Retha yang sekarang menikmati weekend nya di taman bermain anak anak. Jika kalian melihat paras dan tubuh Retha memang seperti orang dewasa. Tetapi, tingkah lakunya seperti anak kecil yang baru kelas tiga SD.
Seperti sekarang ini Retha sangat anteng bermain dengan anak anak yang tidak lagi seusia dengannya. Mulai dari bermain bola, kejar kejaran, dan juga petak umpet.
"Yey aku menang!. " Teriak salah satu anak kecil yang tingginya mungkin sepinggang Retha.
"Karena kakak sudah kalah, bukankah harus menepati janji?. " Salah satu anak kecil laki laki lagi bersuara. Dan dengan pasrah Retha menepati janjinya untuk membelikan dua orang anak itu es krim sebagai hadiah utamanya.
"Okey, kaka akan belikan. Tapi jangan pergi kemana mana tunggu kaka kembali!. " Perintah Retha tegas membuat anak anak itu mengangguk patuh. "Oh iya ingin rasa apa?. " Tanya Retha kembali, karena dirinya tidak mau membelikan sia sia yang ujung ujungnya anak anak itu tidak suka dengan rasa es krim nya.
"Stroberi!. "
"Vanila!. "
Setelah dua anak itu mengucapkan rasa kesukaan mereka kompak, Retha mengangguk paham dan pergi meninggalkan dua anak itu sebentar.
Berjalan sedikit dan tidak di sadarinya ada seseorang yang menyenggol tubuhnya dengan sengaja hingga es krim yang di pegang Retha seketika tumpah.
"Maaf, saya tidak sengaja. "
"Iyaa, tidak apa ap-. " Ucapannya macet seketika, ketika Retha melihat siapa yang menabraknya sekarang. "Bapak?! Kok bapak ada disini juga?. " Retha kaget bukan main, bukan apa apa kenapa Retha selalu dimana pun dan kapanpun harus selalu bertemu dengan gurunya itu.
"Saya setiap weekend pasti berkunjung disini Retha. " Adam menatap Retha dengan memasang wajah khawatir karena masih kepikiran dirinya yang tadi menyenggol Retha lumayan kuat. "Oh kau habis beli es krim? Tunggu disini aku akan mengganti es krim mu. " Adam dengan terburu buru, namun langkahnya di tahan Retha.
"Gak usah pak, saya bisa beli lagi. "Adam yang lama melihat Retha tanpa sadar, melihat es krim yang di pegang Retha itu ternyata dua. Yang artinya, Retha pergi tidak sendirian.
" Kau sedang berkencan ya?. "Tanya Adam yang membuat Retha tersadar dengan dirinya yang dari tadi hanya diam.
" Berkencan? Saya datang sendiri pak. "Jawab jujur Retha.
" Jangan berbohong Retha, tidak mungkin kau memakan es krim sebanyak itu sekaligus pasti kau membawa pacarmu kan?. "Tanya Adam tanpa bertele tele dan menatap wajah Retha intens.
Retha menghela nafasnya sabar. " Es krim itu untuk anak kecil yang sedang bermain denganku. "Jelas Retha, tapi Adam tidak percaya begitu saja. " Kalau tidak percaya, ganti es krim itu dengan rasa yang sama dan ayo ikut denganku. "Ajak Retha yang tidak mau kalah.
" Baiklah. "Keduanya kembali ke tempat dimana tukang es krim itu berada.
Adam yang masih memegang kedua eskrim itu hanya bisa diam dan terus mengikuti langkah Retha. Hingga akhirnya dua manusia itu disambut dengan suara teriakan bocil.
" Yey, akhirnya kaka datang juga. "
"Kenapa kakak lama sekali, kita sudah hampir mau mati kehausan. "
Bukannya balik marah, Retha justru gemas melihat kedua tingkah anak itu. Adam yang sedari tadi diam melihat ketiga interaksi itu perlahan lahan bibir itu naik keatas dengan sendirinya.
"Sudah libatkan, saya tidak berbohong. " Tiba tiba Retha membuka suara membuat Adam tersadar dengan lamunannya.
"Kau sering ke tempat ini ya?. " Adam yang sedari tadi berdiri, kini ia duduk dimana tempat wanita itu berada.
Retha mengangguk kan kepalanya pelan. "Dulu ayahku sering membawaku kesini setiap weekend. " Retha yang tadinya girang kini wajah itu berubah sendu ketika kalimat tentang sosok sang Ayah tiba tiba teringat.
"Dirinya berjanji akan selalu membawa Retha ke taman bermain ketika hari sabtu dan minggu, tapi kegiatan itu hanya berlangsung selama 5 tahun. " Adam yang setia mendengarkan cerita Retha tanpa memotong sedikitpun.
Retha perlahan lahan wajahnya menunduk sedih, "Hanya satu yang Retha inginkan. " Pernyataan Retha membuat Adam memalingkan wajahnya menghadap Retha seketika.
"Apa itu?. " Adam dengan perasaan yang penasaran membuat dirinya spontan melontarkan satu pertanyaan untuk Retha.
"Retha kalau menikah nanti, ingin memiliki pria yang seperti Ayah! Yang selalu penuhi kemauan Retha, dan menjaga Retha selalu. "
Entah kenapa Retha yang polos tiba tiba mengungkapkan tipe prianya di depan gurunya sendiri.
"Umurmu masih kecil, kenapa sudah memikirkan hal yang dewasa?. " Adam sungguh terheran heran dengan perempuan yang disampingnya ini. Begitu blak blakan mengungkapkan kriteria pasangan ideal di depan gurunya sendiri.
"Apa salahnya. " Retha yang tidak mau kalah.
"Yah, tidak ada sih. Tapi kau salah membicarakan itu di depan pria. " Adam yang mulai perlahan mendekati Retha.
"Maksud bapak?. " Retha mulai merinding di buat gurunya.
"Kalau aku yang tiba tiba menjadi kriteria idamanmu bagaimana?. "
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVE TEACHER [Hiatus]
Novela JuvenilHanya sebatas cerita lika liku guru yang mencintai muridnya. Note : Jangan lihat dari covernya tapi lihatlah dulu isinya!