Romantika [✔]

#10. Mengembarai Arteri Kota Tanpa Kata Mati

Kale gemar berbicara tanpa ada suara. Sederhananya, setiap kata yang ia inginkan 'tuk bersuara, tak pernah bisa tersampaikan kepada para jiwa. Ia memendam semua kata di kepala, mengudara bebas di sana, kendati dunia bukan tempat yang benar untuknya mengutarakan apa yang telah menjadi asa di dada.

Manusia begitu pelik dalam menerima suara manusia lainnya, pikir Kale bilamana langkahnya tengah memijaki tubuh bentala. Acapkali sang pemuda itu berdiam diri sementara bilik imaji teramat ramai, ia bermakrifat dalam sunyi, jika apakah ini benar dunia yang ia kehendaki?

Dunia sesak tanpa kebebasan bersuara. Dunia tempat semua mimpi para jiwa mengudara, tetapi di dunia jua lah mimpi mereka memudar tak bersisa. Kale heran, mengapa mereka masih betah berada di sini kendati semesta telah terlalu banyak mematri kekecewaan pada para insan.

Apakah sejatinya manusia memang begitu adanya?

Seraya isi kepala yang berkelana entah ke mana, Kale meneruskan langkahnya yang jua entah akan bermuara ke mana. Seraya netra mengeja kepak burung gereja di raga cakrawala, sang surya telah berada di atas kepala, jemari taruna itu meniti ke arah kepulan mega yang menggantung di ujung payung kota, tanpa adanya suara.

Gema bicara manusia serupa saru bila bersua akan telinga sang pemuda. Kale memilih menuli, khayalannya bermigrasi, ia enggan menapak lagi pada tubuh pertiwi.

Ia ingin pergi, sejauh yang mana bisa kedua kakinya capai.

Lagipula ia yakin, apabila yang ia lakukan ini memang benar apa yang sedari lama telah ia kehendaki.

──

Tema hari ini lumayan bikin muter otak soalnya ... bingung bikinnya gimana (Ambil buku fiksi terdekat dari kalian, buka HALAMAN 6, lalu buat CERITA yang terinspirasi dari DUA KATA PERTAMA pada halaman tersebut), di rumah cuma ada komik JJK sedang semua novelku ada di kos ╥﹏╥

Aku pakai kata 'ini benar', terus bikinlah Kale dengan segala pertanyaannya soal dunia. Walau agak tricky, aku ttep sukaa (ska menantang diri sendiri)