Part 31

1.3K 111 7
                                    

"Baik, mulai sekarang kamu harus bertanggung jawab atas kebahagiaan anak saya Teddy. Tapi kamu harus siap dengan segala resiko yang akan terjadi. Dia bandel!" ucap Pak Pradana tersenyum hangat sambil menepuk-nepuk pundak Mayor Teddy.

Mayor Teddy menatap Apk Pradana tak percaya sekaligus bingung.

"Maksudnya gimana pak? Maaf saya belum mengerti."

"Mulai sekarang tugas saya untuk menjaga Nabilla saya serahkan seluruhnya sama kamu. Saya rasa diusia saya yang sekarang dan dengan segala kesibukan, saya semakin sulit mengontrol keadaan Nabilla. Bahkan untuk melindunginya saja saya tidak mampu. Dan saya melihat jika dia bersamamu dia sangat aman Ted. Jadi kapan pengajuan?" tanya Pak Pradana to the point.

Nabilla terperangah tak percaya. Apa yang diucapkan Pak Pradana masih belum bisa dicerna dengan baik oleh otak sekaligus batin Nabilla yang sedikit lemot.

"Jadi maksud papa gimana? Papa merestui hubungan aku sama Mas Teddy?" tanya Nabilla memastikan.

"Papa gak marah?"

"Duh gimana mau ngelarang kalau manggilnya aja udah mas? Hahaha," tawa Pak Pradana pecah.

Ia tertawa terbahak-bahak setelah melihat ketegangan yang ada diruang makan malam itu. Apalagi melihat Mayor Teddy yang nampak sangat tegang dan panik. Namun setelahnya semua orang tampak lega dan terharu.

Apalagi Rajif, ia sangat bahagia mendengar penuturan Pak Pradana. Akhirnya hubungan Mayor Teddy yang awalnya backstreet bisa terpublish juga.

Dan bisa dipastikan setelah ini akan sangat ramai dimedia sosial. Pasti berita itu tak lama lagi akan muncul dimana-mana.

Sekarang perasaan Nabilla sangat lega dan bahagia. Seolah semua apa yang dipendam hilang begitu saja. Tapi ada satu yang masih mengganjal. Pihak keluarga Mayor Teddy belum ada yang tahu.

Akhirnya Bu Widya mendekat kearah Nabilla. Memeluk putrinya hangat.

"Ini perdana kamu di terima dengan ikhlas sama laki-laki Nabil, mama terharu. Akhirnya putri bandel mama laku juga. Mama lega, akhirnya kamu gak akan mendapat julukan prawan tua lagi," tutur Bu Widya membuat Nabilla menatap heran. Bisa-bisanya baru saja merasa terbang setinggi langit tapi dijatuhkan begitu saja oleh ibunya.

"Ma! Gak ada ya istilahnya prawan tua! Nabil masih muda banget loh! Mama ni suka ngarang aja!" kesal Nabilla.

"Mas Teddy sabar ya, memang beda 12 tahun itu gak mudah. Apalagi dapetnya Nabilla, si bocah keras kepala," tambah Bu Widya terkekeh pelan.

"Dahlah terserah mama!" kesal Nabilla.

Mayor Teddy hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Keringat dingin masih belum hilang dipelipisnya. Sekuat-kuatnya tentara bakal ciut juga nyalinya kalau lagi menghadapi orang tua cewenya.

Nabilla mendekati Mayor Teddy, menatapnya tulus dan tersenyum hangat. Mungkin kalau tidak ada orang Nabilla sudah mencium pipi gembil Mayor Teddy.

"Mas makasih ya, udah se effort ini buat ngeyakinin aku."

"Iya, kan emang udah waktunya semua orang tahu," tutur Mayor Teddy. Sesekali ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan salah tingkahnya.

Pak Pradana yang sadar bahwa Nabilla dan Mayor Teddy belum makan pun segera meminta pelayan untuk menyiapkan makanan mereka.

"Teddy, Nabil, makan dulu. Mikirin pengajuannya besok aja.

"Oiya Ted, bilang sama ibumu secepatnya. Takutnya kamu keburu dijodohin sama anak jendral!" canda Pak Pradana membuat seisi ruangan tertawa lagi.

"Siap pak," balas Mayor Teddy tertawa kecil.

"Mohon ijin pak, selesai makan nanti saya mau mengajak Nabilla jalan-jalan sebentar apakah boleh?" tanya Mayor Teddy mulai berani.

Bukan Tentang UsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang