•Side Story

119 20 10
                                    

"Besok kita beli ayam warna warni di pasar." –Gempa

————————————————

Blaze itu walaupun sifatnya rada slenge'an, hobi membuat onar dan selalu bikin Halilintar darah tinggi, tapi dia suka hewan. Tidak hanya suka, tetapi dia juga menyayanginya. Apalagi ayam. Bukan untuk dimakan tetapi untuk dipelihara. Dia memelihara ayamnya dengan telaten. Bahkan dia pelihara sampe sebelas ekor, katanya buat tim sepakbola.

Lah, emang ayam bisa main bola? Coba tanya Blaze, author pun gak tau.

Sebenarnya lebih, tapi setengahnya udah dimasak dan ada yang sudah berpulang.

Blaze akan memberikan mereka kasih sayang, merawat mereka dengan hati-hati, dan selalu memberi ayam-ayamnya makan dengan teratur. Kata Blaze, ayam itu bukan cuma peliharaannya, tetapi juga temannya.

Jika salah satu ayamnya mati atau dimasak, ia akan menangis sejadi-jadinya.

Contohnya saat itu...

"Ayamnya Blaze udah banyak banget tok, ntar rumah penuh sama ayam," keluh Gempa kepada tok Aba yang sedang mengelap gelas. Gempa sedang berada di cafe untuk menolong tok Aba.

"Masak aja ayamnya," jawab tok Aba tanpa mengalihkan pandangannya dari gelas.

"Lah, nanti dia nangis gimana tok?"

"Ya gak apa-apa, beli lagi. Lagipula ayamnya udah lebih dari sebelas, ntar beranak lagi tambah banyak. Masak aja salah satunya, gak akan nyadar dia."

Gempa terdiam, memang benar. Dia tak mau rumahnya dipenuhi oleh ayam—tapi mungkin Blaze akan berjingkrak-jingkrak kesenangan.

Hingga Gempa pun memutuskan untuk pulang dan memasak salah satu ayamnya Blaze. Semoga saja Blaze tidak menyadarinya.

Tetapi dia keliru...

"Abang Gem!! Udin kok gak ada di kandang?!"

Gempa yang mendengar hal tersebut, hanya bisa terdiam dan berkeringat dingin. Tidak, ia tidak takut pada Blaze. Tetapi ia tak mau mendengar rengekan yang keluar dari mulut Blaze.

Gempa mengedikkan bahunya. "Aneh banget perasaan tadi aku suruh dia diam di kandang, kok sekarang gak ada?" Blaze meletakkan tangannya di dagu—membuat pose berpikir.

Pikiran Blaze teralihkan ketika dia melihat seekor ayam goreng utuh yang masih hangat terletak di atas meja makan.

"Wah! Abang Gem emang the best deh!" ucap Blaze sambil berlari menduduki salah satu kursi di meja makan.

Gempa yang melihat hal tersebut menghela nafas. "Kalo mau makan cuci tangan dulu."

"Oke!" jawab Blaze. Ice yang baru bangun tidur menghampiri Gempa sambil mengucek-ngucek matanya dengan tangannya. "Abang goreng ayam?" tanya Ice dengan nada lesu kemudian menutup mulutnya yang menguap menggunakan telapak tangan Gempa. Iya, telapak tangan Gempa.

Gempa menarik tangannya sembari tersenyum, ia mengusap-usap telapak tangannya pada hoodie yang dipakai Ice. "Iya, sana makan sama Blaze."

Ice dengan pergerakan letoy mengambil piring memasukkan nasi kedalamnya lalu duduk. Sedangkan Blaze dari tadi sudah makan dengan wajah yang sumringah.

Tetapi tiba-tiba dia berhenti, kemudian dia menatap paha ayam yang digenggamnya. Blaze bergetar. "Bang Gem ... ini ... bukan Udin kan ...?" tanya Blaze dengan pelan dan nada yang bergetar.

Gempa tersentak, buliran air seukuran biji jagung melintas di pelipisnya. "Eee ..." Gempa tertawa canggung.

Blaze mengerutkan alisnya dan menggeram. Ia menunduk lalu mengepalkan tangannya.

"Waduh ..." batin Gempa.

"Huaaa!!" Blaze berteriak sambil menepiskan sayap ayam yang ingin dimakan oleh Ice dengan kuat. Padahal dikit lagi tu ayam masuk dalam mulutnya.

Blaze memeluk satu kaki Gempa. "Huaaa! Bang Gem tega!! Huee ..." rengek Blaze. "Maaf— Abang gak bermaksu—"

"Huaaaa!" Belum sempat Gempa menyelesaikan perkataannya, ia sudah di potong oleh rengekan Blaze. Blaze mengeratkan pelukannya pada kaki Gempa, dan juga tangisannya yang semakin menjadi-jadi.

Gempa yang melihat Blaze semakin menangis menjadi gelagapan. Sedangkan Ice hanya menatap mereka datar lalu lanjut makan.

"Udah udah jangan nangis ..." ucap Gempa. Bukannya berhenti malah makin nangis si Blaze. Tiba-tiba Gempa teringat perkataan Tok Aba.

"Eee ... besok kita beli ayam warna-warni di pasar ya?" Blaze yang sedang menangis langsung menatap Gempa dengan wajah penuh semangat. "Beneran?!" tanya Blaze.

Gempa mengangguk. Kemudian Blaze melepaskan pelukannya pada kaki Gempa lalu berjingkrak-jingkrak kesenangan.

Gempa menghela nafas lega. Meski ia harus buka kantong dompetnya demi ayam warna-warni.

————————————————

Halo, disini aku mau umumin kalau aku mau hiatus sampai waktu yang tak tentu. Kemarin hari rabu aku operasi kista, sebenarnya aku udah merasa lumayan sehat tapi kemarin aku kontrol pas diliat lukanya ternyata jahitannya kebuka. Alhasil mau ga mau dijahit ulang...

Sekarang aku lagi masa pemulihan, karena aku juga ga tau aku bisa update kapan jadi aku putusin buat hiatus aja.

Sebagai gantinya aku up side story ini, hehe :D
Meskipun rada gaje.

Semoga kalian terhibur! Dan sampai jumpa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

★ ''𝐌𝐨𝐯𝐢𝐧𝐠 ࣪✦ ִֶָ𓂅 Boboiboyxreader//boelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang