langit langit kamar rumah sakit yang hanya bernuansakan putih.
Tangan yang terbaluti infus jeno angkat tinggi tinggi sembari ia amati, kekehan penuh rasa sakit keluar begitu saja dari mulutnya, matanya memanas sempurna, dan dadanya terasa begitu berat.
Apakah kehilangan renjun terasa seperti kehilangan sebagai nyawa ini?pikir jeno begitu saja
Jeno meraih ponsel miliknya, setidaknya sebelum ia benar benar melepas ini semua, jeno harus bertemu dengan renjuny.
Walaupun tak pernah ada balasan, jeno yakin renjun selalu membaca pesan pesan tak berguna milikny.
Dalam pesan yang dikirimnya, jeno hanya meminta pertemuan singkat dari renjun untuk menjenguk dirinya.
Tak meminta lebih, apalagi sampai melanjutkan hubungan kembali, jeno harap renjun dapat mengabuli.Bersambung...
Sorry guys, author lagi sibuk ngegalauin hubungan yang kandas setelah dijalin 5tahun lamanya, jadi ga sempet ngetik ngetik dulu, tapi
besok kita usahain double up yah😔😔✊🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
where is your love? [ END ]
Fanfiction" apa kau benar benar mencintaiku jen?" - Huang Renjun