#18. Tawa Memecah Di Kala Malam Buta

12 1 0
                                    

"Kenapa baru bilang sekarang?!" Reginald, Seth, serta Percival melebarkan matanya saat Jese mengatakan kalimat itu. Yang benar saja, pikir mereka bertiga.

Tadi sebelum mereka bertiga pergi, Jese-lah yang menyambut rencana liburan dadakan ini dengan senang hati. Tapi lihatlah sekarang, pemuda itu juga lah yang tampak bimbang. Kalut merekah pada rupanya sebelum Percival kembali bersuara. "Ya sudah, kita pulang saja. Lagipula sudah terlalu malam untuk anak seusia kita."

"Hah! Kau pikir kita anak kecil yang masih meminum susu sebelum tidur? Konyol sekali," sahut Reginald tampak tak setuju, sedangkan Seth serta Jese telah membereskan barang mereka agar keluar dari rumah bowling.

"Kalau kau tidak setuju, tidurlah di sini sendirian. Kami akan pergi, selamat tinggal." Percival melambai ke arah Reginald selepas ia, Seth, serta Jese melangkah menuju pintu rumah bowling.

Reginald berdecak pelan seraya mengejar ketiga temannya, lengannya lantas merangkul bahu Seth yang setia memeluk buku anatomi mayat kesayangannya. "Kau tadi berkata kita keluarga, kenapa justru kalian meninggalkanku?"

Percival enggan menyahuti, tetapi Jese segera menjawab dengan suara pelan. "Aku tidak ingin dikenakan detensi berat lagi," ujarnya dengan tangan menenteng tas berisi barang-barang titipan anak-anak asrama, memegang tas itu serupa isinya ialah barang berharga yang dimana Percival justru menganggap barang-barang di sana lah yang mengantarkan Jese untuk mendapatkan detensi.

"Tapi kau selalu hampir kena detensi setiap bulan jika bukan karena pelanggan setiamu mati-matian membelamu," kata Reginald yang sukses mendapat tawa dari Percival sementara Seth turut melirik ke arah Jese, seakan sorot matanya mengindikasi bila perkataan Reginald ada benarnya.

"Itu 'hampir' saja, kan. Sekarang aku ingin memperbaiki diri. Lihat saja, aku akan berubah menjadi anak baik di semester ini," ucap Jese percaya diri, tawa Percival semakin kentara memecah hening di udara.

"Kenapa kau tertawa, Percy? Apa kau tidak percaya padaku?" tanya Jese, alisnya saling bertautan saat sepasang matanya menangkap jelas Percival tertawa hingga wajahnya memerah.

"Tidak, hanya saja ucapanmu sangat lucu. Benar begitu bukan, Seth?" Percival melirik ke arah Seth, pemuda itu mengangguk sebagai tanda setuju.

"Ya. Aku juga tidak percaya Jese akan berubah seperti itu. Akan aneh rasanya melihat Jese yang biasa menyelundupkan barang ke asrama berubah menjadi anak baik-baik."

Mendengar itu telinga Jese memerah malu, benar juga apa yang dikatakan Seth. Akan terasa ganjil apabila ia berubah. Orang-orang pasti mengira kepalanya habis terbentur sesuatu hingga isinya benar kembali.

Namun mendengar tawa ketiga temannya yang terasa tak memiliki beban, Jese ikut tertawa bersama mereka. Mereka menertawakan kekonyolan mereka, rencana liburan yang berjalan sia-sia, tapi entah mengapa mereka bertiga dapat bahagia meski sejenak saja.

──

Tema hari inii:

Kebetulan aku dapat Kak Sasa Nilakandiez, semoga sesuai sama keempat tokohnya ╥﹏╥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kebetulan aku dapat Kak Sasa Nilakandiez, semoga sesuai sama keempat tokohnya ╥﹏╥

Romantika [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang