Part 17

1.6K 151 22
                                    

"Tapi saya duda Nabilla," ucap Mayor Teddy insecure dengan statusnya.

Nabilla mendekat kearah Mayor Teddy, menarik tangan Mayor Teddy dan mengajaknya duduk disalah satu gazebo.

"Emang kenapa kalau duda?"

"Saya tidak pantas buat kamu," jawab Mayor Teddy dengan tatapan nanar.

"Pak justru saya yang seharusnya insecure dengan prestasi Pak Teddy. Perihal status bapak duda atau perjaka saya tidak peduli. Karena hanya sama Pak Teddy saya bisa bertahan hidup. Saya selalu merasa aman, nyaman, dan bahagia. Bahkan ketika orangtua saya lebih mementingkan negara daripada saya, justru Pak Teddy yang selalu ada buat saya," tutur Nabilla serius.

Mayor Teddy meraih jemari Nabilla dan menggenggamnya erat. Menatap Nabilla dalam.

"Saya sayang sama kamu, bahkan melebihi diri saya sendiri Nabilla. Munafik kalau saya bilang saya gak suka sama kamu. Bahkan sejak pertama kali mengenal kamu saya merasa kamu itu berbeda. Kamu memiliki daya tarik tersendiri bagi saya. Tapi saya juga memikirkan bagaimana jikakalau bapak tahu tentang semua ini? Apa saya masih bisa melihat kamu? Apa saya masih bisa menjaga kamu?" tutur Mayor Teddy sendu.

Nabilla tersenyum, "saya yakin sekalipun papa tahu hubungan saya dengan Pak Teddy, dia pasti gak akan marah atau gimana. Pak Teddy adalah orang nomor satu yang papa percaya."

"Maaf Nabilla saya sudah lancang membiarkan perasaan itu tumbuh dengan hebatnya," Mayor Teddy menunduk, ia malu mengakui perasaan yang menurutnya tidak sepantasnya ada.

Kini Nabilla berganti posisi, ia bersender dibahu Mayor Teddy.

"Perasaan gak pernah salah pak. Selama yang kita sukai bukan istri atau suami orang perasaan itu sah-sah aja."

Perlahan Mayor Teddy memberanikan diri untuk membelai surai hitam Nabilla.

"Terimakasih ya, terimakasih kamu sudah memberikan warna di hidup saya."

Nabilla mengangguk pelan, senyumnya masih bertahan manis di bibirnya.

"Terimakasih kembali pak karena sudah membalas perasaan saya. Saya sadar kalau saya hanyalah bocah ingusan yang naksir dengan TNI hebat seperti bapak. Tapi kalau masalah rasa sayang saya berani bersaing hehe."

"Jangan gitu, suatu saat kamu akan jadi perempuan hebat juga, katanya mau jadi ibu persit," balas Mayor Teddy.

Nabilla bergerak sedikit memberi jarak diantara mereka. Menatap Mayor Teddy lama, dan tetap sama. Pesona seorang Mayor Teddy tidak akan luntur meski usianya tidak lagi remaja.

"Berarti saya boleh dong menyebut Pak Teddy sebagai pacar?" tanya Nabilla sedikit menggoda.

Mayor Teddy tersenyum dan menoel pipi Nabilla gemas.

"Terserah kamu, senyamannya kamu aja."

"Akhirnya hubungan kita terupgrade juga ya pak. Sekarang hubungan kita bukan lagi tentang anak menhan dan ajudannya. Tapi abdi negara yang melindungi perempuannya," tutur Nabilla terdengar indah ditelinga Mayor Teddy.

Mayor Teddy pun tak menyangka jika hari itu adalah puncak dimana perasaanya terungkapkan. Bahkan sepi dihatinya akan sirna bersama senja yang tenggelam.

∆∆∆

Perjalanan menuju kediaman Pak Pradana cukup lancar malam itu. Tak ada macet seperi siang harinya. Nabilla dan Mayor Teddy masih terlihat sedikit canggung. Padahal hari itu mereka sah menjadi sepasang kesasih.

"Kamu mau makan dulu atau langsung pulang?" tanya Mayor Teddy pada Nabilla yang sudah mengantuk berat.

"Terserah saya ngikut Pak Teddy aja."

Hubungan tidak merubah bahasa Nabilla kepada Mayor Teddy. Bukan apa-apa tadi Nabilla juga menghormati dia sebagai abdi negara. Dan Nabilla memanggil sepantasnya saja. Mungkin suatu saat kalau mereka sudah terbiasa dengan status barunya Nabilla akan memanggil Mayor Teddy dengan sebutan "Mas".

"Kalau gitu makan dirumah aja ya, sepertinya kamu ngantuk berat."

"Iyaa," balas Nabilla dengan mata yang masih terpejam.

Perlahan Mayor Teddy mengulurkan tangan, meraih tangan Nabilla dan menggenggamnya. Seolah menyalurkan kehangatan untuknya.

"Nabil kamu jangan tidur dulu ya, takutnya kalau bangun bakal pusing," tutur Mayor Teddy perhatian.

"Kalau gitu berhenti dulu pak di supermarket. Saya mau beli snack," ucap Nabilla.

Mayor Teddy pun menuruti apa yang dikatakan kekasihnya. Namun hubungan yang pas dan tidak berlebihan adalah sesuatu yang elegan dan tak kalah romantis.

Mayor Teddy membelikan Nabilla berbagai macam snack ketika melewati supermarket. Akhirnya rasa kantuk Nabilla hilang ketika ia memakan cemilan itu.

"Pak, kalau hubungan kita di privat aja gimana?"

Mayor Teddy menoleh dengan alis bertaut. Bingung yang pasti, baru aja jadian masa minta di privat.

"Kenapa? Kamu malu pacaran sama om-om?"

"Ih bukan gitu, tapi takutnya kalau netizen tahu malah bikin heboh. Kasihan juga Pak Teddy nanti malah diserbu netizen. Nanti malah gak nyaman kerjanya. Pak Teddy tahu kan kalau sekarang Pak Teddy tuh lagi viral di sosmed. Para ciwi-ciwi pada ter-Teddy Teddy tahu gak," jelas Nabilla sedikit kesal.

"Masa sih?"

"Iya, makannya punya tiktok biar bisa lihat! Di tiktok isinya muka kamu semua!" cibir Nabilla.

Mayor Teddy tertawa, "gak minat saya. Punya instagram aja udah bikin repot, apalagi aplikasi itu? Makin pusing saya yang ada."

"Terserah Pak Teddy lah kalau itu, intinya saya mau backstreet dulu. Lihat situasi dulu, kalau udah agak mendukung saya publish disemua sosmed saya hehe."

"Tapi sebenernya gak perlu juga sih terlalu diumbar. Yang penting kita sama-sama berkomitmen aja Nabilla."

Nabilla mengangguk paham, "iya iya."

Berakhir sudah sesi memendam perasaan masing-masing. Akhirnya mereka sama-sama berani membuka perasaan dan mengakuinya. Karena jika kita terus mempertahankan gengsi, maka bisa jadi penyesalan lah yang akan menang. Maka mengakui lebih awal adalah jalan terbaik dalam hal percintaan.

Bersambung...

∆∆∆∆

Maaf part ini agak pendek.

Karena mau dilanjut di part berikutnya.

See u on the next part ✨

Bukan Tentang UsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang