Tiga

11.2K 1K 53
                                    

Reynan menuntun Zidan untuk duduk di pinggir lapangan membuat sang empu meringis tertahan.

Ia membuka sepatu dan kaos kaki Zidan dengan hati-hati. Dan terlihat 'lah pergelangan kaki putih Zidan yang kini mulai membiru.

Rahang tegasnya sukses mengetat. Ia berdiri, mungkin akan meralat perintahnya.

"Ke mana?" tanya Zidan mendongak seraya memegang ujung celana Reynan.

Reynan mengabaikan pertanyaan Zidan dan terus melangkah kembali menghampiri Jack dan Kelvin yang telah dipegang oleh kedua temannya.

Bugh! Bugh!

"REYNAN!" teriak Sean, Rio dan Kelvin terkejut ketika Reynan melayangkan dua pukulan sekaligus kepada Jack.

"Ga usah main kalo ga bisa sportif!" kecam Reynan dengan penuh penekanan disertai tatapan tajamnya.

"Bangsat!" sentak Jack mengusap sudut bibirnya yang terasa nyut-nyutan. Pukulan Reynan berkali lipat lebih keras daripada Kelvin.

Sean menarik Reynan untuk menjauhi Jack sebelum Jack kembali melayangkan perkataan yang membuat amarah Reynan memuncak.

"Minggir!" perintah Reynan melihat siswa siswi yang mengerumuni Zidan.

Sean, Kelvin dan Rio menghampiri Reynan yang telah berjongkok di samping Zidan.

"Rio! tugas lo!" titah Reynan membuat temannya mendekat ke arah kaki Zidan.

"Mau apa?!" Zidan berkata seraya menjauhkan kakinya dari jangkauan Rio.

"Diem deh, Dan. Gue ga mau kena semprot juga." Ucap Rio penuh peringatan.

"Ngga mau, ntar yang ada kaki gue bukannya sembuh malah tambah parah." Bantah Zidan tidak menyadari tatapan elang Reynan.

"Nurut." Desis Reynan tertahan, amarahnya masih belum stabil.

"Rey, lo yakin? Riri temen lo ini bocah bar-bar, gue ga yakin dia bisa ngurut."

"Nama gue Rio anjir! bukan Riri." Dengus Rio, melihat Zidan lengah ia menarik kaki Zidan.

"Rio sialan!" umpat Zidan merasakan nyeri di kakinya.

Krek!

"AKHH ANJING!" teriak Zidan merasakan tulang kakinya bergeser.

Tanpa sadar Zidan mencengkram lengan kanan Reynan kuat.

"Sakit dikit lagi, Dan." Ujar Rio seraya mengurut kaki Zidan.

"Sshh..." ringis Zidan tertahan menggigit bibir bawahnya.

Melihat itu, Reynan mengarahkan tangan kirinya ke mulut Zidan dengan tetap membiarkan lengan kanan menjadi pegangan anak itu.

"Gigit."

Krek! Krek!

Zidan menggigit keras pergelangan tangan kiri Reynan menyalurkan rasa sakitnya membuat Reynan sedikit meringis.

"Udah." Ucap Rio melepas kaki Zidan.

Zidan menghembuskan nafas lega, ia menumpukan tubuhnya pada orang yang berjongkok di belakangnya.

"Coba gerakin." Titah Rio.

"Gak! sakit." Tolak Zidan menggeleng ribut.

"Coba dulu." Kini giliran Reynan yang berbicara membuat Zidan menoleh, sedikit mendongak agar bisa menatap pemuda itu yang berada di belakangnya.

"Ga mau. Sakit banget."

"Pelan-pelan." Balas Reynan meyakinkan.

Dengan takut, Zidan menggerakkan kakinya. Ia kembali memegang lengan kanan Reynan mengantisipasi rasa ngilu yang akan segera dirasa.

Auriville : [Mien]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang