"Mau ngapain?"
Taufan menarik tangannya dengan gelagapan, "Eh, g-gak ngapa-ngapain ... hehe..."
Taufan menoleh kearah lain, mencoba untuk tidak menatap wajah (name). Ia malu sebab sudah tertangkap basah karena ingin menyentuh pipi (name). Taufan gak tahan, menurutnya (name) itu imut.
(Name) menatap Taufan datar, ia memijit daerah pelipisnya. Kepalanya rasanya pusing tujuh keliling, tenggorokannya kering, hidungnya juga mampet. (Name) tidak suka rasanya demam.
Taufan duduk di pinggiran ranjang (name). Hening, tak ada yang bicara. Hanya terdengar suara kipas angin UKS yang mengeluarkan suara berdengung.
Taufan mengalihkan pandanganya ke arah (name), "Lo ... demam?"
Yaelah pake nanya.
(Name) berdehem untuk menjawab pertanyaan Taufan. kepalanya masih pusing, serasa ingin pecah. Terdengar hiperbola tetapi memang seperti itu rasanya. Tubuhnya panas dingin, (name) rasanya mau pulang saja untuk bergelung dengan selimut di kamarnya.
Taufan menatap (name) yang masih memijit pelipisnya, wajah (name) tampak gusar dan tidak nyaman. Taufan beranjak dari tempat duduknya, membuka lemari di samping ranjang dan mengacak-ngacaknya untuk mencari barang yang dia inginkan.
Hanya butuh beberapa detik untuk mencari barang tersebut, "Nih!" Taufan menyodorkan Bye Bye Fever—plester atau bisa disebut juga kompres yang biasanya digunakan untuk meringankan efek tidak nyaman pada demam, bisa juga digunakan untuk sakit gigi atau sakit kepala.
(Name) menatap Taufan bingung, kemudian ia mengambil plester tersebut dan menempalkannya ke dahinya. Setidaknya ini bisa mengurangi rasa sakit kepala dan demamnya.
"Makasih..."
Taufan mengangguk, "Sama-sama."
"Fan! Kemana aja lo? Sini balik ke lapangan, ntar pak Tarung marah!" Tiba-tiba ada seorang lelaki yang muncul meneriaki nama Taufan di depan pintu UKS.
"Eh, iya-iya!" Taufan berlari ke arah pintu keluar, sebelum pergi ia berhenti dan berbalik badan ke arah (name).
"Semoga cepat sembuh ya (name)!"
Taufan mengucapkannya sambil tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah (name), setelah itu ia berlari keluar untuk kembali ke lapangan; tidak menghiraukan lututnya yang masih sakit. Taufan rela menerjang segalanya agar Pak Tarung—guru olahraga kelas sebelas yang terkenal akan sifatnya yang galak—memarahinya habis-habisan.
Walaupun di lubuk hati yang terdalam ia tidak rela untuk meninggalkan (name) yang sedang sakit. Sebelumnya Taufan berniat untuk menemani (name) sampai dia merasa baikan. Tapi yasudahlah, mungkin lain kali.
(Name) menatapi kepergian Taufan, dia sendiri lagi. (Name) kembali merebahkan dirinya di atas ranjang. Ia menghela nafasnya gusar sambil mengusap wajahnya.
Pikirannya akhir-akhir ini kacau, konsentrasinya juga mudah hancur akibat ia kurang tidur dan makannya yang kurang teratur. Sudah seminggu lamanya ia diteror, rasanya (name) ingin memaki-maki perempuan itu, ''Woi sialan bisa berhenti ganggu orang gak sih? Bikin idup orang gak tenang aja.'' Ya, andai saja ia bisa mengatakan hal tersebut secara frontal.
Sepertinya hari ini (name) terpaksa meliburkan diri dari ekskul silat, ia akan menghubungi Shielda nanti ketika merasa lebih baikan.
Banyak pertanyaan yang muncul di benak (name). Kenapa perempuan itu mengganggunya? Kenapa ia begitu terobsesi kepada Solar? Kenapa pula dia yang diteror? Apa motif sebenarnya?
Perempuan itu juga selalu memandangnya sinis di sekolah. (Name) tidak tahu dia punya masalah apa. (Name) juga tidak tahu nama perempuan tersebut, ia pernah bertanya kepada Blaze dan Ice tapi mereka juga tidak tau. Dan kata mereka lagi-lagi perempuan itu kembali mengganggu Solar.
KAMU SEDANG MEMBACA
★ ''𝐌𝐨𝐯𝐢𝐧𝐠 ࣪✦ ִֶָ𓂅 Boboiboyxreader//boel
FanfictionIndonesian Highschool AU! Dikarenakan suatu insiden, (name) terpaksa pindah ke Academy Pulau Rintis dari sekolah lamanya. Di sekolah ini, (name) bertemu dengan orang-orang yang ... unik? Romancenya gak bakalan banyak, karena author gak ahli di bidan...