Bab XIII ;; Perkelahian

4 3 0
                                    

   Kini adalah hari ketiga dari latihan mereka. Semua sudah mulai mahir dalam melakukannya. Hanya tiga hari latihan yang diperlukan dan perkelahian ini akan dilakukan besok. Itu adalah permintaan dari pihak sebelah. Dari pihak Raden hanya menyetujuinya saja. Mereka berjanjian untuk memulai perkelahian di lapangan luas yang cukup jauh dari sekolah. Pastinya juga pihak sekolah tidak akan tahu-menahu akan perkelahian itu.

***

   "GAMPANG BANGET." Ucap Thea berseru-seru gembira.

   Sekarang mereka tidak terlalu mempermasalahkan perkelahian besok. Malah mereka gembira tidak usah memikirkan perkelahian seperti ini lagi jika hari besok sudah terlewati cepat. Dan bisa kembali fokus ke dalam pelajaran. Itu adalah satu hal yang membuat mereka bahagia sekali.

"Ayo latihan lagi." Cepat Raden mengajak teman-temannya berlatih kembali.

   Semua latihan memang tetap sama. Tapi bedanya mereka tidak dilatih oleh Kakek Argan lagi. Kakek Argan sudah pulang dari berkunjungan ke rumah Argan. Semua sudah sangat mahir dalam melatih semua gerakan walaupun hanya dengan waktu tiga hari saja. Mereka yakin pasti bisa dan harus bisa tentunya.

***

   Sekarang adalah hari yang sudah ditunggu-tunggu. Hari perkelahian ini sudah datang. Sudah sangat tidak sabar untuk melakukannya. Ternyata Raden dan teman-temannya yang datang terlebih dahulu. Sedangkan tiga orang yang menantang itu belum datang. Mungkin takut.
   Hampir 15 menit menunggu dan akhirnya mereka datang juga dengan wajah sombong milik mereka itu. Menyebalkan sekali jika terus dilihat.

"Ayo mulai." Ucap Kana memasang kuda-kudanya.

   Kana hanya melawan Raden, sedangkan Adya dan Bian fokus melawan tiga teman Raden lainnya. Itu pertarungan mudah dan tidak ada jual beli pukulan sama sekali. Raden langsung saja bisa mengenai perut Kana yang kosong tidak ada pertahanan. Seperti sedang melawan anak kecil yang umurnya dibawah lima tahun. Untuk Argan, Thea dan Thena tidak perlu diragukan lagi semuanya sudah selesai di tangan mereka. Mereka terlalu meremehkan pihak Raden. Dan sekarang pihak mereka yang terkapar kesakitan hanya dengan beberapa pukulan. Tidak juga sampai dua puluh menit mereka bertarung. Tiga orang itu sudah tumbang saja.

"Awas saja." Geram Kana.

   Dengan Kana yang seperti itu tak lama ketiga orang sombong itu berlari seketika pergi dari tempat berkelahi. Raden, Argan, Thea dan Thena saling pandang dan tertawa. Merasa hal ini sudah tuntas tanpa perlu dipikirkan lebih dalam lagi. Ini memang sangat mudah. Tidak ada susahnya. Mulut tiga orang sombong itu memang banyak sekali mengoceh memberikan banyak ejekan dan kata-kata yang merendahkan seseorang. Tapi nyatanya itu tidak berguna. Percuma mereka selalu mengeluarkan semua kata-kata itu dari mulut mereka tetap sekarang pihak Raden yang menang. Memang mereka terlalu merendahkan pihak Raden. Terutama Kana yang selaku pemimpin dari mereka. Kana hanya bisa berteriak dengan tantangannya. Tapi dia yang tumbang terlebih dahulu dengan pukulan Raden. Nyatanya juga merekalah yang sekarang akan menjadi seorang pengecut. Raden selalu saja mengingat wajah kesakitan Kana.

   Mereka segera pergi dari tempat itu. Memutuskan sekarang pulang ke rumah masing-masing. Masalah mereka yang sekarang sudah selesai. Tidak tau apakah selanjutnya akan ada masalah baru yang datang. Mungkin ada masalah yang lebih besar yang datang dan mungkin juga tidak. Tergantung situasi yang harus dihadapi nanti. Kita hanya bisa menunggu dan harus tetap menunggu.

***

   Sekarang Raden tidak memikirkan hal-hal lain lagi. Bisa fokus untuk pelajaran yang disukainya. Senang sekali Raden. Menganggap semua telah usai.

"Sudah kerjakan tugas?" Tanya Dansyia tiba-tiba.

   Ternyata Raden sedang melamun di meja belajarnya sembari tersenyum sendiri. Itu membuat Dansyia merasa aneh dengan Raden. Takut Raden mengalami sesuatu yang tidak bagus. Hanya Raden dan temannya saja yang tahu-menahu soal masalahnya.  
  Satu hal yang memecah semua hal yang dipikirkan Dansyia. Yaitu lutut Raden. Lututnya ternyata luka dan sangat terlihat jelas. Sudah diobati tapi tetap saja membuat Dansyia semakin khawatir sekarang.

"Lututnya kenapa?'

   Raden sekarang harus berbohong. Dia berbohong bahwa dia jatuh di lapangan sekolah karena tersandung. Tapi yang sebenarnya lututnya itu terluka sehabis berkelahi tadi. Bukan saat berkelahi dengan Kana. Tapi saat ingin pulang dari lapangan perkelahian tadi Raden diserempet motor yang membuat Raden reflek terkejut dan terjatuh. Itu adalah motor Kana. Tidak terluka parah tapi menurut Raden itu tetap saja sakit dan perih.

***

   Sekarang Raden sudah berada di dalam kelasnya berkumpul dengan tiga temannya. Mereka memutuskan untuk mengubah tempat duduk agar berdekatan. Dan mudah untuk bekerja sama ataupun bermain pada saat istirahat dan jam kosong tanpa guru yang mengajar. Pas sekali sekarang pelajaran tentang seni. Itu pelajaran yang paling repot. Harus membawa ini itu untuk praktek. Dan beruntung sekali sekarang gurunya tidak bisa masuk untuk mengajar kelas Raden. Seru sekali. Tapi tetap saja diberi tugas menjawab soal yang sudah disiapkan. Cukup banyak tapi tidak masalah. Yang terpenting adalah guru yang mengajar tidak masuk ke dalam kelas hari ini.

"Selesai." Senang Thea memasukan semua alat tulisnya.

"Gampang." Balas Thena juga memasukan semua alat tulisnya.

   Sekarang bingung harus melakukan apa. Tugas sudah selesai dan jam istirahat lama lagi. Jika bolos ke kantin itu ide buruk. Atau pergi ke kamar mandi sekolah hanya untuk cuci tangan juga itu ide buruk. Andai diperbolehkan untuk membawa handphone ke sekolah pasti seru. Tapi itulah peraturan. Tidak bisa dilanggar kalau tidak mau diberi sanksi. Itu akan merepotkan diri sendiri dan keluarga. Apalagi ketahuan berkelahi.
Berkelahi? Pikiran itu muncul.

"Jika ketahuan berkelahi kita akan diberi sanksi apa?" Pecah Thena.

"Tidak usah dipikirkan, kita begitu juga gara-gara pihak Kana yang terlebih dahulu menantang kita. Jadi kita juga tidak salah akan hal ini. Entah kenapa mereka tiba-tiba mengajak kita berkelahi seperti itu." Bingung Argan sembari memainkan penanya.

  "Perkiraanku mereka seperti itu karena kalah di lomba cerdas cermat. Dan mereka juga mulai tidak suka dengan kita. Bisa jadi mulai tidak suka juga dengan kelas kita. Takutnya mereka menjelekan nama kelas kita ke orang lain." Jelas Raden.

   Itu masuk akal. Dan bisa jadi itu memang benar begitu. Mulai dari lomba kecil itu menjadi perkelahian antara siswa seperti ini. Hanya kalah satu lomba saja itu bukan masalah. Hanya lomba seperti itu saja, bukan lomba yang sangat amat besar. Atau mungkin ada hal lain lagi yang membuat pihak kana itu tidak menyukai Raden dan teman-temannya. Itu bisa jadi ada. Tidak hanya masalah soal lomba saja, pasti ada hal-hal lain yang membuat mereka tidak suka dengan Raden dan temannya. Ini hal yang harus dipecahkan secepatnya juga.

to be continued
_see you in the next chapter_

Dimana Aku, Bunda Ayah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang