Saat jam istirahat, semua murid berlari berhamburan ke kantin untuk membeli makanan berat ataupun jajan. Begitu juga Yaya dan Ying, hari ini mereka pergi ke kantin untuk membeli makanan karena mereka tidak membawa bekal.
(Name) sekarang sedang duduk di kursinya, menunggu mereka kembali. Sebenarnya ia sudah di ajak untuk pergi ke kantin, tetapi (name) menjawab bahwasannya ia malas untuk berdempet-dempetan dengan orang banyak.
Kelas saat ini sepi, karena yang lain lebih memilih untuk makan di luar daripada di kelas.
(Name) membuka bekalnya, ia melihat ke sekeliling kelas. Dia merasa bahwa ia sedang ditatap oleh seseorang. Mata (name) tertuju kepada seorang pemuda yang berkacamata visor berwarna oranye, pemuda itu sedang menatapnya.
(Name) mengenalnya, pemuda itu adalah Solar. Si bungsu dari tujuh bersaudara, ia juga tak kalah famous dari saudara sulungnya. Halilintar.
Mereka bersaing di dalam kepopuleran, walaupun Halilintar tak begitu peduli ia populer atau tidak tetapi Solar peduli. Mana mereka berdua sekelas lagi.
Bisa dibilang Solar itu cukup narsis. Tetapi disebalik sifat narsisnya, Solar termasuk siswa yang terpintar di kelas. Tak jarang ia mengangkat tangannya dan maju ke depan untuk menjawab pertanyaan dari guru.
(Name) tidak menghiraukan tatapannya, "Ngapa sih ...?" batinnya.
Ya tumben-tumbenan si Solar tidak pergi ke kantin untuk berkumpul dengan saudaranya dan menyapa para fansnya.
(Name) menunduk untuk mengambil air di tasnya—yang yang ia letakkan di bawah.
Brakkh
Tiba-tiba seseorang menggebrak meja (name), (name) mendongak untuk melihat siapa orang tersebut. Ah, masih pemuda tadi. Si bensin—Solar maksudnya.
Manik abu-abunya menatap (name) dengan teliti. (Name) hanya terdiam, menunggu Solar untuk berbicara. Jika Solar hanya berniat untuk menggebrak mejanya lalu pergi. wah, itu mah kurang ajar namanya.
"Lo ... (name) itu kan?" tanya Solar.
(Name) mengernyitkan dahinya, apa maksudnya dari Solar menanyakan hal tersebut? Maksud (name), mereka sekelas, tak mungkin Solar tak mengenalinya.
Atau mungkin ia pernah bertemu dengan Solar dulu? (Name) tak ingat pernah bertemu dengan lelaki berkacama visor—yang menurutnya mirip dengan kacamata tukang las. (Name) tak bermaksud mengejek, hanya saja saat dia pertama kali melihat kacamata tersebut, ia langsung teringat dengan kacamata tukang las."Yang kemarin juara satu di olimpiade kimia ngewakilin SMAN 2 kan?"
(Name) ingat, ia mengikuti olimpiade tersebut saat kelas sepuluh dan meraih juara satu. Meski pialanya harus ditaruh di sekolah, katanya sih, karena olimpiade tersebut mewakili sekolah jadi harus diletakkan di sekolah.
Solar duduk di kursi dekat meja (name). "Gue waktu itu juga ikut, ngewakilin sekolah ini," ucap Solar.
(Name) tak heran lagi, Solar itu pintar. Tapi tunggu, ia juara satu—berarti Solar?
"Dan gue juara dua."
(Name) menatap Solar, tak menyangka bahwa Solar bisa ia saingi. Menurut (name), Solar itu lebih pintar dari dirinya.
"Tapi gak apa-apa, dan sejujurnya gue kagum. Setelah gue cari tau, lo pernah olimpiade kimia juga ngewakilin provinsi ya?"
Manik (name) sekali lagi bertemu dengan manik abu-abu Solar.
"Ada beberapa soal yang belum gue pelajari waktu itu, dan ... l-lain kali mau belajar bareng ...?"
(Name) mengerjap.
KAMU SEDANG MEMBACA
★ ''𝐌𝐨𝐯𝐢𝐧𝐠 ࣪✦ ִֶָ𓂅 Boboiboyxreader//boel
FanfictionIndonesian Highschool AU! Dikarenakan suatu insiden, (name) terpaksa pindah ke Academy Pulau Rintis dari sekolah lamanya. Di sekolah ini, (name) bertemu dengan orang-orang yang ... unik? Romancenya gak bakalan banyak, karena author gak ahli di bidan...