8. Teror

379 54 3
                                    

Malam yang sunyi seperti hati mu, suara hujan yang mengguyur jalanan terdengar jelas ke kamar (name), jari lentiknya membalikkan halaman kertas buku yang sedang ia baca dengan hati-hati.

(Name) sedang duduk di meja belajarnya ditemani dengan Jangkrik di pangkuannya dan aromaterapi yang terletak di ujung meja.

"(Name)."

(Name) menoleh ke arah Harsa yang sedang berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Ini ada surat tadi di depan pintu, tapi abang gak tau dari siapa." Harsa menaruh suratnya di samping (name).

(Name) mengernyit, ia menutup buku yang sedang ia baca dan menaruhnya di rak.

Suratnya terlihat mengerikan. Sampulnya berwarna abu-abu mendekati hitam dan ada seperti bercak-bercak berwarna merah pada sampulnya. Yang kek ginian gak mungkin surat cinta lah.

(Name) membuka suratnya, terdapat tulisan, "Jauhi dia atau tanggung akibatnya."

Lah jauhi siapa? (Name) gak ada buat masalah perasaan. (Name) memilih tak ambil pusing, ia menaruh kembali surat tersebut di meja.

(Name) berdiri sambil menggendong Jangkrik-berniat untuk membawanya tidur bersama di kasur.

Ia mematikan lampu kamarnya dan merebahkan diri di ranjang.
(Name) memejamkan matanya lalu perlahan-lahan memasuki dunia mimpi.

Terdengar suara gemuruh petir dari luar. Dapat didengar juga bunyi jangkrik—bukan jangkrik kucing peliharaannya (name)—saling bersaut-sautan di luar rumah di antara derasnya suara hujan. Angin kencang melintasi ventilasi rumah (name), hawa dingin menyelimuti tubuh. Dingin-dingin gitu enaknya diselimuti kekayaan.

Hujan semakin deras kian malam semakin gelap. Suara guntur terdengar lantang, dan kilatan petir menyambar di antara awan-awan yang terlihat gelap.

Tuk tuk tuk

(Name) terbangun ketika mendengar suara aneh yang datang entah darimana, ia melirik ke arah jam dinding. Jam dinding itu menunjukkan pukul dua belas malam.

Tuk tuk

Lagi-lagi suara itu terdengar kembali, (name) menoleh ke arah jendelanya. Ia mempunyai firasat bahwa seperti ada suatu benda  yang di lempar ke jendelanya.

Karena penasaran (name) berdiri dan berjalan mendekati jendelanya. Dengan perasaan ragu—takutnya ada jumpscare—(name) menyingkap tirai jendelanya.

Tampak seperti ada siluet seorang perempuan yang sedang berdiri di depan rumahnya, ia menatap ke arah jendela kamar (name). Tangannya seolah-olah menggenggam sesuatu.

Tuk!

(Name) tersentak, benar dugaannya. Perempuan tersebut melemparkan batu ke jendela (name). Kali ini bahkan lebih kuat.

Gabut sekali dia melempar-lempar batu kecil ke jendela kamar (name) saat hujan-hujan begini, tengah malam lagi. Gabut yang tidak bermanfaat.

Perempuan tersebut masih berdiri di depan rumah (name), baju dan rambutnya sudah basah kuyup. Entah apa sebabnya ia rela hujan-hujanan tengah malam begini.

Petir di langit menyambar ke bumi, di iringi suara guntur yang bergemuruh. Dapat dilihat sekilas, perempuan tersebut menatap (name) dengan nyalang, (name) membelalakkan matanya terkejut ketika menyadari siapa perempuan tersebut.

————————————————

"Kamu yakin gak apa-apa (name)?" Yaya dan Ying menatap (name) dengan khawatir.

(Name) mengangguk dengan lemas, kantung matanya tampak sangat jelas.

Yaya dan Ying tau bahwa (name) itu seringkali belajar atau sekedar membaca buku sampai lupa waktu, tetapi sekarang belum masuk minggu ulangan dan juga tidak sampai lemas seperti ini.

★ ''𝐌𝐨𝐯𝐢𝐧𝐠 ࣪✦ ִֶָ𓂅 Boboiboyxreader//boelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang