Tujuh Belas

15.7K 941 217
                                    

"Buatin 5 minum sekalian bawain ke ruang tengah."

Sedikit terperanjat namun dengan segera Zidan menjawab, "Ya."

"Dikira pembantu gue njing!"

Zidan mengambil sirup serta satu gelas lagi, menuangkan sedikit sirup lalu ia tambahkan air putih.

"Cewe prik!" gumam Zidan lalu membawa nampannya kembali ke ruang tengah.

"Pantes kaga punya sopan santun. Bentukannya aja kaya gitu." batin Zidan menggerutu.

Zidan meletakkan nampannya kemudian mengambil gelasnya sendiri.

"Ih kok kamu ga sopan sih?"

Zidan memutar bola matanya malas mendengar kritikan gadis asing yang duduk di samping Reynan.

Ada satu pria asing yang duduk di samping Erlan ia tidak tahu siapa, mungkin Ayah mereka.

"Ka-" ketika Erlan ingin angkat bicara Zidan mengangkat sudut bibirnya memberikan kode untuk diam.

"Terus gue harus ngapain? hormat? nunduk? sujud biar sopan?" sarkas Zidan menaikan sebelah alisnya.

"Ucapin permisi jangan diem aja kaya robot berjalan. Tadi kamu juga jawab aku ga sopan."

"Nyenyenye! bawel bener." Gerutu Zidan kembali menaruh dan mengesampingkan gelasnya, ia mengeluarkan satu persatu gelas yang belum disentuh oleh ketiga kakak beradik yang sebelumnya sempat ia tawarkan minum.

"Silahkan diminum Tuan dan Nona." Ujar Zidan dengan senyum penuh ejekan.

"Dan ini spesial untuk Tuan Reynan. Silahkan Tuan Rey terhormat." Lanjutnya menaruh gelas yang sebenarnya untuk dirinya sendiri di hadapan Reynan.

Reynan memandangnya datar, lagi ia hanya tersenyum miring, mungkin pemuda itu sebentar lagi aka-

"Zi."

"Kenapa?"

"Sini." Titah Reynan menyuruh Zidan mendekat.

"Ga ah, tempat gue di dapur." Jawab Zidan tersenyum semanis mungkin lalu berjalan menjauhi ruang tengah.

"Zidan!"

"Hadir Tuan. Ada yang bisa saya bantu, Tuan Muda?" Balas Zidan berbalik, berdiri di depan pemuda itu seraya membungkuk.

Bruk!

"Rey!!!" pekik Zidan terjatuh di pangkuan Reynan.

Puk!

"Siapa yang menyuruhmu berbicara seperti tadi?" ujar Reynan setelah menepuk bibir Zidan.

"Ga ada." Jawab Zidan menggeleng dengan polosnya.

"Dia bukan pembantu, kau tamu jangan seenaknya." Ujar Erzan tajam.

Violet menundukkan kepalanya, "Maaf aku ga tau. Lagian dia juga tidak bilang jika bukan pembantu."

"Apa matamu tidak berfungsi? mana mungkin pembantu memakai piyama?" sambung Erlan membuat suasana bertambah tidak mengenakan.

"Gambar kucing pula."

Violet bergeser hingga menempeli Reynan karena takut dengan aura Erzan namun sepertinya ia tidak menyadari jika aura Reynan lebih pekat.

"Jangan dimarahin. Aku gapapa, kan dia ga tau." Ujar Zidan menengahi.

"Jangan sentuh."

"Rey, ga usah galak-galak." Ucap Zidan mendengar nada dingin dan rendah Reynan.

"Hm."

Auriville : [Mien]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang