Pernahkah kalian merasa salah jurusan? Ah, pasti. Tentu saja. Bahkan aku yakin 99% mahasiswa yang ada di Indonesia hampir semuanya merasa salah jurusan. Aku pun menjadi salah satunya.
Pasalnya, gara-gara pemikiran tidak berdasarku sewaktu diriku masih SD, membuatku dengan mantap dan tanpa ragu memilih Ilmu Komunikasi menjadi jurusan impianku ketika berkuliah nanti. Sampai-sampai waktu SNMPTN, SBMPTN, dan UM semuanya kumasukkan Ilmu Komunikasi sebagai prodi yang ingin kutuju. Namun, siapa sangka rezekiku bukanlah di universitas negeri, melainkan swasta. Akan tetapi, selama aku bisa mengambil jurusan Ilmu Komunikasi, aku tetap bersyukur meskipun masih sedikit kecewa.
Namun, semakin bertambahnya semester yang kunaiki, aku mulai berpikir aku telah salah jurusan. Aku tidak berani mengeluarkan pendapat, aku tidak berani bertanya, aku tidak suka mengikuti organisasi, aku tidak jago public speaking atau bisa dibilang buruk, dan aku benar-benar tidak mengerti teori-teori tentang komunikasi. Semuanya begitu baru bagiku.
Ketika ditanya aku ingin menjadi apa saat lulus nanti, aku selalu menjawab pekerjaan-pekerjaan yang relate dengan Ilmu Komunikasi. Pekerjaan lulusan Ilmu Komunikasi sangat beragam. Oleh karena itu, aku belum menetapkan pekerjaan apa yang sangat kuinginkan ketika lulus dan mendapatkan gelar S.I.Kom.
Namun, ada satu yang selalu kuinginkan. Aku ingin menjadi seorang penulis. Ya, seharusnya aku masuk jurusan Sastra saja, tetapi di Ilmu Komunikasi juga ada hal-hal yang berkaitan dengan menulis. Menulis juga termasuk ke dalam komunikasi non verbal. Bila aku mengasah skill-ku lagi, mungkin aku bisa memilih menjadi content writer ataupun copywriter.
Namun, menurutku bekerja di manapun sama saja. Asalkan aku mampu dan digaji dengan layak, aku tidak mempermasalahkan pemikiran bahwa aku harus bekerja sesuai dengan prodi lulusanku.
Hm, bisakah waktu berputar kembali? Aku ingin kembali menjadi anak-anak saja. Di mana aku hanya memikirkan tentang bermain saja tanpa bersikeras memikirkan bagaimana aku akan menata masa depanku.
Dinar :
Life is such a jerk lmaoSherena :
Hey. Omg.
You should watch your typing, Dinn.
Lol.Dinar :
Apa di umur-umur kita sekarang emang rentan terkena stres, ya?
Mood-ku berubah terus *nj*rSherena :
Wkwk maybe. That's life.
Apa rencanamu ke depannya, Dinn?Dinar :
Buram, Shey
Aku masih bingung mau ngapain nanti setelah lulus :vSherena :
Haha same.
Should we build an agency together?
We can make some K-pop idols XDDinar :
That's a good idea
I'm in
But, gimana sama modalnya?Sherena :
Haruskah kita mengambil part time?
How about being a reseller?
Kita sama-sama bekerja di bawah orang dan menjual album-album K-pop.Dinar :
Haha I'm a K-popers too, but I'm not insane as you lol
Aku ikut kamu aja, SheySherena :
Wkwk 'DS Entertaintment' must be our agency's name.Dinar :
Great!
Tapi, kenapa gak SD aja, Shey?
Kan, kamu yang punya ide buat agensinyaSherena :
Aku gak mau orang Indo mengartikannya dengan 'Sekolah Dasar', Dinn :)Dinar :
AHAHAHAHAH
Aku bakal tonjok mereka yang bilang kayak gitu
Shey, aku pergi dulu, ya
Kita lanjut nanti lagi
ByeSherena :
Wkwk oke, bye.Dinar adalah sahabatku dari SMA. Meskipun kami berbeda agama, kami saling menghormati satu sama lain dan Dinar memang sebaik itu. Selalu ada untukku, selalu mendengarkan keluh kesahku, selalu bersumpah serapah menggantikanku, dan masih banyak lagi.
Sekarang kami terpisah oleh jarak dan pulau, tetapi kami kadang masih saling berkomunikasi meskipun di tengah-tengah kesibukan kuliah. Walau tidak sesering dulu, kami tidak melupakan satu sama lain.
Aku berharap kami masih bisa bertemu lagi. Ya, lagi.
•LWJM •
Dini :
Sher, jangan lupa
PKMSherena :
Iya, ini masih ngerjain.Aku dan Dini baru mengikuti PKM sekarang. Waktu masih Covid-19, kami sama-sama belum mengerti apa itu PKM, bagaimana melakukannya, dan bagaimana sistemnya. Setelah diberitahu batas mengikuti PKM adalah di semester 7 dan wajib mengikuti PKM karena sebagai syarat kelulusan juga, akhirnya aku dan Dini langsung gas mengikuti yang sekarang meskipun tidak punya bekal apapun. Yang penting, aku tidak memiliki tanggungan lagi ketika sudah memasuki semester akhir.
Aku memilih menjadi bendahara ketimbang sekretaris. Bila dulu waktu masih zaman sekolah aku akan dengan senang hati menjadi sekretaris di kelas, tetapi di dunia perkuliahan berbeda 180°. Jadi, aku memilih yang mudah-mudah saja.
Dini yang menjadi ketuanya dan Sofi yang menjadi sekretarisnya. Dua orang adik tingkat kami hanya menjadi anggota.
Aku menyusun anggaran dana yang kami butuhkan untuk pengajuan proposal PKM. Kami memilih PKM-K atau Kewirausahaan dengan ide membuat buku tulis aesthetic. Perkiraan anggaran dana yang dibutuhkan harus di atas 10 juta. Makanya aku sangat memutar otak agar anggaran dananya bisa di atas 10 juta.
Dini :
Misal, nih
Kita gak lolos tim reviewer, apa harus ngulang PKM lagi?Sherena :
Nggak.
Aku pernah dengar dari Chandra, mau lolos gak lolos yang penting udah ada bukti kalau kita pernah ikut PKM.Dini :
Bener, 'kan?
WkwkSherena :
Iya, bener.
Yakali, kita ngulang terus sampai harus lolos.
Yang wajib lolos itu skripsi aja, sih.
Wkwk.Dini :
Nah
Setuju, sih wkwkAku melanjutkan pekerjaanku menyusun anggaran dana. Ketika selesai, aku akan mengirimkannya pada Dini. Lalu, aku akan revisi lagi ketika menurut Dini ada yang perlu diubah.
Dini merupakan tipe orang yang akan memperhatikan tiap detail kecil dari tugas-tugas yang berhubungan dengan kuliah. Dia tidak bisa dibilang orang yang ambis karena memang tidak. Sama sepertiku.
Hari sudah memasuki waktu Dzuhur. Iqamah sudah berkumandang 5 menit yang lalu. Aku bangkit dari dudukku dan mengambil air wudhu. Aku akan menunaikan ibadah salat Dzuhur terlebih dulu.
Setelah itu, aku pergi keluar mengambil makan siang di warung Ibu Endang. Namun, aku sedikit penasaran dengan tetangga sebelahku itu. Sejak kemarin, Awal tidak terlihat sama sekali. Entah cowok itu yang tidak keluar dari kamar atau cowok itu yang memang sedang tidak berada di kosnya.
Sejak kami berkenalan dan memutuskan untuk berteman, ada sedikit keinginan untuk mengenal lebih dalam cowok itu. Apakah Awal juga mahasiswa seperti diriku? Apakah kami satu kampus? Apa jurusannya?
Akan tetapi, aku langsung tersadar. Teman-teman cowok sekolahku selama ini saja tidak begitu kuperhatikan. Lalu, untuk apa aku ingin mengenal Awal lebih dalam? Huh, sudahlah. Fokus saja sama dirimu, Sherena.
Alhasil, aku tetap bersikap seperti biasanya ketika aku belum mengenal Awal. Ya, memang seharusnya seperti itu. Tetap bersikap seperti biasa, sebelum dan sesudah mengenal Awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like We Just Met
Подростковая литература⚠️ Jangan memplagiat ceritaku.. Sudah kuperingatkan dengan baik-baik, ya :) -------------------- Baru di semester 5 merasakan kuliah offline dan baru 4 bulan menjadi anak rantau, Sherena lolos program Teaching in School angkatan 6 setelah iseng mend...