EPILOG

10 1 0
                                    

"Siswa terbaik pertama, Divisi Koreografi, Kelas dancer, dimenangkan oleh..."

"HIORI YO!"












Hiori maju kedepan. Ia akhirnya bisa ada disini, mengharumkan nama generasi sembilan dengan kemampuannya.

"Terimakasih atas dukungannya, semua." Singkat cerita, Hiori menutup pidatonya. Semua bertepuk tangan, membuat Hiori agak malu.

Sontak ia teringat perkataan Kakak Kelas yang dirindukannya 1 Tahun yang lalu. "Generasi sembilan akan menjadi generasi emas setelah generasi lima."

Hiori tersenyum saat turun dari panggung. "Kak (Name), Doa kakak terkabul. Skor keseluruhan generasi sembilan adalah delapan dari sepuluh." Gumamnya pada diri sendiri.











"Oh ya? Aku belum mendengarnya dari Bu Hanna. Jahat sekali, dia tak memberitahukan skor keseluruhan generasi kalian.

Tetap saja hebat sih, generasiku bahkan hanya mendapat 7,5."

Lelaki dengan surai cyan cerah itu menatap kesamping.

Itu, suara yang familiar dengan pendengarannya.

Seorang gadis dengan kemeja putih dan rok span sepaha, mendekati Hiori dengan sebuah buket bunga mawar ditangannya.

"Selamat, Hiori. Kamu menggantikanku di Panggung. Doaku tak pernah disia-siakan, bukan?"

Hiori mengerjap sesaat. Sebelum dia akhirnya menatap (Name) dengan guratan sedih khas dirinya.

"K-Kak (Name)..."

"Ayo sini peluk."

Hiori, masih diam. Ia melepas toga dikepalanya dan memeluk (Name) erat-erat.

"Kenapa dilepas toganya?"

"Rasanya belum pantas jika memakai Toga saat memeluk Kakak."

(Name) melepaskan pelukannya. "Kamu sama seperti dulu, Hiori." Katanya dengan senyum teduh.

Hiori tersenyum. "Terimakasih."

(Name) mengangguk. "Harusnya Reo dan Nagi yang datang kesini. Tapi mereka punya jadwal mata kuliah, jadi tak bisa hadir. Tak masalah, bukan? Sudah kukabari mereka soal kamu yang sukses di divisi Koreografi."

Hiori tersipu. "B-benarkah? Terimakasih, Kak." Ujarnya malu-malu.

(Name) terkekeh. "Tak masalah!" Ujarnya. Ia lantas kehilangan raut cerianya.

Hiori tentu panik. Sangat panik. "K-Kak? Kenapa?"

(Name) menggeleng kecil. "Tak apa. Aku hanya berfikir, doaku setahun lalu benar-benar didengar Tuhan. Lihat? Salah satu adik kecilku sudah berhasil memenangkan kategori siswa terbaik. Dan, generasi kalian hanya beda 2,5 poin lebih sedikit dari generasi lima."

Hiori tersenyum. "Benarkah? Hanya beda 2,5 poin?! Asyik!"

(Name) mengangguk.

"Baiklah, kupikir ini waktunya." Ujar gadis itu. Ia menyerahkan buket ditangannya pada Hiori dan berbalik.

"K-Kakak mau kemana? Kakak... Belum tampil."

(Name) menatap Hiori sedih.

"Hiori, aku sudah menjadi mahasiswi. Aku bukan Idol lagi, aku bukan mawar bintang yang kamu kenal dahulu."

Hiori menatap (Name) hampa. Ia sontak murung, dan akhirnya tersenyum pahit.

"... Bahagia disana, Kakak."

(Name) mengangguk. "Tentu. Aku... Akan sangat bahagia disana. Aku janji. Bahkan, tanpa lagu dan musik."

Akhirnya gadis itu mulai melangkah.

"Kak (Name)! Kapan-kapan... AYO TAMPIL DI PANGGUNG LAGI! AKU RINDU MAWAR BINTANGKU!"

Seruan Hiori membuat gadis itu terkekeh.

"Semoga saja, Hiori."
































StarLight Series

• END •

𝐬𝐭𝐚𝐫'𝐬 𝐥𝐞𝐭𝐭𝐞𝐫 • 𝐛𝐥𝐮𝐞 𝐥𝐨𝐜𝐤. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang