• LWJM 18 •

2 2 0
                                    

Setelah makan siang--dengan berjalan kaki bersama saat pergi--dan salat Dzuhur, aku dan Eka pun memutuskan untuk menonton film Korea yang berjudul Emergency Declaration. Itu adalah rekomendasi film dari Eka yang merupakan film baru bulan Agustus tahun lalu dan juga karena pemainnya ada Kim Nam Gil--aktor Korea favorit Eka. Namun, ternyata ada juga Im Si Wan yang menjadi villain-nya.

Aku sangat menyukai Im Si Wan karena aktor Korea satu itu memiliki wajah yang sangat rupawan, bisa dibilang cantik dan juga aktingnya yang selalu memukau dan apa adanya. Im Si Wan juga menjadi salah satu contoh tipe cowok idealku.

"Omo, omo. Lihat, Sher! Ayang Nam Gil ganteng banget!" heboh Eka ketika film sedang menunjukkan adegan di mana Kim Nam Gil muncul.

Aku hanya tertawa menanggapi.

"Bentar, ya, Sher. Sa mau screenshoot dulu."

"Iya."

Selama menonton, Eka selalu heboh dengan kemunculan pacar ahjussi-nya itu dan aku yang tetap fokus menonton. Aku selalu seperti itu bila menonton film. Aku tidak suka harus menonton film untuk yang kedua kalinya karena jalan ceritanya tidak diingat atau ada adegan yang tidak sengaja kulewati. Menonton film yang sama lagi karena hal-hal tersebut benar-benar membuang-buang waktu dan juga feel-nya akan terasa berbeda. Jadi, sebisa mungkin aku selalu fokus menonton film yang baru kutonton.

Hampir dua jam waktu yang kami habiskan untuk menyelesaikan film tersebut. Aku meregangkan otot-ototku, lalu meraih botolku untuk meminum air mineral.

"Baring-baring dulu, Sher, istirahat. Gak apa-apa," tegur Eka yang sudah berbaring terlebih dulu di sisi tempat tidur yang dekat tembok.

Aku terkekeh. "Iya, makasih, ya."

"Gak usah makasih, Sher. Anggap aja kos sendiri."

Aku tertawa, lalu membaringkan diriku di samping Eka. Kami pun fokus pada ponsel masing-masing. Aku ingin mengajak Eka ngobrol, tetapi aku tidak terpikirkan topik apa yang harus kubawa.

"Kau suka KFC, Sher?" tanya Eka tiba-tiba.

"Eh? KFC?"

"Iya, suka nggak?" tanya Eka ulang.

"Suka banget malah. Ayam goreng yang paling aku suka. Kalau jalan-jalan ke mall sama keluargaku, pasti pulangnya beli KFC dulu. Bahkan aku sampai gak mau makan ayam goreng yang lain selain KFC," kekehku akan ceritaku sendiri.

"Ya, ampun. Sama, ih. Sa juga begitu kah, Sher. Pas awal-awal datang ke Jogja sama sa punya mama to, kita gak tau mau makan apa karena belum tau tempat-tempat dan makanan yang higienis gitu. Jadi, sa dan sa punya mama makan KFC saja, tapi KFC memang enak banget to, Sher?"

"Banget!" setujuku.

"Nanti kapan-kapan kita makan KFC bareng ee, Sher?"

"Neomu joha."

"Nanti ayo kita JJ bareng juga."

"Iya, boleh. Aku ngikut aja."

"Oh, iya. Kita harus makan mie Lemonilo bareng juga. Besok gimana?" saran Eka.

"Boleh, Ka. Aku udah beberapa kali beli Lemonilo, tapi jarang banget dapat PC Dream. Dapat satu kali aja. Haechan. Pas pertama kali aku beli," curhatku.

"Tenang, Sher. Nanti sa kasih tips dan trik biar kau gak dapat zonk lagi pas beli Lemonilo. Gampang banget."

"Wah, ada tips dan triknya?" tanyaku.

"Ada, dong. Nanti sore kita ke Indomaret, yuk, beli Lemonilo sekalian jajan, hehe ...."

"Gas!"

• LWJM •

Aku dan Eka masuk ke dalam Indomaret, lalu langsung berjalan ke bagian rak yang berisi berbagai macam mie. Eka mengambil salah satu mie Lemonilo yang rasa rendang, kemudian menunjukkannya padaku.

"Lihat ee, Sher. Kalau mau tau kita dapat PC atau nggak, kan, dari luar udah kelihatan, tuh, bentukan persegi panjang yang berarti kita dapat PC," jelas Eka.

Aku mengangguk. Aku fokus untuk mendengarkan lebih lanjut apa yang akan Eka katakan selanjutnya.

"Terus, kalau mau tau kita dapat PC Dream dan bukan zonk, kita geser sedikit PC-nya ke pinggir, tapi hati-hati. Jangan sampai mienya hancur. Soalnya banyak orang yang mau dapat PC, mereka lihat kayak gini juga, tapi malah sampai hancurin mienya. Habis itu gak dibeli lagi." Eka memberitahu.

"Ya, ampun. Kasihan pegawainya, dong."

"Iya, Sher. Orang-orang tidak bertanggung jawab begitu sudah." Eka melanjutkan triknya lagi. "Terus, kalau udah digeser dan kelihatan PC-nya, yang pinggirannya warna putih itu berarti zonk. Nah, kalau pinggirannya warna hijau, berarti kau dapat PC Dream."

"Oalah, ternyata begitu. Pantesan orang lain gampang banget dapat PC Dream terus," kekehku.

"Iya, Sher. Sa saja sudah dapat Jeno dan Mark," kikik Eka.

"Ih, yang bener? Dapat mereka berdua, tuh, susah banget tau. Cuma orang-orang beruntung yang bisa dapat mereka."

"Iya, 'kan?"

Setelah mengambil 2 mie Lemonilo yang kami terawang bersama-sama, selanjutnya kami pindah ke bagian rak yang berisi berbagai macam snack.

"Kau suka snack apa, Sher?" tanya Eka.

"Aku, sih, suka apa aja, tapi aku paling suka yang rasa keju dan pedas," jawabku.

"Omo. Sama, Sher. Sa juga suka snack yang rasa keju. Nah, ini, nih, yang selalu sa beli buat nyemil-nyemil di rumah atau kos." Eka mengambil salah satu bungkus snack yang berwarna biru tua yang ada gambar bulatan-bulatan warna oranye.

"Astaga. Kok, kita punya banyak kesamaan, sih, Eka? Itu, tuh, juga favorit aku kalau misalnya bundaku pergi belanja di mart. Kalau gak itu, aku pilih ini, nih. Enak banget." Aku menunjuk salah satu bungkus snack berwarna putih yang ada gambar stik-stik berwarna oranye.

"Kayaknya kita emang udah ditakdirkan buat ketemu, Sher. Kesukaan dan selera kita aja banyak miripnya," kata Eka.

"Iya, ya, ampun. Sayang banget kita baru dekat pas kamu udah mau pergi," sedihku.

"Huhu ... gak apa-apa, Sher. Pokoknya kita senang-senang bareng hari ini, oke? Kita bisa ketemu lagi nanti pas sa balik ke Jogja."

"Iya, bener. Masih ada yang mau kamu beli?"

Aku dan Eka kembali ke kos Eka dengan membawa beberapa barang hasil belanjaan kami. Ada 2 mie Lemonilo rasa rendang, satu bungkus snack Ring keju pilihan Eka, satu bungkus snack Jetz rasa paprika pilihanku, dan satu bungkus snack French Fries 2000 pilihanku juga untuk dimakan bersama-sama dengan Eka. Bila bukan snack rasa keju, aku akan membeli snack pedas yang bahan utamanya dari kentang karena aku sangat suka kentang. Apalagi kentang goreng buatan bunda.

"Kita makan mienya buat besok siang ee, Sher," ujar Eka.

"Iya, Eka, aman."

"Sa mau lanjut packing-packing bentar ee. Kau duduk nonton konten NCT atau dengar lagu-lagu NCT di laptop silakan, Sher."

"Haha, iya."

Akhirnya, aku pun menyetel lagu-lagu NCT untuk menemani kegiatan kami. Eka yang sibuk melanjutkan packing barang-barangnya dan aku yang ikut bernyanyi dengan NCT. Aku ingin ikut membantu Eka, tetapi Eka melarangku mati-matian. Alhasil, aku hanya bisa pasrah.

"Eka," panggilku.

"Iya, Sher."

"Kalau aku nginep malam ini boleh?" tanyaku.

"Ya, ampun. Boleh banget, Sher. Tadinya aku juga mau tanyain itu ke kau, tapi takutnya kau gak mau."

Aku terkekeh. "Soalnya males aku keluar kalau lagi hujan. Aku juga pengin nemenin kamu."

"Ah, Sher. So sweet."

Eka memanyunkan bibirnya karena terharu dan aku yang senang bisa menemani Eka di kosnya ini yang hanya tinggal kami berdua. Teman Eka yang tinggal di samping kamarnya sudah pulang siang tadi. Jadi, aku tidak tega membiarkan Eka sendirian di kosnya ini.

Like We Just MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang