Bab I ;; Panti Asuhan

27 7 0
                                    

Cerita ini dimulai dari sebuah panti asuhan yang bernama "LAGUNA". Di panti itu banyak sekali anak anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya karena sebuah kejadian yang suram, kenapa begitu? karena hampir semua anak panti yang ada di sana orang tuanya menghilang karena bencana alam entah itu tsunami, gempa bumi, dan lain sebagainya. Salah satu anak panti yang populer di sana adalah Raden Langit Samudra Aksara, dia dikatakan populer di panti itu karena ia adalah satu satunya anak laki-laki dari panti itu yang setiap di adopsi oleh orang lain pasti dikembalikan lagi tanpa alasan yang jelas. Anak laki-laki itu punya nama panggilan spesial dari anak perempuan di panti, nama itu diberikan oleh seorang gadis kecil sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya di panti karena sakit-sakitan. Namanya adalah "Kakak Madu" , nama itu diberikan karena dia selalu tersenyum walau memiliki banyak luka agar orang terdekatnya selalu bahagia karena senyum serta canda dan tawanya.

Raden adalah anak pertama yang datang ke panti itu dia tau seluk beluk dari panti tersebut karena dia adalah anak panti terlama yang ada di sana. Kini Raden berusia lima belas tahun, di usianya sekarang Raden mulai sedikit berbicara pada pengurus panti dan lebih banyak bermain bersama anak anak panti yang umurnya masih sembilan tahun atau delapan tahun. Raden berusaha membuat anak-anak panti bahagia saat berada di dekatnya dan tidak pernah murung saat berhadapan bernama anak anak itu.

Kini menunjukkan jam 7 pagi Raden bangun lebih awal karena akan membantu pengurus panti untuk membeli makanan dikarenakan koki masak panti itu sedang sakit. Dengan bersiap-siap sedikit Raden sudah terlihat sangat tampan dan menawan. Tidak hanya kali ini Raden membantu pengurus panti tetapi selalu entah itu membantu memasak, membangunkan anak panti lain, dan sekarang dia membantu untuk pengurus panti untuk membeli makanan sebelum jam setengah 9 pagi. Pengurus panti yang sangat dekat dengan Raden adalah Bibi Nina.

"Astaga Raden kamu keliatan ganteng banget si, kamu pake serum atau apapun di wajahmu?." Ucap Bi Nina terpesona melihat Raden.

"Yah bi, apaan banget Raden ga ada pake apapun di muka Raden. Kalo bibi bilang Raden wangi si Raden ada pake parfum ko, kecium ga sih bi?."

"Kayanya hidung bibi salah, bibi ga ada ngerasain parfum kamu." Bibi tertawa kecil.

"Bibi mah gitu banget sama Raden. Udah ah mana sini uang buat beli makanan anak anak panti." Ucapnya memanjangkan tangannya.

Bibi hanya bisa tertawa melihat tingkah anak pantinya itu yang bisa membuat ia tertawa. Saat Raden memanjangkan tangannya itu bibi segera membelikannya uang untuk membeli lauk agar anak panti lain dapat makan bersama di ruang makan. Saat mendapatkan uang Raden segera pergi berjalan ke warung makan dekat pantinya itu. Di luar panti Raden segera memperlihatkan muka masamnya agar tidak diajak berbicara oleh orang-orang sana karena orang yang ada di perumahan itu tidak menyukai Raden dan selalu menggosipkan Raden dengan berita-berita tidak benar oleh ibu-ibu komplek sana. Raden tidak tau kenapa ia selalu tidak disukai oleh orang-orang itu, Raden merasa dirinya tidak pernah melakukan sesuatu yang buruk dari awal dia datang ke tempat tersebut. Raden selalu menbuang muka saat melihat orang-orang dan terus berjalan menuju warung makan sana.

Saat Raden selesai membeli apa yang diperintahkan oleh Bibi Nina tadi Raden segera pulang ke panti agar anak-anak panti tidak menunggunya lama. Saat di perjalanan menuju panti Raden tidak sengaja mendengar percakapan ibu-ibu komplek sana yang membicarakan Raden dengan mulut mereka yang sangat panas bagaikan kuali yang ditaruh lama di atas api membara. Mendengar orang itu menggosipkan dirinya Raden hanya diam dan terus berjalan tanpa memperdulikan apa yang dibicarakan orang-orang itu tentangnya, prinsip Raden yaitu "Yang tau banyak tentang diriku adalah aku bukanlah orang lain, orang hanya melihat bagian luarku yang ceria tapi mereka tidak tau apa yang aku rasakan yang sebenarnya di dalam diriku".

Sesampainya di panti Raden sudah melihat anak anak panti terduduk di depan gedung panti dengan muka murung karena lapar. Saat sudah melihatnya datang semua anak panti berlari dan memeluk Raden karena bahagia makanan mereka sudah datang.

"Kakak Madu kenapa lama sekali pulangnya, kita lapar tau." Ucap salah satu anak perempuan yang mendongak berbicara dengan Raden.

"Maafkan kakak, kalian pasti lama menunggu kan?."
"Ayo masuk kan kita makan bersama dalam rangka mengawali hari yang bahagia ini." Lanjut Raden dengan semangat.

"HOREEE!" semua anak panti bersorak karena perkataannya itu yang benar benar membuat mereka bahagia karenanya.


Mereka semua segera masuk ke dalam gedung untuk makan bersama. Tidak sampai di sana Raden kembali membantu bibi untuk mengambil dan menata piring-piring ya berisi nasi ke ruangan tempat mereka makan. Setelah selesai semua anak-anak segera menghabiskan makanan mereka agar bisa belajar sembari bermain bersama Raden. Tapi Raden tidak memakan sarapannya itu karena ia merasa sedih dan rindu pada kedua orangtuanya entah dimana. Sebenarnya Raden memiliki keluarga lain yang berisi nenek kakeknya tetapi Raden tidak tau keluarganya itu dimana sampai saat ini dia sudah remaja. Saat semua orang sibuk dengan makanan mereka Raden berjalan perlahan menuju kamar pantinya agar tidak ada yang terganggu olehnya dan tidak ada yang melihatnya. Sampai di kamarnya Raden hanya bisa termenung entah pikirannya kemana sekarang. Raden hanya bisa merebahkan dirinya di kasur dan memejamkan mata berusaha untuk tidur agar hal yang dipikirkannya sekarang hilang dan tak membuatnya sedih selalu apalagi Raden selalu menutupi masalahnya dari seluruh orang yang ada di panti asuhan itu.

"Kakak Madu kenapa tidak makan?." Ucap anak kecil dari luar kamar Raden sembari mengetuk kamarnya pelan.

"Kakak dipanggil oleh bi Nina tau, ayo turun dong." Lanjutnya lagi.

Tak mendengar suara anak kecil itu lagi Raden segera keluar dari kamarnya dan mencari bi Nina. Raden menemukan bi Nina sedang ada di dapur panti dan sedang mencuci piring dari anak-anak yang makan tadi.

"Bibi ada manggil Raden?."

"Ada, ayo ikut aku ke ruangan berkas." Ucap bibi berjalan duluan meninggal Raden di belakang.

Raden yang bingung hanya bisa mengikuti bi Nina saja tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Sesampainya di ruangan itu Raden diperintahkan untuk duduk di sofa ruangan itu dan bi Nina ikut duduk disampingnya.

"Kamu akan pergi dari sini Raden Langit Samudra Aksara."

to be continued
_see you in the next chapter_

Dimana Aku, Bunda Ayah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang