Kembali Menjelaskan

33 26 0
                                    

Happy reading. Jan lupa vote dan comments ^^

~••••~
Di saat hidup tidak adil, rasanya pasti berat banget. Tapi, bertahan dan terus melangkahlah. Karena dunia tidak selamanya suram. Masih ada waktu dan kebahagian yang bisa kamu ciptakan.
~••••~

Zora dan Maira baru saja selesai mengembalikan buku yang dipinjam dari perpustakaan. Keduanya berjalan berdampingan keluar dari tempat yang dipenuhi berbagai jenis bacaan itu.

“Bagas kemana ya, Mar? Tadi waktu bel istirahat dia langsung pergi gitu aja.” Zora bertanya. Sejak tadi mereka memang tidak bersama Bagas seperti biasanya.

Maira mengangguk satu kali. Pandangannya tetap mengarah ke depan. “Gue juga nggak tau, Zor. Memang sih tadi gue perhatiin di kelas dia banyak diem terus ngelamun. Aneh banget.”

Zora dan Maira terus berjalan menelusuri kolidor. Letak perpustakaan yang cukup jauh dengan kelas 12 IPA 1 membuat keduanya harus menelusuri hampir setengah luas sekolah. Suasana kolidor sekolah pun cukup sepi saat jam istirahat seperti ini karena banyak siswa siswi yang menghabiskan waktu di luar kelas terutama kantin.

Seketika langkah Zora terhenti saat mereka hendak melewati gudang sekolah. Zora semakin menajamkan pendengaran ketika menangkap suara yang sudah tidak asing baginya. Dengan cepat Zora langsung menarik Maira menuju pintu gudang yang tidak tertutup rapat.

“Ada apa, Zor?” Maira bertanya heran. “Eh, lo mau nguping?”

Zora meletakkan telunjuk di depan bibir. Memberi isyarat untuk tidak berisik. Maira yang masih belum paham, pada akhirnya hanya bisa menurut saja dan diam mendengarkan.

“Ternyata Bagas ada di dalem, bareng Ronal,” ujar Zora setelah mengintip dari balik jendela. “Kita di sini aja dulu. Jaga-jaga takut mereka ribut.”

Kening Maira semakin berkerut bingung. Bagas yang terlihat sangat tidak suka pada Ronal kini mereka bertemu diam-diam? Tentu saja Maira dan Zora menjadi menaruh tanda tanya.

“Jangan harap gue terima fakta kemarin. Sama sekali gue ogah punya hubungan darah sama lo.” Suara Bagas terdengar ketus. “Tapi karena permintaan Ibu, gue rela nurut buat temuin lo sekarang.”

Zora dan Maira refleks membekap mulut karena terkejut. Apakah benar apa yang mereka dengar sekarang? Bagas tergolong sangat jarang membicarakan tentang keluarga, hal tersebut membuat Zora dan Maira tidak banyak tahu mengenai keluarga Bagas yang mereka kira baik-baik saja.

“Cih.” Ronal meludah ke arah samping. “Ibu lo itu cuma jalang yang murahan. Buat apa dia sok urus hidup gue?”

Tangan Bagas sejak tadi sudah terkepal karena sikap Ronal membuat emosi. Siap melayangkan tinju kapanpun Bagas mau. Namun, berulang kali Bagas teringat pada sang Ibu yang menangis dan meminta Bagas untuk menemui Ronal.

Bukan tanpa alasan Hani meminta bantuan. Menurut laporan dari Renald, Ronal tidak pulang ke rumah setelah kejadian di restoran. Karena naluri Ibu yang melekat pada diri Hani, tentu saja wanita itu khawatir dan meminta Bagas untuk membujuk Ronal kembali pulang.

“Berhenti lo bilang Ibu gue jalang. Lo nggak tau ‘kan gimana cerita yang sebenarnya? Karena waktu itu lo pergi gitu aja tanpa mau dengerin penjelasan utuh.” Bagas kembali menyahuti.

Sementara di luar gudang Zora dan Maira masih setia mendengarkan. Bukan hanya karena atas dasar ingin tahu, tetapi mereka juga bersiaga jika sewaktu-waktu Bagas dan Ronal ribut hingga baku hantam.

Ronal tidak menggubris lagi. Bahkan kini lelaki itu malah duduk santai seraya merokok. Terlihat tidak begitu antusias terlibat percakapan. Membuat Bagas yang tidak pernah merokok sudah mulai tidak nyaman karena asap yang mengepul.

For Gen Z (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang