[1] Di Dua Sisi Berbeda

22 2 0
                                    

Surainya berayun kencang sekali. Sangat kencang. Ia menoleh kebelakang, dan akhirnya berhenti.

"Ah... Dia sudah pergi." Ujarnya. Surai merah muda pucat itu ia kibaskan, mengusir bulir keringat yang mengganggu.

"Aku tak bisa mati ditangannya."

Gadis itu berjingkrak ekstra waspada di sepanjang gang sempit itu. Waktu menunjukkan pukul 02.33, hampir dini hari.

Akhirnya ia tiba di sebuah bar kecil. Ia masuk, namun penerangan disana sudah padam semua. Padahal, saat beberapa menit yang lalu, bar itu masih terang meski sudah ditutup.

"Apa yang---"

"Halo."

"Siapa--- HAH?!"

JLEB

Cipratan darah mengenai wajahnya. Sekilas, ia melihat wanita cantik dengan rambut panjang tergerai sedang memegang sebuah pisau yang digunakan untuk menikam perutnya.

*****

























"Berita terkini; ditemukan jasad seorang gadis SMA kelas 11 yang diduga adalah Siswi dari SMA Flarucia."

"PFFFFT!"

"WOILAH ANJ*NG, LU JOROK BANGET." Reo menampar pipi Stella yang tak sengaja menyemburkan jus jambunya. Apalagi, hal menjijikan itu berhasil mengenai rambut ungu Reo.

"Santuy bro," Kunigami menghela napas, "kamu pikir gue nggak kaget. Gelas gue sampe jatoh pas denger beritanya."

"ANJ*NG, INI BENERAN?! BUKANNYA ITU SI..." Reiko menunjuk gambar yang diperlihatkan. Yaitu sebuah rekaman kamera pengawas yang katanya, berhasil menangkap gambar korban itu yang sedang berjalan. Namun setelah itu kamera pengawas mati.

"Eh, buset. (NAME), WOY! SINI LU! LU KENAL 'KAN SAMA CEWE INI?!"

(Name) yang sedang membaca novel milik Chigiri lantas mendongak. "Hah? Bukannya itu... Si... Ameko... Naomi?"

Isagi terlonjak. "Apa? Korbannya... Naomi?"

(Name) melempar novel itu kesembarang arah. Entahlah Chigiri akan mengamuk padanya atau apa. Ia merebut ponsel dari tangan Nagi dan menonton beritanya.

"Gadis berinisial AN ini diduga tewas karena kehilangan banyak darah akibat luka tikam di jantungnya," ujar reporter, "pelaku belum bisa dilacak. Apalagi, di gagang pisau tidak ada sidik jarinya."

"Hah... Cewe itu makin aneh." (Name) menepuk dahinya. "Udah ada Ujian Kelulusan, terus si b*ngsat ini malah ngulah lagi."

"Siapa-siapa? Kalo bukan Naomi pelakunya, apakah Sora?" Tanya Bachira.

Chigiri menggeleng, "tidak mungkin. Sora 'kan masih didalem penjara."

"Gak." (Name) terkekeh. "Siapa bilang Sora belum bebas? Kalian kurang update, ya? Sora udah dibebasin semenjak Naomi masuk kesini."

"HAH?!" Satu meja bersuara hal yang sama. "K-kok bisa? Bukannya... Beberapa minggu lagi ya?" Karen menatap (Name) bingung.

"Ya biasa. Si cewe b*ngsat itu pasti nyogok pihak kepolisian buat ngebebasin Sora. Pasti, dia bakalan masuk sekolah besok." (Name) mengangkat bahu.

"Kalau dia bebas di waktu yang sama pas Naomi masuk..." Kunigami mulai berspekulasi. "Berarti, mereka punya sebuah koneksi."

"Emang," (Name) bertopang dagu, "mereka punya koneksi. Kaiser, Naomi, Sora, dan majikan mereka."

"Tunggu, Kaiser main juga?" Reo bertanya heran. Padahal, dia tampak normal saat 1 Minggu ini.

"Iya, main. Tapi dia bukan antagonis kok." (Name) terkekeh, "semua spekulasi gue kayaknya bener. Dan... Tampaknya, majikan mereka udah mulai gerakin tangannya sendiri."

"Siapa?" Tanya Chigiri. "Gak friend kalo lu nggak ngasih tau."

"LU PADA KENAPA SIH?! UDAH GUE JELASIN, SEMUA BELUM KEBUKTI! KALO ANALISIS GUE SALAH, GUE BISA DIPENJARA T*LOL!"

****














Bukan (Name) kalau tak punya 3 sisi. Sisi pertama ia namakan 'si bunga'. Karena dia merekah cantik dan sangat ceria, tak pernah sedih dan juga mudah bergaul. Ini adalah dirinya sehari-hari.

Sisi kedua dia namakan 'meteor', yaitu perempuan gila yang sangat haus akan mewujudkan semua ambisinya, apalagi kekuasaan diatas panggung. Ini adalah sisi dirinya saat mengetahui kebenaran tentang kertas makian yang ditujukan pada dirinya.

Ketiga, yang paling tenang. Yaitu 'perempuan bulan'. Seorang gadis kalem yang lebih menghargai logika daripada perasaan. Yah, kalem sih. Tapi ia adalah yang paling jahat diantara mereka. Saat ia bertengkar dengan Kaiser, fase jiwanya berada disini.

(Name) sedang menjadi perempuan bulan sekarang. Ia menggigit bibirnya, lantas menutup novel ditangannya geram. Ia menatap satu kantin, merasakan sebuah aura yang tak asing baginya.

"Hadeh, baru gua mau santai." (Name) berdiri dan meregangkan ototnya.

"Maju. Sora udah disini."

𝐬𝐭𝐚𝐫'𝐬 𝐥𝐞𝐭𝐭𝐞𝐫 • 𝐛𝐥𝐮𝐞 𝐥𝐨𝐜𝐤. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang