Bab VI ;; Tertawa Gembira

4 3 0
                                    

   Mereka mulai memutuskan kerja kelompok pada saat jam setengah dua belas karena memang hari ini semua siswa dan siswi dipulangkan lebih awal. Ternyata supir sudah menunggu di depan gerbang sekolah. Raden segera mengajak teman temannya untuk masuk ke dalam mobil itu. Yang terlihat paling bahagia dan bersemangat adalah Thea. Akhirnya dia bisa menaiki mobil mewah yang sangat bagus dan mengkilap.

"Keren bener mobilnya ini." Girang Thea.

   Thena si kembarannya malah lebih banyak diam di mobil itu. Tapi Thea seperti orang yang baru pertama kali menaiki sebuh mobil. Argan? Dia tidak melakukan apapun. Hanya bisa memperhatikan kelakuan mereka semua. Tak lama pula mereka menunggu akhirnya sudah sampai di rumah Raden. Pada saat pintu gerbang rumah terbuka, yang paling terkesan adalah Argan. Awalnya paling tidak berbicara dan tidak ada ekspresi wajah, kini dia yang paling terkesan dan tersenyum sendiri.
   Padahal rumah itu biasa saja bagi Raden sekarang, tapi dulu ia juga sama seperti Argan yang terkesan itu. Tanpa banyak menunggu Raden mengajak temannya untuk masuk ke rumah megah itu. Tidak ada orang tuanya disana. Tapi pelayan rumah masih terlihat bersih-bersih, padahal rumah sudah sangat terlihat bersih. Saat pelayan melihat kita yang masuk ke dalam rumah. Salah satu pelayan mempersilahkan mereka untuk duduk. Melainkan Raden, dia kini memutuskan untuk mengganti bajunya langsung meninggalkan teman-temannya yang berada di ruang tamu. Yang lain pastinya masih kegirangan dan suka sekali berada di rumah Raden.
   Raden segera menghampiri kembali teman temannya yang berada di ruang tamu saat sudah mengganti baju sekolahnya menjadi baju yang biasa ia gunakan di rumah. Saat Raden sampai di ruang tamu, ia melihat temannya yang terdiam mematung di sofa ruang tamu.

"Kalian kenapa?"

"Gapapa sebenarnya, cuma takut aja ditembak tiba-tiba. Pelayannya nyeremin, emang gitu ya mukanya?" Tanya Argan

   Raden hanya bisa membalasnya dengan tertawa kecil mendengar alasan kenapa teman temannya itu mematung di sofa ruang tamu.
   Kini mereka sudah bisa memulai kerja kelompok itu. Ternyata Raden sudah menyelesaikan tugas itu. Lalu kenapa kami diajak kemari?  Ternyata Raden ingin bermain bersama mereka agar tidak merasa bosan di rumah. Orang tua Raden hanya terus bekerja. Padahal dirinya selalu merasa bosan dirumah. Juga dia sangat malas bergaul keluar. Tidak menyenangkan.
   Agar mereka tidak diam. Thena mengusulkan agar mereka menonton film horor saja atau bermain kartu. Untuk menentukannya semuanya melakukan voting agar adil. Tapi tak disangkanya, hasilnya seri votingan mereka. Jadi diputuskanlah untuk melakukan kedua kegiatan tersebut. Yang pertama adalah kartu dan yang kedua adalah menonton film horor. Yang lainnya pasti setuju akan hal itu karena menurut mereka itu seru seru saja.

"Aku kan bawa kartu, nanti yang kalah dicoret bedak bayi." Kata Argan

"Dan bedak bayinya?" Tanya Raden melihat satu persatu temannya kebingungan.

"Alah tenang." Santai Thena mengeluarkan sesuatu di dalam tasnya.

   Ternyata Thena membawa bedak bayi. Kenapa? Kita menganggapnya hal yang wajar dan sebenarnya memang kulit wajah Thea dan Thena terlihat mulus. Mungkin karena bedak itu juga.
   Akhirnya permainan itu dimulai kasar. Ekspresi wajah Thea yang biasanya selalu bercanda menjadi serius sekali. Pertarungan ini sengit. Argan mendapat giliran melemparkan kartu pertama. Perjalanan kartu mereka semua berjalan lancar di awal. Hingga sekarang kartu mereka sudah mulai sedikit. Raden memiliki tiga kartu sama seperti Thea, Argan memiliki empat kartu, dan Thena lima kartu. Tak disangka yang pertama menghabiskan kartu adalah Raden dan Thena. Ini masi pertarungan sengit antara Argan dan Thea.

"MENANG WOY!" Teriak lantang Thea meluncur.

   Ya, Thea berhasil mengalahkan Argan. Tentunya wajah Argan kini masam sekali karena dia akan dicoret dengan bedak. Semuanya semangat untuk mencoret wajah Argan. Dan Argan hanya bisa pasrah karena wajahnya akan dirusak oleh teman temannya. Tak henti sampai di situ, permainan kembali berlanjut.
   Permainan selesai pada saat jam menunjukkan pukul empat sore. Yang paling banyak memiliki coretan di mukanya adalah Thea. Dia terlalu bersemangat hingga tak menyadari bahwa temannya yang lain lebih mudah mengalahkannya karena setiap bermain dia selalu bergerak kegirangan yang membuat kartu miliknya terlihat sedikit. Sekarang wajah Thea yang paling masam.
   Mereka menyetujui ingin menonton film horor di kamar Raden. Yang paling percaya diri tidak akan takut adalah si kembar Thea dan Thena. Raden dan Argan pastinya percaya percaya saja agar mereka senang. Memang di awal si kembar itu santai saja saat menonton film horor itu. Pada saat menonton juga lampu kamar Raden dimatikan agar lebih seram. Di jalan menuju akhir film, Raden melirik handphonenya melihat jam yang ada di handphonenya. Ternyata jam menunjukkan pukul setengah enam.

"AKU ORANG BAIK." Teriak si kembar bersamaan saling berpelukan.

   Ternyata yang membuat kedua orang itu berteriak adalah orang tua Raden yang tiba-tiba masuk ke kamar. Kedua orangtuanya pastinya ikut terkejut mendengar teriakan kedua perempuan itu yang melengking keras.
   Raden segera menghidupkan lampu kamarnya kembali dan tertawa cengengesan. Raden dan Argan melirik si kembar itu yang tampak malu dengan tatapan meledek. Kedua orang tua Raden juga hanya bisa tersenyum saja melihat kegembiraan anaknya bersama teman sekolahnya.

"Kalian temannya Raden ya?" Tanya Dansyia.

"Iya, benar Tante. Saya Argan, ini Thea dan Thena si kembar." Jelas Argan.

"Jangan panggil Tante dong. Langsung Mamah saja." Pinta Dansyia.

   Ketiga temannya itu hanya bisa tertawa dan tersenyum basa-basi.
   Teman-teman Raden sekarang diajak untuk makan malam bersama sebelum semuanya pulang. Awalnya mereka bersikeras untuk menolak ajakan itu. Tapi Dansyia tetap mengajak mereka untuk makan malam bersama karena kasihan telah menemani Raden dari pulang sekolah sampai sekarang tanpa dibuatkan makanan enak. Tak bisa menolak lagi akhirnya terpaksa tiga anak itu mengikuti permintaan Dansyia.
   Saat makan hanya ada suara peralatan makan dan piring yang berbunyi, dan sedikit basa basi pertanyaan untuk ketiga orang itu.
   Pukul enam lewat empat puluh lima menit, semua memutuskan untuk pulang. Mereka tidak dijemput oleh ibu atau ayahnya. Melainkan akan dihantarkan oleh supir rumah untuk menghantarkan mereka selamat sampai tujuan. Sama seperti tadi awalnya semua menolak untuk dihantar seperti itu karena takut merepotkan orang yang akan menghantarkan. Tapi kini Derry yang bersikeras untuk meminta mereka agar ingin dihantarkan pulang dengan selamat dan tidak usah untuk malu malu untuk dihantar. Tak bisa apa-apa mereka menyetujui itu agar tidak ada perdebatan. Tetapi Raden tidak ikut menghantarkan teman-temannya. Dikarenakan Raden ada les pada hari ini. Agar tidak tergesa-gesa akhirnya dirinya harus bersiap-siap sekarang, seperti mandi dan mempersiapkan apa yang harus dibawanya. Sebenarnya dia ingin ikut menghantarkan teman-temannya tapu apa boleh buat.


to be continued
_see you in the next chapter_

Dimana Aku, Bunda Ayah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang