Sempurna untuk Berguna?

209 77 177
                                    

Selamat membaca kalian. Jan lupa tinggalkan jejak vote dan comments ya ^^

~••••~

"Nggak perlu sempurna buat jadi orang berguna."

~••••~

"Lepasin tangan gue!" sentak seorang gadis dengan tatapan dalam tertuju pada lelaki yang sedang mencekal pergelangan tangannya.

"Ayo pergi! Gue nggak suka kalau lo bareng mereka," sahut sebuah suara dengan nada datar. "Kenapa masih ada orang yang percaya kelompok FGZ? Padahal udah jelas sok baik dan nggak ada guna lo pada minta bantuan ke mereka. For Gen Z cuma sok jadi pahlawan. Mau aja kalian dibuat bego."

Brak!

Gebrakan meja berhasil menyerap semua perhatian semua orang yang berdiri mengelilingi salah satu meja deratan belakang di kantin sekolah. Mata mereka kini hanya tertuju pada satu perempuan dengan rambut model ikat kuda yang tampak tidak terima.

"Lo datang-datang udah nyari ribut ya. Gue paling nggak suka sama cowok yang beraninya main kasar ke cewek. Apalagi di depan umum," ucapan itu terlontar dengan berani. "Kalau lo mau ajak Gendis pergi, tinggal ajak aja baik-baik. Nggak usah pakai kekerasan sampai narik tangan orang kayak tadi. Lo nggak tau malu atau banci?"

Seantero sekolah SMA Insani Unggul pastinya sudah mengenal Zora Nailazaara. Apalagi semenjak dia tergabung dalam sebuah kelompok yang dikenal dengan nama tim For Gen Z. Terbukti kini Zora juga tidak terlihat takut menghadapi lawannya yang berbadan tinggi tegap.

Perkataan Zora barusan berhasil membuat lelaki tersebut terdiam untuk beberapa saat.

"Kenapa nggak bisa jawab Angkasa Darendra?" Salah satu sudut bibir Zora terangkat seraya melayangkan tatapan mata menantang. "Lo boleh nggak suka sama For Gen Z, tapi lo nggak bisa ajak apalagi paksa orang buat sependapat sama kayak lo."

"Zora bener." Bagas mengangguk setuju. "Kalo iya For Gen Z cuma sok baik dan nggak guna, buat apa mereka di sini? Termasuk adik lo, Angkasa. Mereka nunggu cuma buat ngobrol, minta bantuan atau mungkin sekedar minta tanggapan. Karena nggak semua orang beruntung punya tempat buat cerita."

Tatapan Angkasa menyapu sekeliling mencoba mencari sangkalan. Namun, tidak ia temukan karena apa yang disampaikan oleh Bagas tidaklah keliru.

Banyak orang yang berkerumun di satu meja. Berlomba meminta bantuan For Gen Z dengan beragam permintaan. Mulai dari yang ringan, bertanya mengenai cara menurunkan berat badan sampai meminta diajarkan cara mengungkapkan perasaan.

"Nggak bisa ngomong lagi dia, Gas." Zora tersenyum meremehkan. "Otaknya udah kosong."

Angkasa menghela napas berat. "Gue heran. Kita sama-sama murid di sekolah ini, tapi kenapa kalian mau repot urusin banyak masalah orang lain? Buang waktu. Padahal gue yakin kalian punya masalah masing-masing."

For Gen Z yang dibentuk dan beranggotakan tiga orang yaitu Bagas, Zora serta Maira memanglah tidak ahli dalam semua bidang. Mereka hanya disatukan dalam sebuah kelas yang berisikan siswa dan siswi unggulan di angkatannya. Dan tanpa sengaja mereka memiliki keinginan yang sama untuk bisa berguna terlebih untuk orang sekitar.

Semua bantuan yang For Gen Z berikan sama sekali tidak meminta imbalan. For Gen Z hanya senang membantu sesama remaja khususnya teman-teman di SMA Insani Unggul. Bukan untuk menggurui karena mereka sadar ada pihak yang lebih berhak untuk hal itu. Namun, mereka hadir bagi orang yang tidak memiliki tempat untuk berkeluh kesah atau tidak memiliki orang yang nyaman dijadikan 'rumah' tempat bercerita.

"Udah, nggak usah ribut. Gue takut cuma karena hal ini kalian berantem sampe baku hantam." Maira bergidik ngeri jika membayangkan hal tersebut benar-benar terjadi. "Sebentar lagi juga bel masuk. Jadi, lebih baik kita persiapan buat belajar lagi."

"Kakak sih dateng cuma mau bikin ribut." Gendis menatap Angkasa sebelum kepalanya tertunduk merasa tidak enak. "Maaf ya Kak Zora, Kak Bagas, dan Kak Maira. Karena Kak Angkasa kita jadi ribut. Maaf juga karena gue, yang lain jadi nunggu."

"Nggak papa. Bukan salah lo, Gendis. Cuma kakak lo aja itu seneng banget bikin ribut." Zora memberikan tatapan teduh berharap dengan itu bisa menenangkan Gendis.

Angkasa kembali menarik napas berat. Terkadang Angkasa hanya ingin lebih dekat dengan adiknya. Ia berharap Gendis bisa menceritakan semua kepada Angkasa yang merupakan kakak kandung gadis itu. Namun, tidak jarang juga Angkasa merusak rencananya karena bingung tidak tau harus berbuat apa.

Tidak mau terjadi lagi keributan, Angkasa memilih untuk segera beranjak tanpa mengatakan sepatah kata pun. Meninggalkan beragam sorakan berasal dari siswa siswi yang jadi menunggu lama karena keributan tadi. Pantas saja mereka kecewa. Sudah menunggu agar bisa mengobrol dengan For Gen Z, tetapi harus terkendala kejadian yang fidak diinginkan.

"Terus gimana berarti gue nggak bisa minta bantuan sekarang?"

"Iya nih, padahal kita udah nunggu."

"Gue padahal mau minta saran nama buat kucing gue."

"Jam masuk kelas udah sebentar lagi. Kita bisa lanjut besok ya!" Maira berseru semangat untuk mengobati kekecewaan.

Zora melihat sekilas arloji yang dia pakai. Dan benar saja beberapa menit lagi bel masuk akan segera berbunyi. "Iya bentar lagi bel masuk. Kalo kalian udah nggak sabar mau ngobrol, curhat atau apapun itu kalian bisa DM aja gue lewat IG. Pasti gue bales. Atau mau besok ngobrol langsung juga boleh. Yang penting sekarang kita semangat lagi buat belajar karena itu yang harus kita utamakan. For Gen Z bakalan berusaha selalu ada buat kalian. Jadi kalian nggak perlu khawatir. Semangat!"

"Kak Zora, Kak Bagas dan Kak Maira juga harus semangat," ujar Gendis dengan mata berbinar.

For Gen Z tersenyum simpul. Menandakan bahwa sejatinya mereka juga hanyalah manusia biasa yang pasti merasakan lelah. Ketiganya bersyukur karena tidak jarang mereka juga mendapat kepedulian dan hal baik dari orang sekitar. Hal itu tentunya menjadi penguat mereka untuk terus membantu banyak orang.

Perlahan tatapan kecewa yang semula tampak jelas kini memudar. Bergantikan dengan senyum lega. Hingga pada akhirnya satu persatu dari mereka pamit meninggalkan kerumunan. Begitu juga dengan Maira yang sudah beranjak lebih dulu dan kini hanya menyisakan Bagas dan Zora yang masih berada di tempat semula.

"Ra, lo baik-baik aja?" tanya Bagas saat menyadari jika Zora terdiam dengan tatapan kosong.

Lamunan Zora seketika buyar. Dia bahkan baru sadar jika tinggal mereka berdua di meja itu. Zora tersenyum tipis. "Nggak papa. Gue baik-baik aja, cuma sedikit ngantuk."

Zora langsung mengalihkan pandangan. Tidak mau jika Bagas tau jika dia menjadi teringat dengan ucapan Angkasa beberapa saat lalu mengenai anggota tim For Gen Z juga memiliki masalah masing-masing. Perkataan itu sukses membuat Zora mengingat hal yang tidak sepantasnya. Zora mencoba mengenyahkan pikiran tersebut.

"Kalo ada apa-apa cerita, Ra. Lo punya Gue."

~••••~
TBC


Hi ^^
Udah lama banget nggak nulis, dan nyapa kalian huhu.
Gimana sama cerita baru For Gen Z?

Sorry for typo huhu.
Mudah-mudahan kalian suka ya sama ceritanya. Jan lupa vote dan comments ^^

Salam hangat

Risyyu

For Gen Z (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang