Bab XVI ;; Penyerbuan

9 3 0
                                    

   Sekarang entah hari ke berapa mereka berlatih. Rasanya sudah lebih dari tiga hari. Gerakan mereka juga sudah mulai sempurna sedikit demi sedikit. Walau ada sedikit keliru dalam gerakan, tapi mereka bisa. Selalu diyakini bisa olek kakek Argan tentunya yang paling pertama. Dirinya tidak ragu sama sekali tentang semua gerakan-gerakan anak didiknya sekarang ini. Terus menasehati bahwa Raden ,Argan, Thea dan Thena bisa melakukan semua hal ini. Walau di awal mereka selalu salah dan tidak bisa tapi sekarang gerakan mereka sudah cukup lumayan untuk berkelahi dengan hebat. Jika menang itu akan membuat mereka semakin keren jika dipandang oleh kakek Argan sendiri. Orang lain mungkin juga seperti itu.

"Ini kita cocok tampil silat." Bangga Thea seperti itu.

"Bilang aja terus cocok tampil silat, dulu papi nyuruh latihan malah ga mau, katanya cape." Balas Thena kembarannya dengan nada sedikit mengejek.

   Untung pertengkaran seperti itu tidak dilanjutkan lagi, jika dilanjutkan sungguhan semua itu tidak akan selesai. Hingga besok mungkin tidak akan selesai. Itu adalah hal yang biasa dalam saudara seperti mereka ini. Ditambah mereka adalah anak kembar. Itu akan semakin sulit mengurusnya. Tidak bisa dipikirkan bagaimana kesabaran yang harus dimiliki kedua orang tua dari Thea dan Thena untuk menghadapi mereka selalu yang tak hentinya bertengkar. Di menit ini bertengkar dan di menit itu biasa saja terus bermain. Itu selalu membuat bingung Raden dan Argan juga. Si kembar itu adalah orang yang sulit ditebak.

   Mereka melanjutkan latihannya lagi. Hingga sekarang jam sudah menunjukkan pukul 11.26 menuju siang hari. Tiba-tiba ibu Argan datang membawa nampan berisi empat mangkuk sayur sop dan nasi. Tidak juga lupa mereka dibawakan jus alpukat agar lebih segar sebelum latihan. Mereka selalu dijamu seperti itu di sana. Senang rasanya bisa menerima apa yang diberikan oleh ibu Argan. Itu juga sedikit memberi semangat pada diri mereka. Ibu Argan seperti rumah kedua.

"Senang bisa merasakan semua yang ibu buat lagi untuk hari ini, ibu baik sekali." Ucap Raden akhirnya membuka suara.

"Tidak masalah, hanya sedikit saja ini." Balas ibu Argan diiringi dengan tawanya.

   Semua ikut tertawa gembira. Hari ini adalah hari yang paling menyenangkan. Mungkin ini hari keberuntungan Raden dan temannya. Tapi tidak boleh terlalu yakin juga. Mungkin hari ini adalah kebalikan dari hari keberuntungan. Bisa jadi akan ada masalah yang muncul secara tiba-tiba dan kita juga tidak ada yang mengetahui.
   Mereka melanjutkan makan. Ibu Argan sudah pergi sedari tadi. Tidak perlu makan dengan cepat. Mereka mengimbangi dengan bercakap-cakap yang topiknya entah terus lari kemana. Topik pertama, yaitu tentang pelajaran. Topik kedua, yaitu tentang perkelahian yang akan datang. Hingga topik-topik lain bermunculan. Percakapan berakhir hingga semua hidangan yang dibawa ibu Argan tadi habis tak tersisa. Semua melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya. Mulai dari latihan hingga sekarang makan, mereka perlu istirahat seperti tidur. Tapi mau tidur dimana, tidak mungkin di tempat latihan langsung. Takut juga mereka kelepasan saat tidur hingga bangun di sore atau malam hari. Itu adalah hal yang sangat repot jika benar-benar terjadi. Tidak mungkin hanya latihan sebentar dan tidurnya sangatlah lama. Tapi apakah mereka harus benar-benar tidur sekarang? Jawabannya mungkin iya dan tidak.

"Kita harus tidur, Argan?" Ucap Raden membuka topik dengan pertanyaan.

   Argan terdiam tidak tahu apa yang akan dijawabnya sekarang. Seharusnya mereka memerlukan tidur. Tapi dimana tempat yang bagus. Tidak mungkin di tempat latihan langsung. Argan tidak tau apakah dirinya memiliki tikar atau karpet di rumahnya untuk alas tidur di tempat latihan. Tidak mungkin kan menyuruh temannya untuk tidur di lantai yang dingin. Jika tidur di rumah Argan itu juga tidak mungkin. Bisa jadi bisa mengganggu keseharian keluarganya di rumah jika ada mereka yang tidur disana. Jadi semuanya harus tidur dimana sekarang?

"Ini ibu bawakan tikar."

   Ibu Argan datang membawa dua tikar. Argan dan yang lainnya merasa sangat senang. Perhatian sekali ibu Argan. Ibu Argan juga membawa bantal guling khusus tamu. Terlihat sangat berat. Melihat itu, semua turut membantu. Akhirnya mereka bisa beristirahat juga.
   Tidak perlu waktu yang lama untuk merapikan tikar. Sekarang mereka sudah merebahkan tubuh. Rasanya nyaman walaupun hany tidur diatas tikar saja. Mata mereka tertuju pada langit-langit ruangan. Memikirkan segala hal yang bercampur aduk.

"Kita akan menang?" Thena membuka suaranya.

   Semua menoleh ke arah Thena yang tiba-tiba bertanya seperti itu. Pikiran mereka kini sama. Memikirkan perkelahian. Tapi aneh, wajah Argan terlihat khawatir. Raden berfikir bahwa Argan pasti sedang memikirkan perkelahian yang entah kapan akan dilakukan itu. Itu kasihan sekali.

"Berdoa saja semoga kita menang, kita sudah latihan lama kan." Sahut Thea yang masih setia menatap langit-langit ruangan.

   Kini mereka sudah tertidur pulas. Wajar sekali karena mereka sudah pasti sangat lelah. Rela untuk seperti ini demi terhindar dari masalah lain dan diejek pengecut. Mungkin mereka akan tidur lama karena benar-benar lelah sekarang. Hampir setiap hari mereka selalu latihan. Mengeluarkan tenaga yang sangat banyak demi satu perkelahian yang sia-sia tidak ada manfaat sama sekali. Tapi mau bagaimana lagi.

***

   Sekarang mereka sedang berjalan-jalan sembari menikmati udara di sore hari. Sebenarnya mereka semua sudah bangun di jam satu siang. Dilanjut dengan peregangan sedikit dan sekarang pada jam tiga mereka jalan-jalan santai. Hanya berjalan kaki berempat dengan rasa lega. Perasaan mereka kini sudah berubah lebih baik.
   Mereka sampai di lapangan tempat mereka berkelahi dengan Kana dan temannya saat itu. Sangat sepi, tapi sangatlah sejuk. Anehnya sekarang, perasaan Raden tidak enak seperti akan ada yang terjadi tiba-tiba disini.

"Selamat sore."

   Delapan belas orang tiba-tiba ada di depan Raden dan teman-temannya. Ternyata itu Kana dengan kelompoknya. Ini adalah penyerbuan.
Sangatlah curang mereka ini.

"Raden Langit Samudra Aksara, Argan Dwiputra Utama, Thea Smithiana dan Thena Smithiana, dari kelas 8D, SMP Penggerak Bangsa. Keren sekali kalian sudah ada di sini. Sore ini akan menyenangkan bagi kita semua. Mungkin kalian juga bisa ikut bersenang-senang. Ku tebak kalian seharian ini latihan terus kan? Itu percuma sekali, kalian tidak akan pernah menang. Jangan berharap sekarang kalian mendapatkan sebuah keberuntungan kecil untuk menang melawan kita. Kasihan sekali ya." Ucap Kana diikut suara tawanya yang menggelegar.

   Raden tidak menyangka akan seperti ini. Yang lain juga seperti itu. Kenapa mereka bisa tahu diriku disini? Satu pertanyaan yang terus terpikir. Mustahil juga mereka bisa tahu. Atau mereka selama ini terus mengawasi agar bisa menyerbu. Cara pengecut.

to be continued
_see you in the next chapter_

Dimana Aku, Bunda Ayah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang