Di sebuah ruangan yang gelap, Veranda tengah terduduk dengan memegang segelas wine di tangannya. Tiba-tiba pintu terbuka membuat cahaya masuk ke ruangan itu, pandangan Veranda tertuju pada seseorang yang kini berjalan menghampiri nya.
"Kau sangat menyukai ruangan yang gelap ya?? " tanya Althea, ya,,,yang datang menghampiri Veranda adalah Althea.
"Kenapa kau kesini, aku tidak memanggilmu" ucap Veranda, dia kemudian meminum wine yang ada di tangannya.
"Aku ingin menanyakan soal rencana kita kedepannya bagaimana, aku ingin melihat seberani apakah seorang pemimpin ras elemen api, menghadapi ras elemen tanah. Karena aku tau, jika penyerangan ini terjadi, ini akan jadi peperangan antara ras elemen tanah, dan pemimpin ras elemen api. Karena kau tau sendiri, rakyatmu selalu menentang keputusan dan perintahmu" ucap Althea, yang mengundang tatapan tajam dari Veranda.
"Aku akan menunggu Kinal dulu kembali sebelum melanjutkan rencanaku. Dan untuk yang kau katakan tadi, memang benar peperangan ini akan terjadi hanya antara aku dan ras elemen tanah. Karena tanpa dukungan dari rakyatku pun, aku bisa menghancurkan mereka. Dan di bawah pengawasan ku, prajurit-prajurit ku sudah cukup kuat untuk menandingi mereka, jika ku kerahkan mereka semua, maka aku tentu bisa menandingi mereka" ujar Veranda dengan kesombongannya.
"Tapi aku tidak perlu hal itu, pertahanan mereka memang sangat kuat dan sulit untuk di tembus, prajurit-prajurit mereka juga tidak bisa kita remehkan kekuatannya. Tapi jika kita lebih dulu melemahkan kekuatan prajurit-prajurit mereka, maka pertahanan mereka pun akan melemah" lanjutnya lagi.
"Tapi bagaimana caranya??, kita bahkan tidak bisa melewati perbatasan mereka, pertahanan mereka di perbatasan saja sangat kuat dan sulit untuk di lewati, bahkan kita akan langsung di serang" ucap Althea, Veranda tersenyum, kemudian meneguk habis wine nya.
"Kita akan di serang jika kita adalah musuh. Kau juga pasti tau, Jinan Galen Aksara mengetahui jika rakyatku selalu menentang keputusanku, aku bagaikan musuh bagi rakyatku sendiri, sampai-sampai Adel juga berkhianat padaku. Dan hal itu akan sangat menguntungkan bagi kita, kita akan memanfaatkan mereka untuk tujuan kita" ucap Veranda dengan senyum smirk nya.
"Dan kau pikir Jinan akan percaya??, dia tidak mungkin percaya begitu saja, dia tidak sebodoh yang kau pikirkan" ucap Althea yang keheranan dengan kebodohan sahabatnya itu.
"Dia akan percaya, dia pasti akan percaya, kau lihat saja nanti, bagaimana pasukan kita akan berada di antara mereka untuk menghancurkan pertahanan mereka. Pertahanan mereka memang kuat, tapi kekuatan mereka tidak sekuat pertahanan mereka"ucap Veranda.
"Walaupun rencana kita akan membutuhkan waktu yang lama, tapi aku janjikan rencana ini akan berhasil dan tujuan kita akan tercapai"
"Dan untuk saat ini, kita harus menyiapkan kedatangan Kinal dulu, dia pasti kelelahan usai mereka tahan, setelah itu kita akan berdiskusi untuk melanjutkan rencana kita" ucap Veranda lagi, kemudian ia berdiri dari kursinya dan berjalan kearah pintu keluar diikuti Althea.
Sepanjang mereka berjalan, setiap Langkahan kaki Veranda tak luput dari penghormatan dari para penjaga yang berjaga di setiap sudut bangunan tersebut. Veranda adalah salah satu pemimpin yang egois dan serakah, tidak seperti Jinan yang keegoisan nya di gunakan untuk melindungi rasnya, Veranda justru menggunakan keegoisan nya untuk keserakahan nya. Dia selalu berseteru dengan rakyat dan petinggi ras elemen api, bahkan Adel yang masih bisa di sebut kerabat jauhnya pun mengkhianati nya, karena ketidakadilan dan keserakahan nya itu. Sehingga banyak rakyat bahkan Ksatria yang membentuk kelompok untuk menentangnya dan berencana untuk melakukan kudeta.
Tapi, entah bagaimana Veranda memengaruhi para prajuritnya, sehingga prajuritnya bisa begitu patuh kepadanya, bahkan tentunya mereka rela menentang kebenaran dan keadilan serta mengorbankan nyawa mereka untuk dirinya.
"Althea, kenapa kau malah mengikuti ku, bukankah aku menyuruhmu untuk mempersiapkan kedatangan Kinal" ucap Veranda yang membuat langkah Althea berhenti, di saat ia sedang setia mengikuti langkah Veranda.
"Kita tidak boleh membuang banyak waktu, kita harus membuat beberapa persiapan dan mulai memikirkan soal rencana kita" lanjutnya lagi, dan Veranda pun berlalu dari hadapan Althea.
Althea membungkukkan badannya tanda penghormatan, kemudian ia berjalan ke arah aula untuk menjalankan perintah yang Veranda berikan kepada nya.
Sementara itu,,,,,,,,,,,,,,,
Di sebuah bangunan yang megah bak istana, di tengah negri yang sedikitpun tak terlihat kedamaian sama sekali. Bangunan itu terlihat megah namun sangat polos dengan nuansa cat berwarna putih, berlalu lalangnya penjaga dan ksatria yang berjaga dan mengerjakan masing- masing tugasnya.
Dalam bangunan tersebut,ada sebuah ruangan yang terkesan rahasia, ada seorang wanita yang sedang duduk di sebuah kursi, dia menyandarkan tubuhnya pada kursi tersebut, matanya terpejam, sesekali ia berdecak kesal seperti sedang memikirkan sesuatu. Tiba" pintu terbuka yang membuatnya membuka mata dan menatap ke arah pintu tersebut, seorang pria setengah paruh baya menghampirinya."Bagaimana?? " ucap pria tersebut sambil duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan tersebut.
Pria itu duduk kemudian menyilangkan kaki nya sambil menatap ke arah perempuan yang masih duduk di kursinya sambil menatap dia dengan tatapan datarnya."Apakah kau sudah mendapatkan sesuatu?" ucap pria itu lagi.
Kemudian wanita itu pun berdiri dan menghampiri pria itu kemudian ia duduk di kursi yang berada di depannya, mereka pun duduk saling berhadapan.
"Aku tidak tau" ucap wanita itu.
"Maksud?" tanya pria itu.
"Aku masih belum dapat kabar apapun, entahlah apakah mereka sudah bertemu atau tidak aku tidak tau" jawab wanita itu.
"Atau mungkin dia masih bingung bagaimana cara mengabari kita aku juga tidak tau" lanjutnya lagi.
"Dengar Geby!! Kita tidak boleh terus seperti ini, kita harus cepat mendapatkannya sebelum para pemimpin ras elemen lain mengetahui rencana kita, dan kemudian mereka ikut campur" ucap pria setengah paruh baya yang ada di hadapannya itu.
"Kalau bukan karena si Arkatama sialan itu mungkin hal buruk seperti sekarang ini tidak akan terjadi" lanjutnya lagi.
Gaby pun menatap pria itu dan kemudian menganggukan kepalanya.
"Tapi, aku masih belum tau keberadaan mereka dimana" ujar Gaby sambil memijat pelipisnya dan menyandarkan tubuhnya di kursi yang ia duduki.
"Tidak apa-apa mungkin mereka sedang menghadapi rintangan, terlebih rintangan menuju lembah biru itu sangat lah berbahaya, mereka pasti butuh waktu untuk memberikan kita kabar" ujar pria itu lagi.
Kemudian pria itu beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu, tapi langkah pria itu terhenti.
"Kalau ada kabar dari dia segera beri tau aku, jangan sampai kita terlambat. Karena tujuan kita akan menentukan segalanya" ucap pria itu.
"Dan cobalah lebih tenang, aku percaya padanya, aku kenal dia dengan baik, dia pasti bisa menjalankan tugasnya dengan benar, dia pasti akan segera memberikan kabar kepada kita, tanpa di ketahui oleh yang lainnya" lanjut pria tersebut sambil berjalan keluar.
Gaby menatap pria itu sampai ia keluar lalu ia menghembuskan nafasnya kasar. Ia berdiri dan berjalan mendekati jendela kemudian menatap keluar.
"Aku percaya padamu, jangan buat kesalahan apapun, rencana mu akan membuat kita menjadi yang paling kuat dan tak terkalahkan, semua ras elemen akan tunduk di hadapan kita" ucap Gaby yang berbicara dengan dirinya sendiri.
"Karena di saat ras elemen lain sedang berperang, kita akan gunakan kesempatan itu untuk menggapai tujuan kita"
"Dan untuk tua bangka itu, dia berpikir aku membantunya, tapi betapa bodohnya dia mempercayai orang sepertiku" lanjutnya lagi. Lalu ia berjalan mendekati kursi kerjanya lagi dan mulai melanjutkan pekerjaan yang tertunda karena pikiran nya yang tidak tenang.
"Aku menunggu kabar darimu" benak Gaby sambil tersenyum licik.
______________________________________________
Silahkan vote kalau memang niat,
kalau gak niat gak usah,,,,
![](https://img.wattpad.com/cover/358494756-288-k925124.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle for the Elemental Throne (Hiatus)
FantasíaBertahun-tahun, kekosongan tahta menjadi petaka dan awal dari perpecahan serta permusuhan antara empat pemimpin elemen dasar, yang didasari keegoisan,dendam, penghianatan, dan keserakahan. Dasar kepemimpinan yang di tentukan oleh segi kekuatan dan...