6. Ternyata oh ternyata

441 61 6
                                    

"Tega banget kamu mukul abang sendiri ..." Ucapnya sambil mengusap-usap leher bagian belakangnya.

"Maaf bang ..."

"Gak apa-apa." Ia mengusap rambut (name).

Jam sekarang menunjukkan pukul 19:30, cukup lama setelah (name) pukul lelaki tersebut dengan memakai gagang sapu.

"Tapi kuat juga ya pukulan kamu, abang sampe pingsan ..."

(Name) menatap abangnya dengan tatapan khawatir. Tunggu—Abang? Iya, (name) memiliki saudara laki-laki yang lebih tua darinya. Hanya saja ia jarang pulang akibat sibuk bekerja.

Lelaki yang kerap ia panggil 'abang Asa' atau biasa dipanggil 'Harsa' masih mengusap-usap lehernya. (Name) menatap abangnya dengan dengan teliti, tidak ada yang berubah darinya—masih suka nyanyi-nyanyi gak jelas walaupun dia tau suaranya fals, alias kurang enak didengar.

Yang berbeda darinya hanyalah rambutnya yang semakin panjang, mungkin karena kelamaan mendekam di kantor jadi lupa gunting rambut kali ya.

Akhirnya setelah merasa lehernya tak sakit lagi, Harsa pun menatap (name), "Btw, kamu kok pulangnya lama banget? Perasaan sekolah kamu pulangnya jam empat."

"Aku ikut ekskul."

"Ekskul apa?"

(Name) terdiam sebentar, "Silat ..."

"..."

Harsa memegang kedua pundak (name) dan menatapnya dengan ekspresi khawatir, "Kamu masuk ekskulnya karena keinginan sendiri atau ..."

(Name) tau kemana arah pembicaraan ini. Ia tau abangnya khawatir, ia tau abangnya tak mau kejadian yang tidak mengenakkan di masa lampau terulang kembali.

"Keinginan sendiri ..."

Jangankan abangnya, (name) juga tidak mau hal itu terulang. Ia takut.

Harsa menghela nafas, "Jangan maksain diri ..." Ucapnya sambil mengusap rambut (name).

————————————————

"Kelompoknya mau saya pilihkan atau kalian tentukan sendiri?"

"Tentukan sendiri!!"

(Name) menghela nafas gusar, ia kurang suka jika diberikan tugas kelompok yang anggotanya tidak dipilihkan oleh guru.

Bukan apa-apa, hanya pemikiran (name) saja. Karena saat di sekolahnya dulu ia tidak akan di ajak berkelompok. Kalaupun di ajak, hanya dia yang bekerja. Sedangkan yang lain hanya numpang nama saja.

Hal tersebut membuatnya jengkel, itu sih namanya tugas individu berkedok tugas kelompok. Mungkin jikalau (name) adalah tipe orang yang senggol bacok dan pemarah, ia akan menonjok anggota kelompoknya satu-satu karena mereka tidak mau membantu. Sayangnya ia tidak.

Dan sekarang mereka harus menentukan kelompok sendiri-sendiri, setiap kelompok beranggotakan enam orang.

(Name) bersandar pada kursinya dan memejamkan matanya. Semoga saja sekarang berbeda dengan sekolahnya dulu.

Lagipula mereka hanya diberikan tugas untuk membuat video presentasi menggunakan powerpoint lalu menjelaskan isi dari video tersebut lebih rinci di depan kelas.

Menurutnya itu hal yang mudah, (name) bisa mengerjakannya sendiri. Tak jarang jika (name) tidak ada kelompok dan berakhir menjadikan tugas semacam ini menjadi tugas individu untuknya.

"(Name) sekelompok sama kami mau kan?"

(Name) membuka matanya, ia kembali menegakkan posisi tubuhnya. (Name) menoleh ke arah Yaya dan Ying.

★ ''𝐌𝐨𝐯𝐢𝐧𝐠 ࣪✦ ִֶָ𓂅 Boboiboyxreader//boelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang