Empat Belas

11.1K 890 63
                                    

Zidan menahan nafasnya ketika tubuhnya di dorong hingga terbentur dinding UKS.

Reynan berbalik mengunci pintu UKS dari dalam sedangkan Zidan memejamkan matanya menahan rasa nyeri di punggungnya.

Reynan melangkah mendekati Zidan yang memejamkan matanya, meskipun begitu Zidan dapat merasakan aura dominan yang teramat pekat membuatnya tidak berkutik.

"Nurut apa susahnya, hm?" tekan Reynan membuat Zidan mengerjapkan mata yang sialnya terlihat manis di mata Reynan.

Cup!

Reynan menyeringai ketika pemuda pendek yang ada dikungkungannya kembali memejamkan matanya.

"Rey-mphhh."

Reynan kembali mengecup bibir ranum Zidan lama hingga akhirnya perlahan ia melumat bibir Zidan dengan lembut membuat sang empu melotot.

"Nghh... awash..."

Zidan mencoba mendorong Reynan agar menjauh menggunakan seluruh tenaganya namun sayang ternyata kekuatannya kalah jauh dengan badan bongsor pemuda itu.

Tangannya pun kini tertahan di atas kepalanya karena ulah pemuda itu. Pasrah, ia memejamkan matanya membiarkan Reynan melakukan apa yang diinginkan.

"Ahh!" ringis Zidan ketika bibir bawahnya digigit oleh Reynan.

Reynan melesakkan lidahnya masuk, bermain di dalam mulut Zidan, mengabsen deretan gigi Zidan dengan lembut.

Tangannya menuntun tangan Zidan untuk mengalung dilehernya. Ia duduk di kursi dekat brankar dan membawa Zidan ke pangkuannya tanpa melepas lumatan dibibir Zidan.

Manis, candunya teramat manis.

Zidan meremat rambut belakang Reynan ketika pemuda itu mencoba memperdalam ciumannya.

Sial! bibirnya terasa kebas karena hisapan pemuda itu.

"Ah... stophhh... mphh..."

Lenguh Zidan disertai peringatan terdengar ketika merasakan tangan Reynan masuk kedalam kaosnya.

"Reymphh... janganhh..." pinta Zidan disela ciuman mereka.

"Akhh! lepas Rey!" berontak Zidan ketika Reynan sudah melepas ciumannya meninggalkan saliva di area bibir dan dagunya.

Sedikit menunduk Reynan beralih ke leher putih mulus Zidan. Menjilatinya lembut membuat sang empu menggigit bibir bawahnya yang sudah membengkak.

"Rey! sialan! ughh!"

Reynan menyesap leher Zidan kuat dan diakhiri gigitan yang meninggalkan bekas merah keunguan di leher anak itu.

"Mine." Bisiknya mengecup kissmark yang baru saja dibuat.

Tanda kepemilikan kedua setelah beberapa waktu lalu.

Reynan mengusap bibir merah bengkak milik Zidan karena ulahnya sedangkan sang empu menatapnya marah, tapi apa perduli nya? yang terpenting kalau sudah miliknya, tetap miliknya. Mau tidak mau, suka tidak suka.

"Akhhh! sakit bodoh!" teriak Zidan terkejut ketika putingnya tiba-tiba dipilin oleh tangan nakal Reynan.

"Bercanda, baby Lou."

Zidan bergidik, mengingat jika Jack yang melakukannya.

"Lepas Rey, biarin gue istirahat di kelas." Pinta Zidan memelas, tenaganya habis setelah insiden tadi ditambah pemuda yang memangku nya kini menciumnya tanpa memberikan celah untuk bernafas.

"Tidak akan. Lukanya belum diobatin." Cegah Reynan.

Ia mengangkat tubuh Zidan, merebahkan tubuh anak itu di kasur, "Diem atau gue cium lagi sampe pingsan!" ancamnya ketika melihat gelagat Zidan ingin duduk.

Auriville : [Mien]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang