Nggak kerasa, gue dan temen-temen angkatan gue udah kembali sekolah setelah refreshing 5hari di boston park.
Huft, back to reality. Males banget sekolah tapi gue juga seneng karena akhirnya bisa ketemu sama keluarga yang selama ini gue rindukan.
"Van, jajan yuk" ajak Sona sambil mengusap-ngusap perutnya yang udah keroncongan
Gue mengangguk dan langsung cus ke kantin. Disini rame banget! gue dan Sona berusaha nyelip di kerumunan biar bisa mesen makanan.
Tiba-tiba ada tangan yang narik tangan gue keluar dari kerumunan.
"Van, maafin gue lagi" ucap Zane memohon. Gue cuma diem, pengen sih rasanya nampar pipi mulus Zane, tapi percuma. Itu nggak merubah masa lalu.
"Udah lah kejadian ini biar lo sama gue aja yang tau" jawab gue tanpa memandangnya. Gue udah muak. Jadi ini? Siswa berprestasi yang di banggakan sekolah? Percuma otak cerdas tapi kelakuan mesum. Bikin ilfeel.
Gue langsung berlalu ninggalin Zane yang sedang mematung. Bodo amat. Gue nggak bisa respect sama dia dan nggak pengen ngeliat mukanya lagi di hadapan gue.
Brukkk gue nabrak Narinda yang udah sembuh.
"Whaaa!!" Ucap gue heboh dan langsung memeluknya
"Aduh Van! Lepas ah" keluh Narinda karena gue memeluknya terlalu erat
"Na, gue mau cerita banyak nih" gue dan Narinda langsung menuju ke Aula sekolah. Disini sepi, biasanya Aula di pake buat olahraga. Gue dan Narinda sering banget curhat-curhatan disini
Gue menceritakan detail apa yang gue lakuin pas camping, Narinda membuka lebar mulutnya tak percaya mendengar kelakuan Zane. Ya, Narinda juga mengenal Zane, karena Zane adalah lawannya di olimpiade matematika bulan lalu.
"Masa sih? Anak sepinter dia... Kurang ajar!"
Gue nggak mau sampe anak-anak kelas lain tau. Huhu, malu banget. Gue nggak murahan, gue bener-bener nggak sadar karena Zane spontan cium gue.
"Van, gue pasti tutup mulut kok"
Ucap Narinda meyakinkan sambil mengusap pelan tangan gue.Huh, sahabat gue yang satu ini emang the best!
"Eh, balik ke kelas yuk. Kayaknya udah bel" ajak Narinda, dan kami pun bergegas kembali ke kelas masing-masing
Hari ini ada pelajaran bahasa german, harusnya pelajaran udah di mulai tapi frau Zia nggak kunjung datang.
Gue bosen dan memutuskan untuk main game di ipod.
"Van" sapa seseorang di depan gue, tapi gue masih asyik menatap layar ipod
"Hmm?" Jawab gue singkat. Ganggu aja nih orang. Mood gue lagi nggak bagus, karna mikirin kejadian itu.
"Ikut gue bentar yuk" gue berhenti main game dan menatapnya. Oh, Calum. Ada apa ya?..
Gue jadi inget sama ajakan Zane, duh gue nggak mau ngulang kejadian yang sama. Gue jadi trauma dan berfikir kalo semua cowok kayak gitu.
"Ngapain?" Tanya gue ragu, ya walaupun gue tau Calum anaknya nggak macem-macem.. Tapi, who knows? Kalo ternyata dia mesum juga.
"Cuma ngomong 4 mata, nggak lama kok" huft, okay. Cuma ngomong 4 mata he said.. Lagian masa iya Calum mau macem-macem di sekolah? Gue pun mengangguk dan mengikuti langkahnya keluar kelas.
---------------------------------------------
Heyhoo, maaf part 13nya dikit banget. Btw hari ini double update yaaDon't forget to vote and comment guys!
♡-kats
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Teen FictionBerawal dari saling mengejek. Yang menjadikan mereka sepasang sahabat karib. Vandra Hatcht dan Aubrie Henrrie Apakah mereka akan terjerumus kedalam friendzone, layaknya sahabat menjadi cinta seperti yang lain? _______________________________________...