10. Sakit

510 72 20
                                    

(Name) terbaring lemah di atas kasur sambil menatap langit-langit kamarnya. Harsa menaruh telapak tangannya di dahi (name), "Buset, panas banget dek. Udah kayak kebakar aja." Ia mengibas-ngibaskan tangannya, (name) memutar bola matanya malas saat mendengar tutur abangnya itu.

Hari ini (name) memutuskan untuk tinggal di rumah, karena masih demam. Ah, tidak juga, awalnya (name) berniat untuk pergi ke sekolah dengan keadaan 5L. Lemah, letih, lesu, lunglai, letoy. Bahkan (name) sudah memakai seragam. Tetapi belum sempat ia membuka pintu depan, (name) langsung dicegat oleh Harsa. Lalu (name) ditarik kembali ke kamarnya.

Setelah memberi (name) makanan dan obat, Harsa menaruh kompres hangat dari kain ke dahi (name), karena gak ada Bye Bye Fever jadinya pake kain aja. Harsa menarik selimut (name) dengan sedikit cepat sampai kekepalanya (name)—menutupi wajahnya. (Name) menyingkap kembali selimutnya agar tidak sesak nafas.

"Cewek yang kemarin tiduran di tanah siapa sih dek? Dia orang yang sering nangkring depan rumah kita juga kan?" tanya Harsa.

(Name) menghela nafas, tentu Harsa tau bahwa ada orang sering berada di depan rumah mereka saat di malam hari. Tentu saja. Karena kejadian teror tersebut tidak hanya sekali dua kali tiga sama dengan enam, tetapi berkali-kali. Dan untuk yang kemarin, Harsa tau karena kejadian itu terjadi di dekat gerbang. Kebetulan Harsa saat itu sedang berdiri di depan gerbang, jadinya kelihatan.

"By the way, anyway, busway. Dia sok cantik banget deh. Abang pernah buka surat yang dia selipin di bawah pintu, isinya kayak dia yang paling cakep di dunia aja," ungkap Harsa.

"Dia kira dia secantik Violet Evegarden sama IU apa?" lanjutnya.

(Name) bersweetdrop ria ketika mendengar Harsa yang menjulid. Abangnya ini kalau urusan julid-menjulid dia maju paling depan.

Harsa berhenti berbicara, tatapannya tertuju kepada lengan kiri (name) yang tak tertutupi oleh selimut, "Masih sakit, (name)?" tanya Harsa.

(Name) mengernyitkan dahinya, "Iya. Kepalaku pusing, badanku juga lemas, rasanya kayak gak bisa digerakin."

"Enggak, maksudnya ini ..." Harsa menunjuk kearah luka melepuh di lengan (name).

"Oh. Udah enggak, kejadiannya 'kan udah dua tahun lalu," jawab (name).

"Kalo Abang pukul sakit gak?"

"Gak lucu."

"Hehe," kekeh Harsa.

Harsa mengelus puncak kepala (name), "Yaudah, kamu tidur aja biar gak kerasa capek. Ngantuk juga kan karna minum obatnya?"

(Name) mengangguk, obat dikonsumsinya memang memiliki dosis yang mengakibatkan si konsumen menjadi mengantuk. Harsa berdiri dari tempat duduknya, "Abang mau ke kamar, kalo ada apa-apa telpon atau panggil ya."

(Name) berdehem, kamarnya dengan Harsa memang bersebelahan yang membuatnya lebih mudah untuk memanggil Harsa ketika membutuhkan sesuatu. (Name) memutuskan untuk memejamkan matanya, membiarkan dirinya untuk tenggelam di dunia mimpi.

Ketika sudah pasti bahwa (name) telah tidur, Harsa menutup pintu kamar (name) lalu berjalan memasuki kamarnya. Ada hal yang harus dia lakukan, bersangkut paut tentang adiknya dan perempuan yang mengganggu adiknya.

————————————————

(Name) perlahan membuka matanya setelah tertidur cukup lama, ia mengerang dan berusaha untuk duduk bersandar pada sandaran kasurnya. (Name) mendongak menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih polos, tidak ada corak atau hiasan apapun yang terletak pada langit-langit kamarnya. Lampu kamarnya hidup, kemungkinan waktunya sudah malam.

★ ''𝐌𝐨𝐯𝐢𝐧𝐠 ࣪✦ ִֶָ𓂅 Boboiboyxreader//boelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang