17

1.4K 157 11
                                    

Malam ini, jeno sibuk memandangi pintu rumah sakit.
Kondisinya membaik, syukurlah

Tapi harapan tetaplah harapan, jeno meminta renjun untuk datang barang sedetik untuk menjenguknya tapi tak ada tanggapan sama sekali

Jeno menghela nafas, ia raih ponselnya dan mulai membaca berita berita.
Tak ada yang menarik baginya
Isi ponsel itu hanya tentang artis dan beberapa perusahaan yang sedang naik daun saja.

Suara ketukan pintu membuat jeno terkejut.
dengan cepat ia menatap pintu yang ternyata memperlihatkan ayah dan ibunya yang ada disana

"Sayang " Panggil sang ibu, jeno tersenyum tipis melihat ibunya yang perlahan mendekat "dokter bilang kau sudah membaik, benarkah?kau sudah bisa pulang?" Ny.Lee membelai surai hitam milik sang anak, jeno mengangguk meng iyakan perkataan sang ibu

Tuan Lee yang tadi berdiri di belakang kini pindah pada sofa yang dimiliki kamar nomor1 di rumah sakit itu " Pergilah ke Eropa, bawa karina bersamamu" tutur sang ayah

Ibu jeno yang mendengar hal itu mencoba membantah " anakmu bahkan belum sembuh total, kau justru sudah menyuruhnya untuk pergi?"

Jeno terkekeh, ia menyentuh punggung tangan sang ibu " tak apa, ibu jaga kesehatan ibu saja"

"Bisakah ayah membawa renjun kemari?setidaknya aku menurut jika dia datang"

Ayah jeno berdecak tak suka, ini topik yang sensitif bagi dirinya " kau menggertakku?" Tanya sang ayah, dan di balas gelengan kepala oleh jeno

"Terakhir, dan aku akan pergi bersama karina seperti yang kau harapkan serta memberikan ayah keturunan untuk penerus perusahaan "

Taun Lee menggeleng ribut " sekali ku katakan tidak, tetap tidak.
Kau tetap pergi dan memberikanku keturunan tanpa pria itu harus datang kemari"

Jeno menghela nafas " terserah, tanpa hadirnya renjun sebelum keberangkatanku, tak akan ada keturunanmu" jeno merebahkan dirinya, ia tersenyum kepada sang ibu dan mengisyaratkan dia akan beristirahat

Ibu jeno mencium dahi anaknya serta membelainya dengan lembut" besok akan ibu bawakan makanan kesukaanmu, istirahatlah yang cukup"

Jeno mengangguk, ibunyapun keluar dari ruangan rawat inap tersebut dan menyisakan ayah dan anak tak sejalan itu

"Keluar lah, aku mual melihat ayah" tutur jeno dengan kesal

Ayah jeno yang mendengar cacian dari sang anak hanya bisa mendengus kesal " anak kurang ajar" Lalu pergi menyusul istrinya

Jeno menghela nafas pelan, ia menatap langit langit kamarnya, tak banyak yang berubah karena dirinya.

Ternyata renjun juga tak seperduli itu lagi dengannya "harus kah dia kuculik sebentar?" Gumam jeno

"Kau ingin menculik
siapa?" Suara milik istrinya yang tiba tiba masuk membuat jeno terkejut

Jeno terkekeh pelan untuk mencairkan suasana " Tidak ada, hanya hayalanku saja"

Karina mengangguk " makan malammu" tutur wanita cantik itu, jeno tersenyum sembari mengucapkan terimakasih sebagai balasan

"Jika butuh sesuatu aku ada di depan, di dalam cukup membuatku merasa canggung bersamamu"

Karina menepuk bahu jeno dan berjalan keluar ruangan, tanpa menunggu jawaban dari sang empu.

Jeno menatap makan malamnya yang terlihat sangat hambar, kalian tahu?makanan rumah sakit yang sangat pucat warnanya.

"Aku tak butuh apapun " jeno berucap disaat ia mendengar suara pintu yang terbuka

"Benarkah?jadi aku harus pergi jika kau tak membutuhkan apapun?"

Jeno menatap jauh di depan pintu, renjun dengan sebuah parsel buah berdiri disana

Ia yang tadinya hanya diam, duduk dan berbaring kini meloncat dari kasur untuk menghampiri sang kekasih

Oh maaf

Mantan kekasih

Namun sayang beribu sayang, tenaganya tak begitu banyak hanya untuk menompang badan sendiri, jeno terjatuh dengan infus yang terlepas dari tangannya

"Jenn!" Renjun berlari mendekati jeno yang jatuh terduduk " dasar gila, aku bisa mendatangimu, kenapa just- darah? astaga!! Akan ku pangg-"

"Tidak, tetap disini" Jeno menarik renjun yang akan keluar memanggil seorang dokter atau suster

Ia mendekap tubuh yang lama tak ia dekap, ia mengusap punggung yang lama tak ia lihat " Bagaimana bisa kau setega ini kepadaku ren"

Renjun terkekeh Mendengar tuturan dari jeno " kau yang menikah, mengapa aku yang tega?"

Jeno menepuk punggung renjun dengan pelan " itu kare-

" ya ya ya, tak apa, maafkan aku, aku juga sangat sangat merindukanmu" renjun membalas pelukan jeno, ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher milik sang empu "kau sudah mandi?"

Jeno tersenyum mendengar tutur kata dari renjun " aku menyiapkan diri setiap hari, berjaga jaga seseorang tiba tiba muncul dan takutnya aku terlihat seperti orang yang hilang arah disini"

Renjun membelai surai hitam milik jeno yang semakin memanjang " memangnya tidak?apa hanya aku yang hilang arah selama ini?"

Jeno mengeratkan pelukan mereka, ia mengecup pelan pucuk kepala renjun sembari tersenyum" Tidak. Tapi aku sudah kehilangan duniaku, bukan arahku lagi ren "

Bersambung....

Ini kah yang kalian inginkan para readers sekaliann

Ini kah yang kalian inginkan para readers sekaliann

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
where is your love?  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang