Zidan membeku menatap manik tajam Reynan. Apa yang baru saja pemuda itu katakan?
"Apa? yang jelas, Rey. Gue ga denger." Ujar Zidan melupakan rasa sakit di bahunya.
"Apa?" tanya Reynan balik masih di posisi yang sama, tangannya bergerak menyingkap poni Zidan, menyisir rambut anak itu ke belakang.
"Ga tau. Lo kalo ngomong suka gantung jadinya gue bingung."
"Mau hadiah apa, hm?"
"Bercanda doang tadi. Ga usah." Jawab Zidan disertai tawa karena pemuda di atasnya ternyata menganggap guyonannya serius.
"Maksa."
Zidan mendengus, sifat pemaksa Reynan benar-benar menyebalkan.
"Awas minggir! lo berat!" ketus Zidan berusaha menyingkirkan Reynan dari atas tubuhnya. Namun pemuda itu sama sekali tidak bergerak dari posisinya, malah memainkan rambutnya.
Tidak tahu apa yang merasuki pemuda itu, ia rasa sebelumnya mereka tak sedekat ini, memang sesekali mereka mengobrol namun lebih sering bertengkar.
Biasanya pemuda itu akan bersikap acuh tak acuh namun semenjak kejadian kemarin pemuda ini menjadi berbeda, lebih hangat?
Apa karena makan berdua dengannya terus Reynan terkena penyakit? tapi 'kan ia tidak sakit.
Zidan menggelengkan kepalanya mengusir pikiran negatif yang terlintas di otaknya membuat Reynan bingung sekaligus gemas.
Ia menangkup kedua pipi Zidan agar berhenti menggeleng.
"Kenapa?"
Zidan tersadar, mengerutuki dirinya yang bertindak bodoh.
Cup!
"Rey! pipi gue!" pekik Zidan memegangi pipinya yang baru saja dikecup Reynan.
"Lagi?"
"Reynanjing! awas ahh!" ujar Zidan memberontak dari kungungan Reynan namun tidak berhasil.
"Gak! jawab dulu."
"Jawab apa?"
"Pertanyaan."
"Yang mana Rey? yang jelas!"
"Kenapa?"
"Gapapa, gue gapapa. Sekarang lepas, gerah tau."
Reynan bangkit dari atas tubuh Zidan, merasa kasihan namun sebelum itu ia kembali mencuri kecupan di pipi anak itu. Jika tadi pipi kiri sekarang pipi kanan.
"REYNAN! PIPI GUE UDAH GA PER-" pekik Zidan tidak melanjutkan kata-katanya dan membuang muka.
Reynan mengedikkan bahunya acuh, ia tidak bisa menahan gemas lagi, salah kan saja pipi merah yang menggoda untuk digigit, masih untung ia tidak menggigitnya.
Reynan berjalan menuju lemari, mengambil baju seragam lalu menyodorkan untuk Zidan.
"Ganti."
"Seragam gue di kelas, kalo pake punya lo kegedean." Tolak Zidan seraya bangkit dari ranjang dan duduk.
"Coba."
"Rey, lo mau bikin gue tenggelem atau gimana." Gerutu Zidan
"Ganti atau gue cium. Satu."
"Du-"
"Okee! gue ganti." Potong Zidan mengambil seragam yang disodorkan Reynan.
"Pemaksa!" lanjut Zidan ketus lalu menuju dua pintu yang ia yakin salah satunya adalah kamar mandi.
Ketika akan membukanya, ia ragu. Dengan terpaksa ia menoleh kembali menatap Reynan yang memandangnya datar.
"Yang mana kamar mandinya?" tanya Zidan dengan pipi bersemu malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Auriville : [Mien]
Teen FictionRe-upload. Dosanya buat masing-masing pembaca. Thankss.