Dua

12.1K 1K 62
                                    

"Dan! Zidan! Cepetan!" teriak seorang memanggil Zidan yang sedang berjalan menuju lapangan dengan langkah santai.

"Berisik, Vin!" balas Zidan juga berteriak.

Kelvin Erlando Harrison. Biasa dikenal dengan Kelvin. Satu-satunya teman dekat dengan Zidan sejak SMP hingga kini.

"Gurunya udah dateng bego!"

"Gurunya mana?" tanya Zidan, ia mengamati di sekelilingnya dan tidak gurunya.

"Tuh!" ujar Kelvin menunjuk ke arah depan.

"Dia 'kan kelas sebelah!" balas Zidan mengikuti arah tunjuk Kelvin.

Di depan, ada Reynan yang berdiri dengan wajah dinginnya. Mata elang pemuda itu menatap kearahnya tajam.

Ada desiran aneh ketika matanya tidak sengaja bertatapan dengan mata elang Reynan. Beberapa detik ia terpaku namun dengan segera ia memutuskan kontak matanya memilih menatap ke arah lain.

"Bukan anjir! tadi udah dateng!"

Zidan mengedikkan bahunya acuh tidak menjawab perkataan temannya. Tak lama ia mendengar intrupsi sang guru.

"Selamat pagi anak-anak!"

"Pagi, Pak!"

"Hari ini saya akan memberikan sedikit pelatihan untuk siswa yang ikut basket karena akan diadakan pertandingan melawan SMA Xavier pada bulan depan. Untuk itu sebagai persiapan pertama saya ingin 5 orang dari kalian bermain melawan mereka." Ujar sang guru, Pak Farhan.

Mendengar itu, Zidan sedikit tertarik dengan perkataan sang guru, ia kembali memperhatikan barisan yang ditunjuk oleh Pak Farhan, Reynan.

Di samping pemuda itu juga berdiri 2 pemuda yang cukup dikenalnya.

Sean Reviano Aldrich dan Rionard Kalandra Addison.

Mereka berdua adalah teman dekat Reynan, Zidan tahu itu. Reynan, Sean dan Rio merupakan tim basket SMA Arville, dengan Reynan sebagai kaptennya.

Sebenarnya ada sekitar 8 orang lainnya namun ia tidak terlalu akrab, hanya sekedar tahu namanya saja.

"Zidan." Panggil Pak Farhan.

"Iya Pak?"

"Saya liat, nilai olahraga kamu merupakan nilai tertinggi dibanding yang lain terutama dalam basket. Kamu mau menjadi tim inti basket kita?"

Zidan tampak menimang, ia memang hobi tapi ia tidak yakin dengan kemampuannya. Waktu SMP, ia pernah menjadi kapten basket di sekolahnya tapi itu dulu ketika ia masih menjadi anak polos, anak baik dan anak penurut.

Tapi sekarang, semua telah berbeda.

Kini ia hanyalah anak pembuat onar, ia hanya seorang remaja yang dicap badboy oleh kebanyakan orang. Ia tidak yakin bisa melakukan yang terbaik untuk sekolahnya. Bagaimana jika ia tidak mampu?

"Jangan hanya karena kamu dianggapakal oleh guru- kamu jadi menolak permintaan saya." Ujar Pak Farhan seolah tahu apa yang dipikirkan anak muridnya. Ia menghampiri Zidan dan menepuk pundak anak itu.

Mata Zidan meliar menghindari tatapan permohonan dari sang guru. Tidak sengaja pandangannya kembali bertubrukan dengan mata elang Reynan.

Reynan mengangguk tipis membuat Zidan refleks ikut mengangguk.

"Good, oke. Jadi udah kan kamu setuju?"

"Eh-iya."

Zidan menghela nafasnya kasar, sepertinya ia akan mendapat masalah setelah ini.

"Pak!"

Nahkan benar dugaannya.

"Ada apa ,Jack?"

"Kenapa gak ambil yang ikut esktra? kenapa harus dia?"

Auriville : [Mien]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang