Power Boys

58 40 140
                                    

Selamat membaca. Jan lupa vote dan comments ^^

~••••~

Maraknya perundungan di lingkungan sekolah sangat sulit untuk dihentikan. Lalu, siapa yang harus disalahkan?

~••••~

“Temen gue lagi dibully di belakang sekolah!” lapor seorang siswa yang datang dengan tergesa dan napas terengah-engah.

Seperti biasa kini Bagas, Zora dan Maira tengah melakukan aktivitas rutin yakni melakukan pertemuan dengan orang yang membutuhkan bantuan tim For Gen Z di waktu istrirahat. Ketika mendapat informasi barusan ketiganya langsung berdiri dari tempat duduk masing-masing.

“Seriusan lo?” Zora bertanya untuk memastikan kembali. “Lo tau dari mana?”

Siswa yang masih mengatur napasnya itu mengangguk cepat. “Beneran. Gue tau karena temen gue sendiri korbannya. Gue udah coba bantu dia, tapi kalian tau sendiri gimana kejamnya Powboys.”

Bagas mendengus kesal. Hal itu sudah berulang kali terjadi. Hukuman dan petingatan dari pihak sekolah sama sekali tidak membuat pelaku bully itu merasa jera.

“Kita kesana sekarang.” Maira memberi saran. “Nggak usah buang waktu lagi. Gue takut mereka makin ngelunjak.”

“Lo sama Zora tunggu aja. Terlalu bahaya buat cewek ke sana. Lebih baik lo bantu lapor ke guru. Biar gue sama cowok lain aja yang pergi,” ujar Bagas dengan tegas.

Tidak mau mengulur waktu, Zora dan Maira menurut saja. Membiarkan Bagas dan beberapa lelaki lain yang semula ikut bergabung dengan mereka pergi ke tempat kejadian.

Aksi bullying di SMA Insani Unggul memang sulit sekali untuk dihentikan. Namun, hal itu juga banyak terjadi di sekolah lain di Indonesia. Kurangnya pengawasan pihak sekolah tidak sedikit membuat para pelaku bully semakin gencar melayangkan aksi.

“Teman-Teman, nanti kita lanjut lagi ya ngobrolnya. Gue dan Maira pamit duluan.” Zora langsung memberi kode kepada Maira melalui tatapanya agar mereka segera  pergi.

DI perjalanan menuju ruang guru Maira berkata, “kasus bully ke berapa kali ini, Zor? Dulu Powboys udah dinyatakan bubar, tapi ternyata mereka masih ada? Dengan adanya korban dan kasus baru, gue jadi ngerasa For Gen Z gagal untuk kasus ini.”

Seketika langkah Zora terhenti. Mendengar apa yang dikatakan Maira barusan berhasil membuatnya terpaku. Memang ini bukanlah kasus bully pertama, sudah banyak sekali kasus yang serupa terjadi di sekolah mereka.

“Kali ini kita harus bener-bener bisa bubarin Powboys. For Gen Z nggak boleh lengah lagi.”

~••••~

Kondisi di belakang sekolah sangat ricuh dan jauh dari kata kondusif. Jalanan yang sepi seakan menguntungkan Power Boys atau lebih akrab dikenal dengan sebutan PowBoys itu semakin melancarkan kegiatan mereka.

Seorang lelaki tampak ketakutan dengan memar yang tampak di beberapa bagian wajahnya. Ia hanya bisa terdiam pasrah dengan keadaan kedua tangan dan kaki diikat oleh tali. Hendak melawan, tetapi sama saja seperti menyerahkan nyawa karena bagaimanapun dia telah kalah jumlah. Power Boys tidak segan untuk mencubit, memukul, menendang, bahkan meludahi lelaki itu.

“Kalo lo mau jadi anggota baru Powboys, angkat muka lo!” perintah salah seorang pelaku bully tersebut seraya berjongkok di hadapan korban. “Gue nggak butuh anggota cupu. Kasih bukti kalo lo pantes buat jadi bagian dari kita.”

“Udah si Iqbal mendingan dihabisin aja, Nal.” Yang lain memberi usul.

Ronal memang terkenal dengan kesangaran dan kenakalannya. Ditambah dengan posisi Ronal yang tersohor sebagai pemimpin Power Boys membuat ia banyak dihindari dan disegani. Berulang kali masuk ruang BK bahkan terancam dikeluarkan sekolah akibat dari ulah yang Ronal lakukan rupanya tidak memberikan jera bagi lelaki itu.

For Gen Z (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang