#20. Semestinya Manusia

10 1 0
                                    

Malam turun tanpa hendak menjeda waktu bagi para jiwa. Semburat jingga di kaki cakrawala lamat saru bersilih pekat serta kelamnya gulita. Angkasa raya tak dihiasi oleh gemintang serupa biasa sementara kerumunan mega jua turut sirna entah ke belahan buana mana.

Bintang teramat cinta akan malam buta, sebab di sana, sunyinya dapat terobati kendati diri senantiasa berpeluk dengan kesendirian. Bila malam tiba, kepala sang taruna lantas dirubung oleh banyaknya aksara. Mereka menggerayangi bilik minda, berkelindan membentuk larik-larik nada, yang 'kan bermuara menjadi lagu baru ciptaannya.

Lagu ... ah ia sudah terlalu banyak menciptakan hal itu. Hingga sesuatu yang ia banggakan itu menjadi hal yang menghancurkannya pula.

Lagunya begitu indah, kata banyak orang.

Lagu yang Bintang ciptakan mampu menghipnotis pendengarnya, ujar orang-orang lainnya.

Bintang senang mendengar ucapan baik dari para penggemar perihal lagu yang ia tulis dari hati berikut nada yang turut tercipta oleh sepuluh jemari, akan tetapi, Bintang lupa jika semakin banyak dipuji maka semakin banyak pula yang membenci.

Ia tahu apabila ada anggota band Ibukota lain yang membencinya kendati di depan layar maya mereka tampak baik-baik saja. Lalu para pelaku seni yang sempat memandang rendah dirinya karena ia anak dari seorang pemilik agensi besar dan terkenal di Jakarta. Dan kini, orang yang teramat ia percayai justru berakhir mengkhianati.

Rendra menghancurkan karir serta hidupnya.

Pertemanan yang ia kira berjalan baik-baik saja nyatanya bermuara jauh pada hal yang jauh direka di kepala. Bintang tidak mengerti, mengapa Rendra mengkhianatinya selepas berteman sekian lama, apa mungkin karena rasa iri?

Bintang menggelengkan kepala, berusaha mengusir kalimat negatif yang mencoba menginvasi meskipun kalimat itu justru ada benarnya.

Memang begitu sifat manusia, bukan? Mereka dapat berubah dari waktu ke waktu. Ada yang tiba dan pergi dengan mudahnya. Manusia tak pernah menetap ke satu insan saja. Begitu juga Rendra kepada Bintang.

Akan tetapi, hidupnya kini benar-benar hancur karena Rendra. Ia kehilangan semuanya; karirnya, Jia, serta alasannya 'tuk hidup lebih lama.

Aku hancur karenamu
Hidupku seakan tidak ada maknanya lagi
Semua orang memandang rendah padaku
Di mataku, dunia perlahan kembali kelabu

Duniaku berubah karenamu
Semuanya hancur lebur tanpa sisa
Bahkan aku tak dapat lagi merasakan bahagia serupa semula

Kuharap engkau mendengar suaraku
Yang berisikan bagaimana hancurnya diriku
Dengar, aku menyanyikan lagu ini untukmu

Kelabu - Bintang Narandanu

Romantika [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang