"Every year on your birthday, you get a chance to start new." -Sammy Hagar
.
.
."Happy birthday..."
Aku masih tak bisa melihat. Sebuah tangan besar menutupi mataku. Kurasakan hangat melingkupi. Aroma musk dan citrus menguar dari tubuh di belakangku.
"Kai..."
"I love you, Violetta. So crazy in love with you..."
Ia masih tak melepaskan tangannya yang menutupi mataku.
Wajahku memanas hebat. Masih belum terbiasa mendengar kata-kata itu, meskipun aku sudah mengenalnya sejak orientasi mahasiswa baru.
"I love you too, Kai."
Mati-matian, aku membalasnya. Masih terlalu kaku rasanya di lidahku.
"Make a wish?" Kai memutar tubuhku hingga aku berhadapan dengan tubuhnya yang tinggi. Aku menatap mata cokelatnya yang berbinar. Menatap penuh cinta, hanya kepadaku.
Aku menunduk. Memejamkan mataku. Aku tak tahu apa yang aku inginkan lagi. Semuanya sempurna.
Aku sudah memiliki Kai, memiliki ayah, ibu dan Maira. Aku baru diterima di perusahaan impianku, sementara usaha Wedding Planner milik Kai semakin sukses. Apalagi yang aku minta?
Aku membuka mata, meniup lilin di atas kue mungil di tangan Kai.
"Apa permintaanmu?" tanya Kai.
"Tidak ada. Aku sudah puas dengan kehidupanku sekarang. Bersamamu..."
Kai tersenyum lebar.
"Forever?" Ia memberikan sebuah boneka beruang berwarna cokelat.
Dengan sebuah cincin berkilau tersemat di bajunya.
Aku melebarkan mata. Memandang cincin itu, kemudian beralih ke wajah Kai.
"Marry me?" tanyanya penuh ketegangan.
Aku bukanlah seseorang yang impulsif. Aku selalu menimbang setiap langkah yang kuambil.
Hanya saja, itu tak berlaku untuk momen ini. Semua sempurna. Aku tak perlu meminta apapun lagi di hari ulang tahunku.
Jadi aku mengangguk cepat, tanpa jeda. Membuat Kai tergelak sangat keras.
"Kupikir kau akan menolak lamaranku lagi, empat tahun berturut-turut."
Mana mungkin aku menerima lamarannya saat aku masih berusia 19, 20 dan 21 tahun? Ayah dan ibuku akan mengamuk jika aku menikah sebelum merampungkan kuliah.
"Now is the perfect time," bisikku. Memandang lekat dua lilin di atas kue. Dua puluh dua.
Semuanya sempurna. Begitu melenakanku, seakan aku akan menikmati ini seumur hidup, seakan roda kehidupan tak berputar. Aku tak ingin meminta apapun di hari ulang tahunku.
Dan itu adalah kesalahan terbesarku.
***
Aku memarkir motor matic-ku di garasi, membuka helm dan sarung tanganku dengan terburu-buru.
Hari ini sangat melelahkan. Mbak Rini memberikanku pekerjaan yang tak terhitung jumlahnya, sementara Dion, Ririn, Dwi, Dewi dan Diah tak banyak membantu.
Tulangku serasa remuk. Yang kubutuhkan adalah berendam di bathtub dengan aromaterapi lavender dan pepermin. Setelah itu, aku akan makan kue bersama ayah, ibu dan Maira.
Aku mengangkat kotak kue yang mendadak kubeli saat perjalanan pulang. Hari ini ulang tahunku. Aku berhenti merayakannya sejak dua tahun yang lalu karena hanya akan membuatku lebih terluka. Tapi kali ini aku hanya ingin berkumpul di waktu spesial dengan ayah, ibu dan Maira, memakan kue ini bersama-sama. Aku yakin, mereka akan menangis terharu.

KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEDAY
RomansaKebahagiaan itu bagaikan selembar kertas. Terlihat indah berhias ribuan warna, namun akan hancur jika sedikit saja terkena goresan yang tak tepat. Kebahagiaan itu akan hancur lebur, lalu berubah menjadi duka. Violetta pernah bahagia, seakan ia perna...