Part 9

1.4K 108 14
                                    

Pagi itu Nabilla terlihat mengelilingi kediamannya yang nampak sepi. Sepertinya hari itu Pak Pradana ada acara bersama Bu Widya.

"Bi Ana?" panggil Nabilla ketika ia mendekati dapur.

"Iya non? Ada yang bisa dibantu?"

"Papa kemana?"

"Oh iya hampir lupa, tadi bapak nitip pesan. Katanya beliau mau pergi sama ibu ke istana negara non. Ada pertemuan mendadak katanya," jelas Bi Ana.

Nabilla mengangguk lalu melihat sekeliling. Sepi tak ada ajudan ataupun sekretaris pribadi.

"Pak Teddy juga ikut?"

"Sepertinya enggak non, tadi semua ikut kecuali Pak Mayor."

"Oh terimakasih ya Bi, silahkan dilanjut masaknya."

Lalu Nabilla bergegas mengelilingi kediamannya untuk menemukan keberadaan Mayor Teddy. Ia mau mengingatkan Mayor Teddy perihal pergi ketoko Eiger untuk membeli peralatan camping.

Sayup-sayup terdengar suara orang berenang di kolam belakang. Nabilla pun bergegas menuju kolam.

Dan ternyata benar, Mayor Teddy sedang berenang sendirian dengan asyiknya.

Saat itu Nabilla tak langsung menegur. Ia masih berdiri mematung melihat pemandangan indah pagi itu. Dimana badan sixpack Mayor Teddy terekspos tanpa sensor. Ia hanya mengenakan celana pendek tanpa mekai baju.

Susah payah Nabilla menelan salivanya. Tenggorokannya terasa tercekat waktu itu. Bahkan tangannya mendadak gemetar ketika Mayor Teddy keluar dari kolam. Keadaanya yang basah menambah sensasi maco dan keren.

"Nona, saya pikir nona belum bangun. Jadi saya sempatkan untuk berenang sebentar."

Sementara Nabilla mendadak gagap dan salah tingkah.

"Hm.. i-iya gak papa. Masih pagi juga pak," balas Nabilla.

"Nona gak mau ikut berenang sekalian?" tanya Mayor Teddy membuat pipi Nabilla memanas.

Tentu Nabilla berpikir yang tidak-tidak. Dia juga perempuan dewasa yang hasratnya sudah berfungsi.

"Anjir ini menggoda apa gimana?" Batin Nabilla.

"Enggak pak, tadi saya cuma mau ngingetin Pak Teddy aja kalau nanti jam sembilan kita ke toko Eiger ya."

"Oh siap kalau itu."

"Baik pak, kalau gitu saya keatas dulu ya," pinta Nabilla berusaha mengalihkan pandangan dari tubuh Mayor Teddy.

"Siap nona. Oiya jangan lupa sarapan dulu."

"Baik pak."

Nabilla langsung berbalik dan bergegas pergi sambil memegangi dadanya yang bergemuruh tak karuan.

"Masa iya gue tergoda sama duda?" gumamnya lirih.

Ia mempercepat langkahnya untuk segera sampai ke kamar.

Sesampainya di kamar Nabilla langsung menutup pintunya rapat-rapat. Lalu ia bersandar di pintu sambil memegang dadanya.

"Jantung gue masih aman ga ya?"

"Astaga kenapa dia tampan sekali?"

"Pantas Alena sampai segitunya mengagumi Pak Teddy. Ternyata dia secakep itu," gumamnya.

Akhirnya ia terduduk di lantai. Ia mengambil ponselnya yang sudah ia abaikan sejak pagi. Bahkan ia hanya melihat notif sekilas lalu melempar ponselnya asal.

Ia masih terngiang-ngiang betapa menggodanya Mayor Teddy pagi ini.

"Okey Nabilla sadar! Sebelum sakit hati mending sadar! Dia seleranya bukan lo Nabilla bukan lo! Okey dia suka perempuan dewasa bukan anak curut kaya gua!" ucapnya menyadarkan diri sendiri.

Bukan Tentang UsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang