Jam masih menunjukkan pukul 04:00, tetapi (name) sudah terbangun. Karena ia tinggal sendiri (name) terbiasa bangun pagi-pagi, ketika matahari belum terbit. Apa-apa dia sendiri, masak-masak sendiri, nyuci-nyuci sendiri.
(Name) sekarang sedang menghangatkan sisa makanannya tadi malam. Setelah selesai, ia menaruhnya di atas meja. (Name) melirik ke arah jendela yang mengarah ke jalanan depan rumah sejenak. Entah perasaan apa yang memicunya untuk menyingkap tirai jendela.
Ia berjalan mendekati jendela dan menyingkap tirai, terlihat seseorang—tunggu, emang bisa disebut orang?
'seseorang' berjalan di depan rumahnya, kalau dari perawakannya, 'orang' tersebut seperti laki-laki. Orang waras mana jalan-jalan jam segini coba?
Lagipula, kalaupun jurig, tidak mungkin jurig itu memakai baju tidur dan berjalan-jalan menggunakan skateboard.
Jurig kan biasanya terbang, apa sekarang sudah ada jurig modelan terbaru?
(Name) memilih untuk mengabaikannya, ia menutup kembali tirainya. Sambil komat kamit berdo'a semoga hal tadi bukan jiwa yang bergentayangan.
Sementara di sisi lain ...
————————————————
Terlihat seorang lelaki yang sedang terdiam di depan pintu rumah sambil memegang skateboardnya, ia baru saja pulang sehabis jalan-jalan ke komplek sebelah.
Dia terdiam berharap semoga belum ada yang terbangun, jika dia ketahuan keluar rumah jam segini bisa-bisa ia kena siraman rohani.
Sambil menegup ludahnya, agar mengurangi rasa gugup. Ia mulai membuka pintu rumah secara perlahan.
Setelah terbuka, terlihatlah dua orang yang sedang berdiri di depan pintu seolah sudah menunggunya sejak lama, dan sedang menatapnya dengan tatapan yang tajam.
Yang ditatap menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal sambil tersenyum gugup.
"Hehe ..."
"Bang Upan ngapain keluar jam segini?"
"Hehe, maaf Gemgem ... soalnya tadi kebangun, karena gak bisa tidur yaudah gue jalan-jalan aja." Pemuda itu bernama Taufan, atau biasa lebih akrab dipanggil Upan oleh saudaranya. Ialah jurig yang dibilang (name), tenang, dia bukan jurig beneran kok. Alhamdulillah masih hidup.
"Lo pasti jalan-jalan ke komplek sebelah."
"Kok tau?"
Orang tersebut menghela nafas, ya dia adalah si sulung dari tujuh bersaudara. Namanya Halilintar.
Halilintar hafal sekali jika Taufan sedang gabut ia akan jalan-jalan menggunakan skateboardnya, kadang keliling komplek, kadang ke komplek sebelah. Pernah sekali Taufan sampe nyasar ke tengah-tengah kota. Dia beralasan untuk menemui sepupu-sepupu mereka.
Halilintar sempat bingung, kenapa seluruh kembarannya—kecuali Gempa—memiliki tingkah laku yang abnormal. Bahkan dia pernah mikir bahwa saudara-saudaranya—kecuali Gempa—itu anak pungut.
"Yaudah bang Upan pergi mandi, aku sama bang Hali mau nyiapin sarapan," ucap Gempa.
"OKEE!" Taufan yang menyadari pagi ini ia tidak terkena omelan dari adik pertamanya atau si kakak sulung yang tercinta langsung lari bersemangat kedalam rumah menyempil antara Gempa dan Hali.
Taufan yang awalnya berlari tiba-tiba terhenti ketika ia melihat orang yang familiar sedang duduk di kursi ruang tengah sambil membaca buku. Taufan mendapatkan sebuah ide, ia menggosok-gosokkan tangannya dan tersenyum kejam layaknya villain-villain di kartun.
KAMU SEDANG MEMBACA
★ ''𝐌𝐨𝐯𝐢𝐧𝐠 ࣪✦ ִֶָ𓂅 Boboiboyxreader//boel
FanfictionIndonesian Highschool AU! Dikarenakan suatu insiden, (name) terpaksa pindah ke Academy Pulau Rintis dari sekolah lamanya. Di sekolah ini, (name) bertemu dengan orang-orang yang ... unik? Romancenya gak bakalan banyak, karena author gak ahli di bidan...