Bab XV ;; Latihan Lagi

5 2 0
                                    

   Sekolah libur selama dua minggu. Raden, Argan, Thea dan Thena bisa fokus untuk berlatih. Mereka harus memenangkan tantangan itu. Harus menang seperti waktu lalu. Tidak boleh membuat harga diri diinjak-injak oleh orang-orang seperti itu. Orang-orang yang berani hanya jika bersama temannya. Selalu menyerang dengan orang yang lebih banyak. Mengharapkan bantuan dari orang lain dan selalu merasa dirinya paling hebat sekali. Padahal tidak sedikitpun terlihat hebat, hanya sok keren saja. Mungkin orang-orang lain juga menganggapnya seperti itu. Tetapi tetap takut karena mereka suka sekali mengajak seseorang berkelahi. Membuat semua masalah yang awalannya kecil menjadi sangat besar sekali.

***

   Hari ini Raden sudah mulai berlatih serius lagi di tempat sebelumnya mereka berlatih. Masih dengan perlengkapan juga pakaian yang sama tidak berbeda. Tapi sekarang sebelum latihan, Argan diminta oleh ibunya untuk mengajak kita makan di tempat berlatih. Ibu Argan sangat perhatian sekali. Layaknya memperlakukan semuanya seperti anak sendiri. Itu sangat menyentuh hati sekali.
   Makanan yang dihidangkan sangat sehat dan segar dilihat. Mereka dihidangkan sayur sop dengan nasi putih hangat. Itu adalah masakan yang enak sekali. Di tambah lagi itu dibuat oleh seorang ibu yang sangat sayang pada anaknya. Rasa hangat bisa terasa dari tubuh mereka masing-masing. Seperti dipeluk hangat oleh ibu mereka. Disayangi dan dicintai dengan tulus selalu.

"ENAK SEKALI." Ucap Thea berseru senang sembari menggoyangkan tubuhnya layaknya anak kecil.

   Semua mewajarkan itu semua. Karena itu masih respon yang normal dan tidak berlebihan. Raden dan Thena juga merasakan hal yang sama seperti Thea tapi tidak diungkapkan. Sedangkan Argan hanya bisa tertawa melihat semua tingkah teman-temannya yang bisa menikmati kenyamanan hidup. Selain Argan memiliki keluarga yang harmonis, Argan juga memiliki hubungan yang baik dan harmonis dengan teman-temannya. Layaknya seperti rumah kedua baginya. Begitu juga dengan yang lain. Semua menganggap hubungan pertemanan mereka ini sangat erat seperti lingkungan keluarga kedua.

"Jika kalian terus mau seperti ini bicara saja langsung. Tapi tanpa mengatakan permintaan untuk dibuatkan sayur sop ibuku akan tetap membuatnya." Kali ini Argan yang berkomentar sembari melempar senyumannya yang manis.

   Itu adalah hal yang sangat romantis dalam hubungan ibu dan anak yang dapat dirasakan Raden saat ini. Semua kehangatan kasih sayang orang tua sangat terasa.

   Jam makan sudah selesai dan mereka sudah beristirahat beberapa menit sebelum latihan agar tidak mual. Mereka bersiap dengan mulai dari pemanasan. Seperti pemanasan untuk tangan, kaki, kepala dan yang lain agar tidak merasa keram saat berlatih nanti.

"Kalian belum mulai juga."

   Itu suara yang tidak asing bagi telinga mereka. Semua pernah mendengarnya sebelumnya. Itu adalah suara kakek Argan yang datang lagi. Mungkin ingin membantu mereka berlatih untuk kedua kalinya.
   Latihan itu tetap sama, hanya ada tambahan tendangan kuat. Itu tidak mudah membuat semua harus berusaha meluruskan kaki ke atas dengan posisi berdiri tak berpindah. Jika berpindah sedikit kaki akan langsung dipukul sekali. Itu sangatlah sakit.
   Walau hanya dengan gerakan dasar mereka pasti bisa mudah untuk berkelahi. Kakek Argan selalu yakin dengan hal itu karena sudah dibuktikan dari generasi ke generasi berikutnya dalam silsilah keluarga Argan. Jadi Raden selalu yakin dengan semua perkataan kakek Argan.

   Mereka berlatih hingga jam tujuh malam. Semua merasa seluruh tubuh mereka sangat lelah. Keringat terus membasahi dahi hingga leher. Semua diminta untuk merebahkan dirinya di lantai. Agar bisa merasakan lantai yang bersih dan dingin. Itu akan membuat badan lebih rileks. Dengan nafas yang belum cukup teratur langsung diminta untuk merebahkan diri di tempat yang dingin. Kipas angin juga langsung dihidupkan. Itu mulai menambah rasa santai dalam diri. Membuat mata jadi tiba-tiba mengantuk. Ingin rasanya tidur di tempat latihan saja tanpa pulang ke rumah. Karena itu memang suasana yang sangat bagus untuk bisa membuat mereka tertidur tiba-tiba di sana.

***

   Raden sampai di rumahnya pukul delapan tepat. Dirinya terus bergegas mandi agar badannya terhilangkan dari keringat yang membuat badannya lengket dan berbau tidak sedap. Orang tua Raden sudah ada di rumah sekarang dan menunggu Raden turun untuk makan malam bersama-sama.
   Tak lama Raden mandi sekarang dia sudah berada di ruang makan dan duduk di tempat meja makan. Kedua orang tuanya selalu memberi senyuman yang manis saat melihat Raden. Raden juga selalu membalasnya dengan senyuman seperti mereka. Derry dan Dansyia memang sangat pengertian dan mengutamakan Raden sebagai anaknya sekarang. Mereka ingin memanjakan Raden tetapi selalu ditolak. Raden takuk jika dimanja seperti itu dia akan tidak bisa mandiri suatu saat nanti.

"Kenapa selalu pulang malam?" Ucap Derry membuka topik pembicaraan untuk Raden.

"Raden ada tugas yang harus diselesaikan berkelompok tidak hal macam-macam." Balas Raden yang berusaha meyakinkan.

   Mungkin mereka akan percaya dengan alasan Raden. Mereka percaya karena raut wajah Raden tidak mencurigakan sama sekali. Yang dimana biasanya jika seseorang ditanya tentang suatu hal yang tiba-tiba membuat raut wajahnya terlihat panik pasti itu adalah hal yang benar terjadi. Sedangkan Raden terlihat santai saja seperti tidak ada hal yang disembunyikan dari Derry dan Dansyia. Itu yang membuat mereka percaya saja dengan Raden. Tapi walau begitu Derry dan Dansyia tetap saja merasa khawatir dengan Raden. Dirinya harus terus memberikan bukti jika ingin membuat Derry dan Dansyia tidak khawatir berlebihan. Tapi Raden tidak menyiapkan bukti untuk hal tersebut. Alhasil dia sampai dicurigai oleh Derry dan Dansyia sekarang.

   Mereka melanjutkan makan malam bersama. Tanpa ada keributan hal lain lagi selain alat makan. Percakapan tadi juga langsung terputus begitu saja tanpa dilanjutkan lagi. Tidak ada yang mau melanjutkan percakapan itu karena menganggap jika Raden terus ditanya sekarang pasti dirinya akan merasa lebih lelah. Raden harus cepat-cepat beristirahat, maka dari itu semua topik percakapan yang sebenarnya ingin dilontarkan tidak jadi dikeluarkan.

   Selesai dari makan malam itu Raden segera ke kamarnya ingin cepat beristirahat. Rasanya seluruh inci dari tubuhnya terasa lelah sekali. Ingin cepat tidur dan melupakan semua masalah dan kesulitan hari ini. Tapi itu tidak mudah. Semua pikiran itu meluncur tiba-tiba di dalam kepala. Tapi untuk menghilangkan semua pikiran itu sangatlah sulit. Terus terpikir dan terpikir tak hilang-hilang.

"Seorang Raden Langit Samudra Aksara yang dikenal dengan sifat pemalu dan tidak ikut campur urusan orang lain dan menimbulkan masalah sendiri sekarang sudah berubah. Tidak seperti dulu lagi yang sangatlah lugu dan tidak terlalu mengerti banyak hal. Apakah aku bisa menang? Apakah mereka curiga?"

to be continued
_see you in the next chapter_

  

Dimana Aku, Bunda Ayah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang