Bab XII ;; Aku Berani

6 4 0
                                    

   Sepulang sekolah semuanya sepakat untuk ke rumah Argan untuk latihan bersama. Raden belum tau rumah Argan sama sekali. Mungkin mudah untuk mencari rumahnya. Tapi ternyata tidak. Raden yang memutuskan berangkat ke sana dengan mobilnya. Argan bilang tempat latihan itu bukan rumahnya. Tempat latihan yang akan mereka tuju berbeda jarak lumayan dekat dengan rumah Argan. Mobil memutuskan menuju rumah Argan terlebih dahulu. Raden meminta ditinggalkan disitu saja dan dijemput disana juga. Karena Argan mengatakan bahwa tempat latihan itu bisa ditempuh dengan jalan kaki saja tidak perlu menaiki mobil seperti itu lagi. Sopir Raden menerima permintaan itu dan memutuskan pergi kembali ke rumah.

   Mereka mengganti pakaiannya dengan pakaian yang santai. Raden dan Argan menggunakan pakaian putih tidak berlengan dan celana hitam pendek juga sandal jepit biasa. Sangat sederhana tapi itu sangat nyaman. Sedangkan Thea dan Thena, mereka dipinjamkan baju putih pendek dengan celana hitam kulot pendek juga beralas kaki sandal. Pakaian itu cocok untuk latihan. Tidak terlalu mencolok dan sangat santai dilihat.

   Ternyata benar jarak rumah Argan dengan tempat latihan yang dia katakan itu tidak jauh. Dekat saja rasanya. Tapi Thena meminta untuk berjalan sedikit perlahan agar bisa menikmati suasana jalan perumahan yang segar. Tempat latihan memang sedikit masuk ke perkebunan. Disana ada tanaman sayuran, pepohonan buah, dan juga ada tanaman bunga yang indah. Kebun itu milik keluarga Argan. Sangat bagus sekali. Rumah Argan memang tidak besar dan terlihat benar-benar sederhana tapi nyaman. Juga perumahan Argan sangat bagus. Seperti desa tersembunyi saja bagi Raden. Karena memang benar-benar sangat nyaman untuk ditinggali. Raden rasanya ingin pindah ke perumahan Argan saja.

***

   Sekarang latihan sudah dimulai. Ada banyak alat-alat di tempat latihan. Mulai dari samsak, sarung tinju, lompat tali dan yang lain lagi. Tempat itu sederhana dan sedikit tua tapi masih terlihat keren. Lebih mirip seperti pondok biasa. Tapi didalamnya sedikit lebih modern dan sangat nyaman juga bersih. Apakah Argan selalu latihan seperti ini? Hati Raden banyak membenamkan sebuah kemungkinan yang banyak.

"Sambil latihan, ceritain tentang tempat ini dong." Pinta Thena menyenggol bahu Argan.

   Semua latihan dengan alat-alat yang ada di sana. Ini seperti kegiatan bebas. Tidak ada pelatih ataupun pembina. Semuanya tidak bisa mengunakan kepalannya untuk meninju wajah seseorang.

"Tempat ini sudah lama bangun. Sejak aku belum lahir semua sudah ada. Digunakan dari keturunan menuju keturunan selanjutnya lagi. Jika penasaran, hampir semua anggota keluargaku adalah seorang yang pintar berkelahi. Maka dari itu tempat ini segera dibangun. Diluar terlihat tua dan sedikit kumuh sedangkan di dalam begitu modern. Dan aku yang selalu dilatih sekarang untuk berkelahi."

   Belum sempat melanjutkan ceritanya Thena sudah memotong saja. Meminta dia tidak melanjutkan ceritanya lagi karena dia bosan dan kembali bertanya terus menerus siapa pelatihnya. Thena mengomel ingin cepat-cepat latihan dan ingin cepat bisa meninju wajah seseorang. Kali ini Thena terlihat sangat lebih semangat dibandingkan dengan Thea kembarannya. Thea dari tadi hanya memukul samsak terus menerus sambil menyimak cerita dari Argan tentang tempat itu. Dan dia kesal dengan Thena yang mengomel itu.

"Saya pelatih disini." Ucap seseorang tiba-tiba masuk.

   Pelatih? Itu adalah satu pertanyaan yang reflek dikeluarkan oleh Raden, Thea dan Thena. Sedangkan Argan malah tertawa dan segera berlari kecil memeluk tubuh orang yang tiba-tiba datang itu.

"Saya adalah Kakek dari ibu Argan. Katanya kalian sedang berlatih berkelahi? Ayo saya bantu. Pas sekali saat saya berkunjung ke sini dan ibu Argan mengatakan bahwa anaknya dan teman-teman yang diajaknya ke rumah sedang berlatih."

   Semuanya terlihat semangat karena sekarang ada yang ingin melatih mereka. Itu adalah hal yang bagus sekali. Mereka akan mudah bisa jika benar-benar dilatih seperti ini dan tentunya bisa melawan tiga orang yang sok keren itu. Tapi masih ada sedikit keraguan yang tersimpan.

"Semua tutu mata kalian menggunakan ini." Ucap Kakek Argan mengeluarkan empat kain hitam dan memberikan mereka satu-persatu.

   Semua bingung kecuali Argan. Tentunya dia pasti sudah tau apa yang harus dilakukan sekarang. Semuanya diarahkan untuk berdiri berjejer kesamping dan jarak mereka hanya dua langkah dari tempat masing-masing. Raden serta Thea dan Thena yang bingung hanya bisa diam tidak mengerti sama sekali.

"Hindari bola-bola yang saya lempar."

   Belum sempat untuk mengerti yang dimaksud, Kakek Argan langsung melemparkan saya bola yang dipegangnya.

"ADUH."

   Lemparan pertama diarahkan langsung. Yang lain beruntung bisa menghindar, tetapi Thea tidak. Bola itu mengenai dahinya. Sebenarnya tidak terlalu sakit, tapi dengan tambahan rasa terkejut itu cukup tidak nyaman.
   Banyak kali mereka mencoba dan akhirnya bisa dengan merasakan angin yang cepat menuju bagian tubuh mereka. Itu ternyata mudah. Hanya perlu konsentrasi yang benar. Juga berusaha merasakan angin yang datang dengan cepat (pukulan maksudnya). Mereka mulai semangat berlatih. Hingga kini mereka diminta untuk menendang bola-bola yang dilemparkan dengan tetap mata ditutup kain hitam. Itu juga mulai sedikit lebih mudah. Kaki mereka terangkat dan dengan lincah menendang dengan berbagai gaya sembari menangkis bola itu juga tanpa menyenggol satu sama lain. Selalu tetap diposisi dan tidak berpindah.

"Sekarang bukan penutup mata kalian dan langsung duduk."

   Mendengar itu mereka cepat-cepat membuka ikatan penutup mata. Dan kini mereka duduk dengan posisi yang sama. Tutup mata mereka juga ditagih oleh Kakek Argan lalu ditaruh ditempatnya kembali seperti tadi.

"Itu adalah hal dasar, dengan beberapa hari kalian berlatih seperti ini tentunya kalian akan mudah mengalahkan mereka-mereka itu. Jangan pernah takut untuk memukul, menangkis, ataupun menendang lawan. Itu sebenarnya hal mudah jika kalian bisa mencari kesempatan yang bagus. Lihat mata lawan, dimanakah mata itu mengarah disitulah dia akan meluncurkan serangan. Mata lawan akan melirik sedikit sasaran yang akan mereka serang dan mata kalian juga harus cepat untuk menyadari hal tersebut. Hanya konsentrasi yang kalian perlukan dalam hal seperti ini. Tetap semangat dan bersungguh-sungguh jika ingin menang. Jangan mau harga diri kalian diinjak-injak saat berkelahi. Jangan terpengaruh dengan kata-kata sindiran mereka, itu hanya untuk merusak konsentrasi kalian saja. Jangan jadi orang yang pengecut. Mau kalian laki-laki ataupun perempuan, kalian tetap sama saja di dunia ini."

   Semuanya mengerti dengan apa topik yang dibahas sekarang. Itu semua bisa dicerna dengan baik. Dan mereka juga mengerti dengan arahan dari Kakek Argan. Mereka pasti bisa untuk mengalahkan orang-orang yang sombong itu.

to be continued
_see you in the next chapter_

Dimana Aku, Bunda Ayah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang