[2] Parfum Anggrek

13 3 0
                                    

Semua yang ada disana diam. Hening, tanpa satupun kata-kata. Walaupun kantin sangat ramai hari itu, rasanya sangat hening.

"(Name)... Lu yakin?" Stella berkacak pinggang, "aelah. Bohong lu. Nggak mungkin cewe yang lu sebut-sebut itu nyogok polisi. Polisi punya otak ya nj*ng."

"Punya. Tapi gak dipake." (Name) terkekeh. "Ayo. Gua mau liat mukanya. Sepucat waktu gua fanmeeting nggak ya?"

****











Dari keributan itu, sudah pasti ada seseorang disana. Yaitu seorang gadis nyentrik dengan surai ungu sepunggung yang dikepang dibelakang, seragam FA yang dikenakannya ditata sedemikian rupa sehingga rok rample itu disetrika serapi mungkin.

Furuto Sora sudah kembali dari masa Tahanannya.

(Name) disamping terkekeh puas. Ia menatap iris biru es Sora, lebih tajam dari biasanya. Pasti sedang mencari (Name). (Name) ada disini, diantara banyaknya manusia yang menatap Sora.

Yah, apapun yang Sora cari, (Name) yakin bahwa sesuatu itu berhubungan dengannya.





















Sora tersenyum saat melewati kerumunan dimana (Name) berada.














Harum bunga anggrek bulan terasa sangat disukai saat itu. Semua orang memuja, bahkan beberapa sampai berteriak, bertanya apa gerangan parfum yang Sora pakai sampai bunga anggrek itu terasa sangat wangi?

Berbeda dengan (Name). Kepalanya tiba-tiba saja pening tanpa alasan. Pandangannya mengabur, baginya aroma harum yang dipuja orang-orang itu merupakan aroma gila yang membuat kepalanya berdenyut ngilu.

Gadis itu perlahan terhuyung, kakinya tak dapat menahan sehingga akhirnya, (Name) terjatuh ke lantai dengan rasa pening menusuk yang sakitnya tak main-main.

****





















"Aku suka bunga anggrek bulan."

"Sayangnya, Mami dan Papi tak membolehkanku menanamnya di taman bunga."

"Apakah kamu mau memban---"















"PERGI, ANJ*NG!"

Gadis itu tetiba membuka mata, tubuhnya refleks duduk saat bayangan seorang gadis muncul di pikirannya. Yaitu seorang gadis bersurai cokelat pekat, yang tersenyum padanya sambil berkata bahwa dia menyukai bunga anggrek padanya.

"S*alan... Pergi kamu!" (Name) memukul kepalanya kencang-kencang. Beberapa bulan ini, mimpi buruk tentang masa lalunya terus datang menghantui, seperti tak mau (Name) tidur dengan nyenyak.

(Name) memegang kepalanya. Satu tubuhnya bergetar kuat, bak kupu-kupu yang tak mau hidup dan berusaha kembali kedalam kepompongnya.

"Tidak..."














"ANAK TAK BERGUNA! PERGI SAJA KAMU!"

"MASIH BERANI BERMAIN DENGAN KAKAKMU, HAH?!"

"KALAU TAK MAU JADI IDOL, PERGI SAJA SANA!"

"KAMU ANAK TERKUTUK!"















"AKU BUKAN ANAK TERKU---"

"Kamu memang bukan anak terkutuk."

Perlahan, sebuah tangan hangat menutup kedua telinganya. Visualisasi seorang lelaki tinggi muncul didepan (Name), ia tersenyum dan sesekali menepuk kepalanya.

"Kamu anak yang spesial. Sangat spesial."

"Saking spesialnya, aku merasa aktingku jauh dibawahmu, bahkan jika kamu tidak masuk divisi Film."

(Name) membuka matanya pelan-pelan. Ia merasakan tangan itu bergerak ke bahunya, perlahan mengusap pelan dan kembali pada wajahnya. Mengusap bulir keringat yang terjatuh.

"Kamu bukan anak terkutuk." Ulang lelaki itu sekali lagi. Ia duduk disamping (Name) lantas merangkul gadis itu. Membuat kepalanya bersandar di bahu sang tuan.

"Kau dan aku sempurna, semoga ada cara 'tuk terus bersama, selalu kutunggu, tak mau berlalu, kau dan aku..."

Alunan lagu Penjaga Hati berputar di kepala (Name). Gadis itu perlahan tersenyum, mulai nyaman didalam pelukan lelaki disampingnya.

"Kan kuarungi tujuh laut samudera, 'kan kudaki pegunungan Himalaya, apapun 'kan kulakukan 'tuk dirimu, sayang, oh penjaga hatiku..."

"Kenapa kamu menyanyikanku lagu ini?" Bisik (Name) pelan. Ia memeluk kedua lututnya, dan menatap matahari terik diluar.

"Yah, karena kamu seperti lagu ini." Ujarnya. Ia kembali menyambung lirik, bernyanyi untuk menenangkan (Name).

"Cukuplah, aku sudah tenang bahkan ketika kamu mengatakan bahwa aku bukan anak terkutuk."

Lelaki itu tersenyum. "Baiklah. Istirahat disini, kalau sudah jam pulang aku jemput."

Ia berdiri.













"Terima kasih, Chigiri."

Chigiri mengangguk.

"Tak apa."

𝐬𝐭𝐚𝐫'𝐬 𝐥𝐞𝐭𝐭𝐞𝐫 • 𝐛𝐥𝐮𝐞 𝐥𝐨𝐜𝐤. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang